PANGGILAN DARI LELUHUR GUNUNG LAWU (Part 4)
JEJAKMISTERI - Sehabis isya’ dia berjalan menuju ke petilasan tersebut dan disana dia duduk bersila untuk mengirim doa kepada sang prabu dan juga mengirimkan doa pada para leluhur tanah jawa yang di percaya moksa di gunung Lawu ini.
Setelah selesai dengan semua itu dia kembali lagi ke warung tempat tadi istirahat, disitu dia memesan kopi lagi dan menghabiskan sebatang rokok kemudian tidur.
Ketika terlelap tidur, entah ini mimpi atau bagimana yang jelas itu terasa sangat nyata.
Di tempat itu dia di datangi sama sosok pria tua berjubah putih dan memintanya untuk masuk kedalam goa yang letaknya tidak jauh dari warung dan sendang.
“Le awakmu wes di enteni” Ucap pria tua berjuba putih.
(Nak, kamu sudah di tunggu)
Masuklah dia ke goa itu, di dalam terlihat ada seseorang yang sedang duduk tegap bersila dan samar-samar terlihat pria itu mengenakan pakaian khas kerajaan (Mahabusana Rajakaputran) persis dengan kejadian yang ada dalam mimpi Restu sebelumnya.
Restu duduk bersila di depan pria itu kemudian beliau berkata,
“Aku wes suwe ngenteni tekamu ning kene, enek sing arep takpasrahke”
(Aku sudah lama menunggumu disini, ada yang ingin aku titipkan)
“Ngapunten, kulo nembe saget tindak mriki” (Maaf, saya baru bisa datang kesini) jawab Restu.
Orang itu memberi Restu sesuatu yang di bungkus kain putih dan untuk isinya dia belum tau, kemudian pria itu lanjut berucap,
“Pendem barang iki ing sawijining panggonan sing jerone limang kilan”
(Kubur benda ini di sebuah tempat dengan kedalaman 5 jengkal)
“Ten pundi kulo bade mendem barang niki?”
(Dimana saya akan mengubur benda ini?) tanya Restu.
Bahasa jawa khas kerajaan, itulah yang digunakan pria itu berkomunikasi dengan Restu.
Pria itu memberitahukan sebuah tempat yang tidak bisa di sebutkan disini tapi yang jelas tempatnya itu tidak jauh dari tempat tinggal Restu dan Restu tau persis tempat itu.
“Sak marine di pendem mengko kowe bakal nemoni barang sing iso dijupuk lan iso digawe urip kanggo anak piturunmu”
(Setelah di kubur nanti kamu akan menemukan benda yang bisa diambil dan bisa digunakan untuk kebutuhan hidup hingga anak cucumu) lanjut pria itu berucap.
Restu hanya mengangguk memahami dan mendengarkan pria itu berbicara, lalu pria itu mengucapkan kata terakhir,
“Sadurunge bali saka kene, nggawa banyu saka sumber kanggo lelungan mulih”
(Sebelum pulang dari sini bawalah air dari sumber buat bekal perjalanan pulang)
Pria bertubuh kekar itu mengucap permisi dan perlahan menyusut hingga akhirnya hilang dari hadapan Restu.
Benda pemberian pria itu dia simpan di dalam kaosnya dan ketika dia akan berdiri untuk keluar dari goa tiba-tiba dia terbangun dan posisinya dia berada di warung yang sebelumnya dia gunakan untuk istirahat.
Kaget, “Loh mimpi toh, tapi kok rasanya kayak beneran ya?” Batinnya.
Masih dalam posisi rebahan tiba-tiba terasa ada yang mengganjal di tengkuknya, setelah dilihat ternyata di atas ransel yang sebelumnya dia gunakan sebagai bantal terdapat bungkusan kain putih yang tidak lain adalah pemberian pria tadi.
“Wah berarti itu tadi bukan mimpi, buktinya benda ini beneran ada disini” pikir Restu.
Dia memasukkan benda itu kedalam tas dan telihat waktu itu sudah menunjukan pukul 3 dini hari. Setelah dimasukkan dia sudah tidak bisa tidur lagi kemudian dia pesan segelas kopi sekalian menunggu subuh. Sambil menunggu subuh itu dia berbincang-bincang dengan pendaki gunung yang juga sedang istirahat di warung itu.
Singkat cerita hari sudah pagi dan dia berencana untuk kembali turun, sebelum turun dia mengambil air di Sendang derajat 1 botol untuk dibawa pulang sesuai perkataan pria bertubuh kekar semalam.
Perjalanan turun masih terasa sama seperti naik kemarin, dia tidak merasa lelah sama sekali bahkan haus pun tidak hingga dia sampai kembali di pos pendakian sekitar jam 9 pagi.
Sesampai di pos pendakian dia makan di warung yang kemarin, setelah itu dia ambil motor di tempat parkir dan berkendara pulang. Di perjalanan pulang tidak ada kendala apapun seperti kemarin hingga sampai kembali di rumah sekitar pukul 2 siang.
Sesampai dirumah istrinya bertanya pada Restu,
“Kok udah pulang mas? Gak jadi ya ke gunung Lawu?”
“Udah dek, setelah turun aku langsung pulang. Oh iya ini ada air dari gunung Lawu” Jawabnya sambil memberikan air yang dia bawa dari Sendang derajat.
Istrinya sempat kaget, kok cepet ke gunung Lawu?
“Tadi pagi Afnan kesini nanyain kamu mas dan aku bilang kamu belum pulang, kayaknya penting banget” lanjut sang istri.
“Yaudah nanti aku kerumahnya Afnan” Jawab Restu.
Restu berfikir, “Sepertinya kedatangan Afnan itu cukup penting karena kan dia tau kalau aku ke gunung Lawu, ngapain dia malah nyariin?”
Restu meletakan tasnya di dalam kamar dan menyimpan bungkusan kain putih itu di dalam lemari setelah itu dia istirahat.
[BERSAMBUNG]
*****
Selanjutnya
*****
Sebelumnya