TEROR DI RUMAH MEWAH (Part 1)
Lanjutan kisah perjalanan hidup seorang manusia dengan iblis yang bersemayam dalam dirinya.
"HEH! KAMU SIAPA HAH??"
Mendadak dia berbicara dengan suara berat dan parau. Lalu menyeringai sambil mengoyang-goyangkan kepalanya ke kiri dan ke kanan secara perlahan.
Aku paham situasi seperti ini. Dia jelas kesurupan, terlihat dari sikapnya yang aneh.
Sejenak kupejamkan mata, menajamkan mata batin, mohon petunjuk Sang Maha Kuasa..
Lalu saat ku buka mata..
ASTAGA !
Melalui mata batinku, kini aku berhadapan dengan sosok nenek bertubuh penuh koreng, dengan rambut acak-acakan, dan baju kumal compang-camping!
JEJAKMISTERI - Jam menunjukkan pukul 16.30 sore, setengah jam lagi waktunya pulang.
Aku sedang menuntaskan pekerjaanku saat Budi datang mendekat.
"Yud, dipanggil pak Yanto!" Teriaknya di tengah-tengah bisingnya mesin pabrik.
Hah? Pak Yanto? Ada apa?" Jawabku.
Budi cuma mengangkat kedua bahu tanda tak tau, lalu berbalik pergi meninggalkanku.
Segera kutinggalkan pekerjaanku dan langsung menuju ruang kerja pak Yanto sang manajer pabrik.
"Permisi pak." ucapku sopan sambil mengetuk pintu.
"Masuk." Terdengar suara pak Yanto menjawab dari dalam.
Aku lalu membuka pintu. Nampak di dalam, pak Yanto sedang duduk berhadap-hadapan dengan seorang gadis cantik keturunan tionghoa.
"Ah Yudha, silahkan duduk." ucap pak Yanto mempersilahkanku duduk di samping gadis itu.
"Mbak Erlin, perkenalkan ini yang namanya Yudha." ujar pak Yanto kepada gadis itu.
"Erlin." ucap gadis itu menyodorkan jabatan tangan.
"Yudha." Aku menyambut uluran tangannya balas memperkenalkan diri.
"Jadi begini Yud, mbak Erlin ini anaknya pak Hermawan pemilik pabrik ini, dan dia butuh bantuanmu." Jelas pak Yanto.
"Bantuan apa ya pak?" Jawabku singkat.
"Biar mbak Erlin saja yang menjelaskan. Silahkan mbak." Balas pak Yanto.
"Jadi begini mas Yudha, sudah beberapa hari ini mami sakit." Jelas Erlin serius.
"Sakit? Lalu apa hubungannya dengan saya?" Balasku tak mengerti.
"Mami mengalami sakit yang tak wajar." Sambung Erlin.
"Tak wajar bagaimana?" Jawabku penasaran.
Erlin seperti ragu-ragu. Dia sempat melirik pak Yanto, lalu celingak-celinguk seolah ingin memastikan tak ada yang mendengar.
"Mami seperti orang kesurupan." Jawab Erlin setengah berbisik.
"Ya ampun! Serius mbak? Kok bisa?" Sahutku kaget.
"Itulah makanya saya minta tolong sama mas Yudha, soalnya saya dapat info dari pak Yanto, mas Yudha dulu pernah menyembuhkan karyawan yang kesurupan masal." Jawab Erlin lagi.
"Betul Yud. Kemarin saya ke rumah pak Hermawan, Saat melihat kondisi ibu Susan, memang sepertinya beliau kesurupan." Jelas Pak Yanto menambahkan.
"Oh begitu. Lalu kapan saya bisa ke sana?" Tanyaku lagi.
"Sekarang saja kalau bisa." Sahut Erlin.
"Baiklah kalau begitu." Jawabku.
Akhirnya saat itu juga Erlin langsung membawaku menuju rumahnya.
Dalam perjalanan, aku cuma diam di samping Erlin yang berada di balik stir mobilnya. Lalu kucoba basa-basi bertanya untuk mencairkan suasana.
"Maaf mbak, sudah berapa lama mami mbak Erlin seperti itu?"
"Aduh, jangan panggil mbak dong, saya berasa tua jadinya, panggil Erlin saja." Balasnya sambil tersenyum.
"Eh, maaf mbak.. Eh.. Erlin. Kalau begitu panggil saya Yudha saja, nggak usah pake mas." sahutku lagi.
"Sejak 3 hari yang lalu, awalnya mami demam, tapi saat mau dibawa ke rumah sakit, tiba-tiba mami bertingkah aneh, menjerit-jerit nggak karuan." Jelas Erlin.
"Sudah coba panggil paranormal?" Tanyaku lagi.
"Belum. Soalnya Papi nggak percaya yang begituan. Awalnya dia keberatan saat pak Yanto menyarankan supaya mengajak kamu ke rumah, tapi melihat kondisi mami yang makin parah, dia berubah pikiran." Balas Erlin.
Akhirnya kami tiba di depan gerbang sebuah rumah megah, lalu datang seorang wanita tua membukakan pintu pagar.
"Mbok Jirah, papi sudah pulang?" Tanya Erlin sesaat setelah kami turun dari mobil.
"Sudah non, ada di dalam kamar, ada mas Steven juga." Jawab wanita tua itu sambil melirik ke arahku.
"Steven? Ngapain dia ke sini? Ayo Yud, kita langsung masuk saja." Ajak Erlin.
Lalu aku diajak masuk ke dalam rumah megah itu. Rumah yang sangat besar, dengan pilar-pilar tinggi, berisikan perabotan mewah yang mahal dan modern.
Tapi baru sebentar saja aku menginjakkan kaki di rumah ini, langsung terasa hawa gaib yang amat kuat.
Aku diantar sampai ke depan pintu sebuah kamar besar.
"Ini kamarnya, ayo masuk." ucap Erlin.
Lalu Erlin membuka pintu. Langsung tercium bau tak mengenakkan menyengat hidung.
Di dalam kamar, kulihat seorang wanita terbaring dengan kedua tangan membentang terikat di atas ranjang.
Di sebelahnya, duduk seorang pria gemuk setengah baya keturunan tionghoa, menatap ke arah wanita itu dengan pandangan cemas.
Di samping pria itu, berdiri seorang pemuda sipit yang langsung memandang sinis ke arahku.
"Papi, ini Yudha sudah datang." ucap Erlin sambil mendekat ke arah pria gemuk itu yang ternyata adalah pak Hermawan sang bos pemilik pabrik.
Dia langsung berdiri lalu melangkah mendekat ke arahku. Sejenak dia memperhatikanku dari atas kepala sampai kaki.
"Hmm.. Jadi kamu Yudha yang katanya dukun itu?" tanya pak Hermawan dengan nada suara menyelidik.
"Maaf pak, saya bukan dukun, cuma kebetulan sedikit paham masalah gaib." jawabku meluruskan.
"Sedikit paham? Heh, kalau cuma mau coba-coba, mending kamu pulang saja, Tante Susan bukan kelinci percobaan!" ucap si pemuda sipit dengan nada ketus.
"Steven!" Hardik Erlin sambil mendelik. Dia nampaknya tak suka dengan sikap pemuda bernama Steven tadi.
Steven mendengus kesal lalu menepi sambil terus menatap sinis padaku.
"Itu Yud, mami sengaja kami ikat, karena dia sering ngamuk-ngamuk sambil ngoceh nggak karuan." jelas Erlin.
Aku selangkah mendekat, lalu menatap ke arah ibu Susan yang tidur terikat di ranjang. Dan aku mulai merasakan sesuatu.
Tiba-tiba dia terbangun langsung melotot! kemudian...
Hihihihihi.....
Dia tertawa cekikikan lalu meronta-ronta di atas ranjang. Erlin dan pak Hermawan mundur ketakutan. Steven sedikit sok berani, tapi perlahan-lahan akhirnya dia mundur juga.
Bu Susan bangkit lalu berlutut di atas kasur. Dia ingin maju ke arahku, tapi gerakannya tertahan karena terikat.
"HEH! KAMU SIAPA HAH??"
Mendadak dia berbicara dengan suara berat dan parau. Lalu menyeringai sambil mengoyang-goyangkan kepalanya ke kiri dan ke kanan secara perlahan.
Aku paham situasi seperti ini. Dia jelas kesurupan, terlihat dari sikapnya yang aneh.
Sejenak kupejamkan mata, menajamkan mata batin, mohon petunjuk Sang Maha Kuasa..
Lalu saat ku buka mata..
ASTAGA !
Melalui mata batinku, kini aku berhadapan dengan sosok nenek bertubuh penuh koreng, dengan rambut acak-acakan, dan baju kumal compang-camping!
"Pergi kamu dari sini, jangan ganggu keluarga ini!" Bentakku pada sosok nenek itu.
"Hahahahaha...."
Dia malah tertawa dengan suara serak dan berat, lalu meronta memaksa maju menyerang!
"Maaf, boleh saya minta air putih." ucapku kepada Erlin.
Segera Erlin memberikan apa yang kuminta. Lalu sebentar aku komat-kamit di bibir gelas, kemudian ku semburkan ke arah nenek itu..
"AAAAAAKKKH.."
Dia meraung keras ketika air putih menyentuh tubuhnya hingga membuat kulitnya melepuh, lalu kususul dengan memegang dahinya.
"AAAAAAA.."
Sosok nenek itu menjerit lalu hilang meninggalkan tubuh bu Susan yang langsung terkulai lemas.
MAMI !
Serentak pak Hermawan dan Erlin berteriak kaget. Namun belum berani mendekat.
Aku usap wajah, kaki dan tangan bu Susan dengan sisa air putih dalam gelas. Tak lama kemudian dia pun sadar.
"Papi... Erlin..." Bu Susan memanggil lemah.
"Ya ampun mami! Syukur mami sudah sadar!" Teriak Erlin kegirangan langsung memeluk bu Susan.
"ALHAMDULILLAAH..."
Ucapku bersyukur melihat bu Susan kini baik-baik saja.
Lalu Erlin segera melepaskan tali yang mengikat kedua tangan bu Susan kemudian membantunya berbaring.
"Mami, mami nggak apa-apa?" Tanya pak Hermawan memastikan.
"Badanku sakit semua pi.." Keluh ibu Susan.
Pak Hermawan tersenyum lega mendengar istrinya berbicara dengan suara normal.
"Yudha, apa selanjutnya mami akan baik-baik saja?" Tanya Erlin sambil memijat-mijat tangan bu Susan.
"Insya Allah, mungkin dalam beberapa hari bu Susan akan merasakan nyeri di sekujur tubuh, tapi beliau akan berangsur pulih." Aku coba menjelaskan.
Lalu pak Hermawan mengajakku keluar kamar menuju ruang tamu, diikuti Steven yang mengekor di belakang kami.
"Yudha, terima kasih ya, maaf kalau tadi saya kurang ramah." ucap pak Hermawan sambil menyodorkan jabatan tangan.
"Ah, nggak apa-apa pak, yang penting sekarang bu Susan sudah pulih." Balasku sambil melirik ke arah Steven yang berdiri di samping pak Hermawan dengan tangan bersedekap angkuh.
Kemudian datang mbok Jirah membawakan air minum.
"Maaf, saya sampai lupa menyuguhkan minum tadi. Silahkan." ucap pak Hermawan yang kini berubah ramah.
"Terima kasih pak." Jawabku sambil meraih gelas berisi teh manis di atas meja.
Tapi belum sempat aku minum, mendadak, aku merasakan kehadiran sesuatu, bukan hanya satu, tapi banyak!
AAAKKHH ! TOLOONG !
Terdengar jeritan Erlin dari dalam kamar!
[BERSAMBUNG]
*****
Selanjutnya