Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

TEROR DI RUMAH MEWAH (Part 2)


JEJAKMISTERI - Kami langsung berlari menuju kamar, dan langsung terkejut melihat Erlin sedang dicekik oleh bu Susan!

YA AMPUN MAMI !

Teriak pak Hermawan kaget langsung mencoba menolong Erlin.

BRAAAKKK !

Pak Hermawan terlempar terkena kibasan tangan kanan bu Susan, sedangkan tangan kirinya masih mencekik leher Erlin.

Steven tak berani mendekat, dia cuma berdiri mematung sambil menatap ngeri.

Aku tak tinggal diam, Erlin dalam bahaya, karena dengan mata batinku, yang kulihat bukan bu Susan, tapi sosok makhluk bertubuh hitam legam dengan kuku yang panjang!

Langsung ku rapalkan ilmu pemusnah dan 
Segera ku hantamkan ke arah tubuhnya hingga cekikannya terlepas.

"Mundur Lin, bahaya!" Aku berteriak memperingatkan.

Erlin pun langsung beringsut mundur ke arah pak Hermawan yang meringis kesakitan.

"Heh makhluk jelek, pergi dari sini!" Teriakku lantang.

Tapi dia malah merangsek maju coba mencekik leherku. Dengan gerakan berkelit aku cengkram lengannya hingga makhluk itu meraung kesakitan!

GRRRRHHHH !!

Dia menggeram lalu kemudian musnah menghilang meninggalkan tubuh bu Susan yang langsung ambruk.

Tapi aku merasakan kehadiran makhluk lain. Dan benar saja, nampak sosok jin perempuan hinggap di atas langit-langit kamar sambil menjulurkan lidahnya yang panjang ke arahku!

"Ya ampun, dari mana semua makhluk ini berasal?" Batinku heran.

Tapi saat ku dekati jin perempuan itu, tiba-tiba dia menghilang begitu saja.

"Hmm.. ada yang tak beres." Batinku membaca situasi.

"Pak, bantu saya angkat bu Susan." pintaku pada pak Hermawan.

Lalu kami angkat dan letakkan tubuh bu Susan yang tak sadarkan diri ke atas ranjang.

"Ini ada apa Yud? Tadi kamu bilang sudah aman?" Tanya pak Hermawan khawatir.

"Maaf pak, tapi ini ada yang tak beres, nanti coba saya cari tau." Balasku coba menenangkannya.

Akhirnya bu Susan ku pagari dengan ilmu pelindung raga, supaya tak lagi mendapat gangguan.

Untuk beberapa lama, aku masih berjaga di kamar, takut para demit itu kembali lagi.

Setelah yakin semuanya aman, aku dan pak Hermawan kembali keluar kamar meninggalkan bu Susan yang masih belum sadar.

"Sebenarnya ada apa Yud?" Tanya pak Hermawan penasaran.

"Jadi begini pak, ibu Susan mendapat gangguan dari beberapa makhluk. Dan nampaknya mereka sengaja dikirim kesini untuk mengganggu keluarga bapak." jawabku menjelaskan.

"Astaga! Kamu yakin? Kiriman siapa?" Balas pak Hermawan bingung.

"Saya belum tau ini ulah siapa, tapi untuk saat ini bu Susan sudah aman. Saya jamin." ucapku lagi.

Akhirnya untuk mencegah agar makhluk-makhluk itu tak kembali lagi, sekeliling rumah pak Hermawan kupasangi pagar gaib sebagai pelindung.

Dan ketika hari semakin malam, aku pun pamit pulang. Sambil berpesan agar segera menghubungiku bila terjadi sesuatu.

"Erliin, kemari sebentar." Panggil pak Hermawan.

"Kenapa pi?" Sahut Erlin keluar dari kamar maminya diikuti Steven di belakangnya.

"Tolong antarkan Yudha pulang ya." Pinta pak Hermawan.

"Eh, nggak perlu repot-repot pak, saya bisa pulang sendiri." Jawabku spontan menolak.

"Nggak apa-apa kok, ayo!" Sahut Erlin tersenyum lalu mengajakku keluar dan masuk ke dalam mobilnya.

Steven nampak tidak suka. Dia berdiri di teras sambil terus pasang wajah cemberut menatap mobil yang bergerak meninggalkan rumah.

"Terima kasih ya Yud sudah menolong mami." ucap Erlin memecah keheningan dalam mobil.

"Sama-sama. Mudah-mudahan bu Susan segera pulih. Kamu sendiri nggak apa-apa? Tadi kan sempat di cekik?" Jawabku dengan senyum.

"Aku nggak apa-apa kok. Cuma kaget aja. Tapi kalau nanti ada apa-apa, kamu siap bantu kan?" Tanya Erlin lagi.

"Tentu saja, tapi sepertinya pacar kamu tadi kurang suka saya datang ke rumah." sambungku lagi.

"Pacar? Siapa? Steven? Ya ampun, dia bukan pacarku! Steven itu anaknya om Hendrik, teman bisnis papi, dia temanku sejak kecil, teman kuliah juga." jawab Erlin panjang lebar.

"Tapi sepertinya dia suka sama kamu. Serasi kok." Aku coba melempar canda.

"Nggak lah, kita cuma teman kok. Lagi pula aku nggak terlalu suka sama sikap Steven yang angkuh, mentang-mentang bapaknya kaya, dia suka meremehkan orang." sahut Erlin lagi.

"Ngomong-ngomong sudah berapa lama kamu kerja di pabrik?" tanya Erlin coba mengganti topik.

"Hampir 3 tahun." sahutku pelan.

"Trus kamu kuliah dimana?" Tanya Erlin lagi.

"Kuliah? Hahaha.. saya cuma anak kampung Lin, kuliah di hutan!" Sahutku tertawa geli.

Erlin ikut tertawa renyah mendengar banyolanku.

Akhirnya kami sampai persis di depan kontrakan.

"Kamu di sini tinggal sama siapa?" tanya Erlin melirik ke arah kontrakan.

"Sendiri. Tempat sempit begitu, cuma cukup buat satu orang saja." jawabku sembari membuka sabuk pengaman.

"Terima kasih sudah mengantarkan saya ya, kamu hati-hati di jalan." ucapku setelah turun dari mobil.

Erlin mengangguk tersenyum lalu segera pergi memacu mobilnya.

***

Tepat tengah malam, aku langsung bertirakat untuk mencari tau apa yang sebenarnya terjadi di rumah pak Hermawan.

Dalam semediku, aku melihat seseorang sedang meletakkan beberapa bungkusan kecil dari kain putih di sejumlah tempat tersembunyi di rumah pak Hermawan.

Aku kaget begitu mengetahui siapa orang itu. Tapi baru saja aku ingin menelusuri lebih jauh, tiba-tiba hp ku berdering membuyarkan konsentrasi..

"Yudha, cepat kemari! Erlin kesurupan!" ucap pak Hermawan dengan nada panik di sebrang sana.

Aku pun mengiyakan lalu bergegas kembali menuju rumah pak Hermawan.

Sesampainya di sana, aku langsung di sambut pak Hermawan yang terlihat sangat ketakutan.

"Ada apa pak?" Tanyaku kepada lelaki itu.

"Tadi setelah pulang mengantar kamu, tiba-tiba saja Erlin bertingkah aneh, dia ngoceh tak jelas, lalu ngamuk-ngamuk coba menyerang saya!" Jelas pak Hermawan.

"Ya ampun! Sekarang dia ada di mana?" Tanyaku cepat.

"Dia saya kunci di kamarnya." Sahut pak Hermawan lalu mengajakku ke kamar Erlin yang ada di lantai dua.

Ketika pintu kamar dibuka, betapa terkejutnya kami saat melihat pemandangan yang ada di dalam kamar..

Seluruh kamar nampak berantakan, dan Erlin sedang hinggap di atas lemari, sambil merunduk menyeringai dengan tatapan mata yang tajam!

"Bapak lebih baik tunggu di luar." Pintaku pada pak Hemawan.

Setelah pak Hermawan keluar, pintu segera kututup rapat.

Erlin masih menatapku di atas lemari sana, aku pun segera mempersiapkan diri menghadapinya.

Karena dari pandangan mata batinku, tubuh Erlin kini sedang dirasuki oleh sosok jin perempuan dengan lidah panjang menjulur meneteskan air liur yang tak henti!

Tiba-tiba saja Erlin melompat turun ke lantai, lalu perlahan merayap mendekat sambil menjulur-julurkan lidahnya...

[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close