Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

TEROR DI RUMAH MEWAH (Part 3)


JEJAKMISTERI - Aku tak mau membuang waktu, segera saja kuladeni dengan ilmu pemusnah yang sudah kupersiapkan sejak tadi.

Sekali hantam, Jin perempuan itu meraung keras. Dan di hantam yang kedua, Jin itu kesakitan lalu pergi meninggalkan tubuh Erlin yang langsung ambruk ke lantai.

Dengan cepat ku tangkap tubuh Erlin, tapi mendadak pintu kamar terbuka..

"Heh! Ngapain kamu? cari-cari kesempatan ya!" muncul Steven di depan pintu langsung masuk dan mendorongku yang sedang memeluk Erlin yang terkulai lemas.

Diperlakukan seperti itu, emosiku langsung naik. Dua buah titik hitam di bawah pusarku mendadak terasa panas.

"Astaghfirullah... sabar... sabar..."

Ucapku coba meredam emosi begitu merasakan hawa panas menjalar ke sekujur tubuh dan mulai tumbuh sisik emas di lenganku.

Steven langsung mengangkat Erlin ke tempat tidur. Aku sedikit lega karena dia tak melihat perubahan yang sempat terjadi pada diriku.

"Erlin! Ya ampun!" muncul pak Hermawan langsung mendekati Erlin yang tak sadarkan diri.

"Itu om! tadi saya lihat dia peluk-peluk Erlin!" Teriak Steven sambil menunjuk-nunjuk ke arahku.

Tampol? jangan..
Tampol? jangan..

Batinku menimbang-nimbang sambil menatap kesal ke arah Steven.

"Papi?" Terdengar suara Erlin memanggil pelan. Rupanya dia sudah siuman.

"Kamu nggak apa-apa Lin?" Tanya Steven coba cari muka.

Erlin tak menjawab, dia langsung heran melihat aku ada di situ.

"Yudha? Kok kamu bisa ada di sini?"

"Tadi papi yang telpon minta dia kemari. Kamu tadi kesurupan, untung Yudha cepat datang." Jelas pak Hermawan.

Lalu tiba-tiba..

DHUUAAAARR !!

Terdengar suara ledakan dari luar rumah. Kami semua langsung kaget.

"Tunggu di sini, jangan ada yang keluar." Pintaku kepada pak Hermawan.

Aku bergegas keluar kamar, tapi Steven mengikutiku dari belakang.

"Kamu mau ngapain?" Tanyaku kesal.

"Aku mau mengawasi kamu!" Jawabnya dengan nada sinis.

Aku tak menghiraukannya, lalu segera turun ke bawah untuk memeriksa.

BRAAKK ! BRAAKK !

Terdengar suara pintu digedor keras. Aku langsung menuju ke sana. Ketika sampai di depan pintu, aku mendengar suara-suara gaduh berasal dari halaman depan.

Aku tak mau gegabah. Coba ku intip dari jendela dan langsung terkejut..

Astaga !

Kulihat di luar sana, banyak sekali makhluk halus dengan berbagai macam bentuk dan rupa, berjejal memenuhi area halaman depan rumah!

"Kenapa? Kamu lihat apa?" Tanya Steven makin membuatku kesal.

"Steven, tolong bawa ibu Susan ke kamar Erlin agar seluruh keluarga pak Hermawan berkumpul jadi satu, jangan sampai terpisah, bahaya." Pintaku dengan nada sesopan mungkin.

Wajahnya nampak tak suka kuperintah seperti itu, tapi akhirnya dia pergi menjemput bu Susan dan langsung membawanya ke kamar Erlin.

BRAAKK.. BRAAKK... BRAAKK..

Suara gedoran pintu makin keras, para makhluk itu berusaha menembus pagar gaib yang tadi aku pasang.

Aku segera mempersiapkan diri, tapi belum apa-apa, Steven sudah kembali muncul di belakangku.

"Mau apa lagi sih? kamu jaga keluarga pak Hermawan saja!" ucapku makin kesal.

"Ngapain kamu ngatur-ngatur?" jawabnya ketus.

Aku cuma bisa geleng-geleng kepala, lalu timbul niat usilku untuk memberinya pelajaran.

"Kamu mau saya transfer ilmu nggak? Biar kamu bisa ikut bantu mengusir makhluk halus. Wuiih.. nanti Erlin pasti kagum sama kamu!" aku coba menawarkan.

"Wah, emang bisa?" Tanya Steven sepertinya tertarik.

"Oh, bisa! bisa banget!" jawabku sambil menahan geli.

"Ya sudah, boleh lah." ucapnya antusias.

Kemudian aku minta dia memejamkan mata, lalu ku usap kedua matanya sambil komat-kamit. Wajahnya nampak serius.

"Nah, sekarang buka matamu, aku sudah transfer ilmu yang paling top!" ucapku sambil senyum-senyum sendiri.

Steven membuka matanya, lalu tersenyum sumringah..

"Iya, rasanya beda!" ucapnya sambil petentengan merasa seolah dia kini seorang dukun sakti.

"Sekarang, coba kamu lihat keluar sana." Pintaku pada Steven.

Dia langsung mengintip dari jendela, lalu spontan terpekik!

"Astaga! Itu apa?" Teriaknya lalu cepat mundur ke belakang dengan wajah ketakutan.

Aku setengah mati menahan tawa. Tanpa disadarinya, aku telah membuka indra ke-enamnya. Kini dia dapat melihat apa yang aku lihat, dan itu langsung membuat wajahnya pucat seputih kapas!

Steven makin ketakutan saat melihatku akan membuka pintu.

"Jangan dibuka! Gila kamu! Kamu apakan saya tadi?" ucapnya panik.

"Sudah, kamu diam saja di situ." Jawabku lalu membuka pintu dan berdiri di depannya.

Steven langsung panik melompat ketakutan sembunyi di balik sofa.

Saat pintu terbuka, sekumpulan makhluk langsung menyerbu, tapi segera ku halau dengan ilmu pukulan pemusnah.

Seluruh makhluk itu langsung terpental, tapi yang lainnya segera merangsek!

Sebentar saja, aku sudah sibuk meladeni keroyokan makhluk-makhluk itu.

Tanganku menghantam kesana-kemari, tapi aku makin kewalahan menghadang serbuan mereka yang menyerang secara bersamaan.

Aku mulai terdesak mundur. Semua makhluk itu makin beringas.

Aku khawatir kalau sampai mereka masuk, jiwa keluarga pak Hermawan bisa terancam.

Cuma ada satu jalan agar aku bisa menyelesaikan semua ini dengan cepat.

Tapi situasi tak memungkinkan karena kulihat Steven mengintip dari balik sofa.

"Aduh, bagaimana ini? Bisa gawat kalau dia melihatku berubah wujud.." batinku menimbang-nimbang.

Tapi apa boleh buat. Keselamatan keluarga pak Hermawan jauh lebih penting. Masalah Steven akan tau siapa diriku sebenarnya, itu urusan belakangan.

Ku pejamkan mata, perlahan ada hawa panas menjalar ke seluruh tubuh. Kemudian...

RRROAAAARR !!!

Aku berteriak keras, tubuhku perlahan berubah, seluruh kulitku muncul sisik-sisik ular berwarna keemasan...

"Hah? Setaaan!" Teriak Steven langsung lari terbirit-birit menuju kamar Erlin setelah melihatku berubah wujud menjadi siluman ular!

[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close