TUMBAL IBU SUSU (Part 4 END)
JEJAKMISTERI - Aku kembali terkejut! Tak kuduga ternyata bapaknya indah tega berbuat sekeji itu.
Teringat hasil semediku semalam, rupanya benar, yang aku lihat adalah bapaknya indah, pantas wajahnya mirip dengan pakde sularso.
"Dulu waktu indah masih kecil, mereka hidup miskin. Berkali kali wardiman, bapaknya indah, minta petunjuk padaku cara cepat untuk menjadi kaya, tapi selalu kutolak." Pakde sularso lanjut bercerita.
"Dia tau kalau aku menghabiskan masa mudaku dulu untuk menuntut ilmu kebatinan. Aku sering tapa dan semedi di tempat tempat keramat.."
"Tapi aku takkan pernah mau menjerumuskan adikku sendiri, makanya aku menolak." tambah pakde sularso lagi.
"Lalu apa yang terjadi pakde?" ucapku tak sabar menunggu kelanjutan kisahnya.
"Akhirnya wardiman pergi mencari jalannya sendiri. Dia terus mencari, berhari hari, bahkan sampai berbulan bulan, hingga menelantarkan anak dan istrinya.." Sambung pakde sularso lagi.
"Lalu karena tak tahan, akhirnya ibunya indah minta pisah, dan membawa indah pergi bersamanya.."
"Tapi belakangan ini, aku mulai merasakan ada sesuatu yang lain setiap kali aku berkunjung ke rumah indah, lalu aku coba mencari tau.."
"Dan ternyata, bapaknya indah sudah menemukan apa yang dia cari, kemudian mulai mengincar indah untuk dijadikan tumbal, betul begitu?" Ucapku menyambung cerita pakde sularso.
"Tepat sekali !" Sahut pakde sularso.
"Dia rupanya telah mendapatkan apa yang diinginkannya, dan kini indah ada dalam bahaya.."
Dia nampak serius lalu kembali berucap sambil memegang pundakku..
"Makanya, waktu kamu datang, aku merasakan suatu kekuatan besar dalam dirimu, dan aku minta kamu mau membantuku menjaga indah.." ucapnya pelan.
"Menurut perkiraanku, tak lama lagi, wardiman akan melaksanakan niatnya. makanya aku mohon padamu, tolong jaga indah.." sambungnya lagi dengan nada memelas.
Lalu tiba tiba, terdengar hp pakde sularso berdering. Lelaki itu nampak terkejut dan panik saat berbicara dengan seseorang di sebrang sana.
"Gawat nak yudha, indah hilang! barusan ibunya telpon, indah tak ada di rumah!" ujar pakde sularso sesaat setelah mematikan hp.
Akhirnya kami bergegas menuju ke rumah indah. Sesampainya di sana, langsung disambut oleh tangisan ibu indah yang pecah di hadapan pakde sularso.
"Ya ampun mas larso! Iki piye maaas! indah hilang!" Ujarnya sambil terisak isak.
Pakde sularso coba menenangkan ibu indah yang nampak sangat terpukul.
Aku tertegun, tapi kemudian aku merasa ada sesuatu yang lain di rumah ini..
"Ibu, pakde.. ijinkan saya untuk bersemedi di rumah ini, semoga indah bisa cepat kita temukan.." ucapku memohon ijin.
Mereka pun mengijinkan, lalu aku dibawa ke kamar indah, aura gaib begitu terasa dalam kamar ini..
Aku langsung duduk bersila, memejamkan mata, menajamkan mata bathin, memohon petunjuk sang Maha Kuasa..
Dalam semediku, masih terasa sisa sisa pertempuran gaib di kamar ini.
Rupanya bapaknya indah mengerahkan sejumlah makhluk gaib untuk mengalahkan buto ijo suruhan pakde sularso, dan membawa indah pergi.
Kemudian aku di tunjukkan sebuah penglihatan akan sebuah gua kecil berlumut di tengah hutan dekat dua buah pohon randu besar yang berjajar, indah dan bapaknya ada di sana.
Selanjutnya cepat cepat ku akhiri semedi, lalu menceritakan apa yang barusan aku lihat kepada pakde sularso.
Lelaki itu nampak geram, lalu kemudian berucap marah.. "Kurang ajar! sudah gila dia rupanya! Ayo nak yudha, aku tau dimana tempat yang barusan kamu ceritakan, semoga kita belum terlambat!"
***
Akhirnya kami pergi menuju ke sebuah lokasi yang letaknya lumayan jauh di perbatasan wilayah, membutuhkan waktu beberapa jam untuk sampai ke tempat itu.
Setibanya disana, dia segera mengajakku masuk ke dalam hutan kecil yang nampak angker, ditambah hari sudah menjelang sore, membuat suasana hutan makin mencekam.
Akhirnya kami sampai pada tujuan kami. Sebuah gua kecil tertutup semak belukar lebat, di dekatnya nampak dua buah pohon randu besar yang berdiri berjajar, bagaikan sebuah pintu gerbang.
Aura gaib nan jahat amat terasa dari dalam gua dan sekitarnya..
Pakde sularso rupanya juga merasakannya, lelaki itu nampak siaga, lalu kemudian berteriak lantang..
"Maan... Wardimaaan.. Keluar kamu!" ucapnya lantang.
Namun tak ada jawaban. Tapi kemudian terdengar langkah kaki dari dalam gua, makin lama semakin mendekat.
Akhirnya muncul seorang laki laki kurus berkulit hitam, berkumis tebal, sambil membawa sebilah keris ditangan..
"Hai mas larso! mau apa kamu kesini? Lebih baik kamu pulang saja, jangan campuri urusanku! ucap lelaki itu sambil mengacung acungkan kerisnya.
"Sudah gila kamu man! anak sendiri mau kamu tumbalkan! cepat lepaskan indah, atau kamu terima akibatnya!" Balas pakde sularso tak kalah galak.
Lelaki itu yang rupanya adalah wardiman, bapaknya indah, nampak menyeringai sinis menatap kami berdua.
Pakde sularso siaga, sambil berbisik ke arahku..
"Nak yudha, biar dia jadi urusanku, lebih baik kamu cepat masuk dan segera bawa indah pergi dari sini.." ucapnya lirih.
Aku mengangguk setuju, tapi belum sempat kami bergerak, wardiman tiba tiba merangsek menyerang dengan keris terhunus!
Aku dan pakde sularso langsung cepat menghindar, terasa ada suatu kekuatan besar ketika keris itu berkelebat cepat menyerang kami!
Pakde sularso langsung siap untuk membalas, sambil berteriak..
"Ayo! cepat masuk dan bawa indah pergi! Biar keparat ini aku yang ladeni!" ucapnya sambil melakukan gerakan memukul.
Aku paham, lalu berniat segera masuk ke dalam gua. Tapi belum sempat aku melangkah, tiba tiba muncul sesuatu dari dalam gua..
Sosok kecil bertelinga lancip, dengan kepala botak licin, matanya besar, ada taring kecil di sudut bibirnya, dan hanya mengenakan sebentuk kain penutup seperti popok...
Jumlahnya banyak sekali, mungkin puluhan, berhamburan keluar langsung memenuhi area mulut gua..
Menyeramkan!
Aku sudah siap, dengan ilmu pelindung raga, dan pukulan pemusnah di kedua tanganku..
Dan ketika puluhan makhluk itu mulai berlompatan menyerang, segera ku hantamkan kedua tanganku dengan membabi buta..
Beberapa makhluk itu terpental dan meraung keras, dan belasan lainnya nampak tertahan gerakannya karena terhalang ilmu pelindung raga..
Sebentar saja, seluruh makhluk kerdil itu porak poranda terkena serangan ku.
Tapi ini yang aneh... Makhluk makhluk itu seperti tak habisnya berdatangan, gugur satu tumbuh seribu, hingga akhirnya lama kelamaan tenagaku mulai terkuras..
Aku mungkin butuh sedikit bantuan, tapi saat kulirik pakde sularso yang sedang sibuk meladeni wardiman, nampaknya aku tak bisa mengharap bantuan darinya.
Lalu aku teringat sesuatu..
"Hmm, mungkin aku bisa coba minta bantuan dia, aku mau tau, sehebat apa dia di luar kandang.." batinku berucap.
Akhirnya aku melompat agak menjauh, makhluk makhluk itu kelihatan makin bringas, mereka segera memburu ke arahku..
Waktuku sempit, segera ku usap cincin berbatu merah yang melingkar di jari tanganku, sambil berbisik..
"Ki loreng, aku butuh bantuanmu.."
Ajaib !
Tiba tiba saja terdengar auman keras dari dalam rapatnya hutan! Lalu muncul sosok harimau besar, dengan mata menyala terang, dan wajah yang garang..
Tanpa diperintah, ki loreng langsung menerkam menerjang ke arah kerumunan makhluk makhluk kerdil yang sesaat lagi tiba ke arahku.
Sebentar saja, langsung terjadi pergumulan antara dua jenis makhluk gaib itu..
Agak sedikit lucu, bagaikan kucing besar sedang bermain main dengan puluhan anak kecil..
Ki loreng kini sibuk meladeni kumpulan "bocah" Mainan barunya, sedangkan pakde sularso nampak masih gagah bertarung berjurus jurus dengan wardiman.
Ini kesempatanku untuk masuk ke dalam gua.. aku berlari masuk tanpa halangan berarti, beberapa makhluk kerdil yang coba menghalangi, langsung terpental terpelanting saat ku tendang.
Akhirnya kini aku bisa masuk ke dalam gua, suasana terasa lembab dan suram, tercium aroma kemenyan yang sangat menyengat.
Lalu kemudian aku tersentak melihat pemandangan aneh yang ada di dalam gua..
Indah nampak sedang duduk bersimpuh, sambil memangku satu makhluk mirip bocah bocah kerdil tadi..
Tapi yang ini lain..
Makhluk yang satu ini jauh lebih besar, seumpama yang tadi bocah, yang ini mungkin remaja. Tapi sepertinya, dia berjenis kelamin perempuan, nampak dari rambutnya yang panjang dan kasar, serta payudara kecil di dadanya..
Tapi makhluk dalam pangkuan indah seperti tak menyadari kehadiranku, dia sedang asyik bermanja manja dengan indah, indah pun meladeni, bagaikan ibu dan anak..
Aku segera mendekat, tapi harus tetap waspada, sepertinya makhluk yang satu ini punya kemampuan lebih dibandingkan "adik adiknya."
Benar saja, baru selangkah maju, makhluk itu langsung melirik ke arahku dengan pandangan tak senang..
Dia langsung turun dari pangkuan indah yang nampak terpaku dengan tatapan mata yang kosong.
Kini makhluk itu berposisi membungkuk seperti binatang yang siap menerkam, menyeringai memperlihatkan barisan giginya yang runcing..
Aku tak mau buang buang waktu, tak perlu menunggu diserang, langsung ku layangkan tinju ke arah makhluk aneh itu.
Mahluk itu tak sempat menghindar, ia langsung meraung keras, terpental membentur dinding gua berlumut!
Tapi dia langsung cepat berdiri..
Sialan! Pukulan segitu hebat, tak mampu melukainya, makhluk ini benar benar lebih kuat dari adik adiknya tadi..
Tiba tiba dia menjerit melengking memekakkan telinga, dilanjut dengan adegan yang sangat tak disangka sangka..
Dia nampak bergetar.. Lalu dengan sangat aneh, tubuhnya seperti membelah diri jadi dua, dua jadi empat, empat jadi delapan..
Gila !
Kini ruang gua yang sempit dan lembab telah dipenuhi oleh belasan makhluk yang serupa! Pantas saja mereka tak habis habis kalau ternyata caranya seperti ini.
"Aku harus pancing makhluk makhluk sialan ini keluar gua.. aku tak mungkin bertarung disini, indah bisa terluka nanti.." batinku berucap.
Aku berbalik dan bergegas keluar dari gua.. Kulirik ke belakang, ternyata makhluk makhluk serupa itu langsung memburu mengikutiku keluar..
Bagus...
Sesampainya di luar, suasana nampak gelap. Rupanya sudah malam, aku sampai tak menyadarinya.
Tapi saat ku perhatikan, ternyata kini situasi sudah berubah.. Pakde sularso nampak terbaring sambil meringis memegang dada, wardiman nampak tersenyum sinis di dekatnya..
Sedangkan ki loreng nampak tenggelam dalam tumpukan makhluk makhluk kerdil yang mengerubunginya, hingga harimau jadi jadian itu cuma terlihat ekornya saja!
Waduh, gawat..
Sedangkan aku ?
Kini aku ada di tengah tengah lingkaran, dikelilingi oleh makhluk berbentuk serupa, siap menerkam dan mengoyak dengan gigi yang tajam!
Aku menghela napas dalam dalan, cuma ada satu jalan agar semua dapat kuatasi dengan cepat.
Tapi sebenarnya aku enggan mengubah diri kedalam wujud ularku..
Bagaimana aku bisa lepas dari pengaruh iblis, kalau aku masih saja terus mengandalkannya ??
Tapi apa boleh buat, tak ada jalan lain, ada dua nyawa yang kini harus ku selamatkan. Nyawa indah, dan pakde sularso..
Ku pejamkan mata, perlahan ada hawa panas menjalar ke seluruh tubuh. Kemudian...
RRROAAAARR !!!
Aku berteriak keras, tubuhku perlahan berubah, seluruh kulitku muncul sisik sisik ular berwarna keemasan...
Mataku merah menyala, lidahku menjulur panjang dengan ujungnya yang terbelah...
Pakde sularso dan wardiman langsung menengok saking terkejut, lalu keduanya nampak melongo melihat diriku yang kini telah berubah..
Tapi tidak dengan makhluk makhluk yang sejak tadi mengelilingiku..
Mereka secara serentak langsung melompat menerjang sambil menyeringai!
Tapi tak masalah, sekejap mata, seluruh makhluk makhluk itu habis terhempas gelombang pukulanku yang dahsyat, musnah terbakar menjadi abu...
Adik adiknya yang sedang mengerubungi ki loreng nampak terkejut. Mereka menjerit melengking persis seperti kakaknya tadi..
Tapi tiba tiba saja jumlah mereka berkurang drastis...
Rupanya, kemampuan mereka memperbanyak diri berasal dari sang kakak, sehingga ketika sang kakak musnah, hasil duplikatnya pun ikut musnah.
Kini jumlah mereka hanya sekitar puluhan saja, nampaknya inilah jumlah mereka yang sebenarnya.
Sebagian dari mereka langsung melompat memburu ke arahku.. Tapi nasib mereka sama seperti kakaknya, terbakar menjadi abu saat terkena pukulanku.
Aku langsung memburu sisanya yang masih mengerubungi ki loreng, tapi rupanya makhluk kerdil itu ciut juga nyalinya!
Mereka langsung kabur berlarian terbirit birit masuk dan hilang ditelan gelapnya hutan..
Ki loreng yang nampak kelelahan dan terluka, masih sempat menunduk memberi hormat ke arahku..
Lalu kemudian harimau jadi jadian itu melompat pergi dan hilang masuk ke dalam hutan.
Kini tinggal wardiman dan pakde sularso, keduanya nampak ketakutan saat aku datang mendekat sambil mendesis desiskan lidahku yang bercabang..
Tapi memang benar kata pakde sularso, wardiman sudah gila! Dia nekat melompat dan menyerang ke arahku dengan keris terhunus di tangan!
Dan hasilnya sudah bisa ditebak, kerisnya patah saat berbenturan dengan sisik emasku yang sekeras baja!
Lelaki itu pun terpelanting ketika coba menyerangku dengan tangan kosong.. Memang sudah hilang akal dia..
Diserang seperti itu, aku sangat marah, setengah mati aku coba meredam emosi, tapi tak bisa..
Pengaruh iblis sangat kuat terasa bila aku ada dalam wujud silumanku ini.
Akhirnya dengan satu kibasan tangan, wardiman langsung terjengkang, lalu kelojotan dengan tubuh membiru, dan mulut yang berbusa, meregang nyawa keracunan..
Pakde sularso ketakutan melihat adiknya terbujur kaku dihadapannya.
Dia berangsur angsur mundur sambil memanggil terbata bata..
"Yud.. Yudha..?" panggilnya pelan.
Suara panggilan pakde sularso seperti menyadarkanku. Lalu kucoba berusaha menguasai diri.
Ku ambil posisi duduk bersila, ku atur nafasku mencoba mengembalikan wujudku seperti semula.
Perlahan sisik emas di sekujur tubuhku menghilang, ada hawa dingin di sekitar pusarku, pertanda aku telah normal kembali...
Kini aku telah kembali kewujud manusia. Tapi pakde sularso masih ragu tak berani mendekat.
Aku segera bangkit, mendekati pakde sularso sambil mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri.
Pakde sularso nampak masih ragu, tapi akhirnya menyambut uluran tanganku, sambil bertanya lirih..
"Yudha..? ini benar kamu..?"
Aku tersenyum sambil menjawab..
"Iya pakde.. Ayo, kita bawa pulang indah sekarang." ucapku coba menenangkan.
Akhirnya indah kami bawa keluar dari dalam gua, kemudian gua itu kami hancurkan, supaya tak ada lagi orang yang mengikuti jejak sesat wardiman, dan makhluk makhluk kerdil yang kabur tadi tak kembali bersarang.
Singkat cerita, indah berhasil kami bawa pulang. Ibunya sangat bahagia melihat anaknya pulang dengan kondisi baik baik saja.
Indah nampak terpukul begitu mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Tapi dia juga lega karena dirinya terbebas dari mara bahaya.
Aku dan pakde sularso masih bertahan sejenak di rumah indah, Berjaga jaga bilamana ada gangguan susulan.
Kami duduk duduk di teras, sementara Indah sedang beristirahat di kamar ditemani ibunya.
Terima kasih nak yudha, kalau tak ada nak yudha, kami tak bisa membayangkan bagaimana nasib indah.." ucap lelaki itu pelan.
Dia nampak jadi sedikit segan semenjak melihat sepak terjangku saat di hutan tadi. Membuatku jadi merasa tak enak.
Sama sama pakde, mudah mudahan mulai saat ini, indah beserta ibunya sudah aman, tak ada lagi yang mengganggu.." Aku membalas sambil tersenyum.
"Maaf, kalau boleh aku bertanya, itu tadi nak yudha pakai ilmu apa? Dahsyat sekali.." pujinya sambil geleng geleng kepala.
"Ilmu setan pakde! warisan bapak saya.." Jawabku sekenanya..
"Sebenarnya saya enggan menggunakan ilmu seperti itu, tapi bila keadaan mendesak, apa boleh buat?" Sambungku lagi.
"Oh, begitu.. Tapi jujur, seumur umur aku malang melintang di dunia kebathinan, baru kali ini aku melihat ilmu sedahsyat itu.. Luar biasa.." Pujinya lagi.
Aku cuma bisa tersenyum kecil sambil membatin...
"Belum tau saja dia, itu belum seberapa..." ucapku dalam hati sedikit sombong.
"Tapi itu tadi makhluk apa pakde? Baru kali ini aku lihat makhluk seperti itu.." tanyaku coba mengalihkan pembicaraan.
"Itu tadi makhluk makhluk yang biasa dipelihara untuk pesugihan. Sejenis tuyul, tapi yang ini jauh lebih berbahaya.."
Aku mengangguk ngangguk paham, dan lanjut bertanya..
"Lalu, kenapa harus menumbalkan indah? apa gadis itu mau dibunuh lalu diumpankan untuk dimangsa makhluk makhluk itu?"
Pakde sularso menggeleng keras lalu kembali menjelaskan..
"Bukan! Bukan untuk dibunuh. Makhluk makhluk itu biasanya minta disusui sebagai imbalan atas harta yang mereka berikan.. Nah, wardiman ingin menjadikan indah sebagai ibu susu dari mereka.."
Aku terkejut!
Ini mah gila! Tak dapat terbayangkan, indah menyusui makhluk kerdil menyeramkan itu, apalagi kakaknya..
"Loh, tapi kan indah masih gadis pakde, mana mungkin dia memiliki air susu?" tanyaku tanda belum paham.
"Nggak masalah, karena yang dihisap makhluk makhluk itu bukan air susu, melainkan darah.." balas sang pakde serius.
"Hah?? Pesugihan edan! Indah lama-lama bisa mati dihisap darahnya oleh makhluk makhluk menyeramkan itu.." Balasku tercengang.
"Ya begitulah.. pesugihan model begitu memang syaratnya seperti itu. Mereka minta istri atau anak perempuan untuk dijadikan ibu susu." Jelas pakde sularso lagi.
"Wardiman tak bisa mengorbankan ibunya indah, karena sudah bukan istrinya lagi, jadi cuma indah satu satunya yang memenuhi syarat untuk dijadikan tumbal.." Sambung pakde sularso.
"Aku banyak tau hal hal seperti ini waktu aku masih getol menimba ilmu kebathinan dari berbagai macam guru semasa muda dulu. Ada yang ilmu putih, ada pula yang hitam.." sambungnya lagi.
"Aku dulu juga hampir tergoda dan terjerumus, tapi rupanya Tuhan masih melindungiku.." ucap pakde sularso lirih.
Aku mengangguk ngangguk tanda telah paham. Akhirnya setelah merasa situasi aman, aku pun pamit. Ibu indah tak henti hentinya berterima kasih kepadaku, makin membuatku tambah canggung.
***
Beberapa hari berikutnya, kembali saat situasi jam makan siang di pabrik, waktunya rehat sejenak sambil bersenda gurau dengan teman teman..
Dan untuk kesekian kalinya, nampak Indah yang sudah mulai masuk kerja, datang mendekat..
Mas yudha, ini ada titipan makanan dari ibu, trus sekalian ada satu kotak lagi buat di bawa pulang.." ucap indah sambil menyerahkan dua kotak berisi makanan.
Tapi kali ini gadis itu tak lagi menunduk malu, dia sapa semua teman temanku, sambil terus mengumbar senyum manis...
Sebaliknya, semua teman temanku yang biasanya berisik, malah berbalik terdiam, terheran heran melihat perubahan sikap indah yang drastis...
Aku jadi geli sendiri melihat semua itu, tapi tiba tiba, aku merasakan kehadiran sesuatu...
Samar samar terlihat ada sosok yang berdiri di belakang indah..
Apa mungkin buto ijo sang penjaga itu?
Kembali kuperhatikan dengan lebih fokus, menajamkan mata batin. Dan ternyata..
ASTAGA !!!
Ada Mayang Kemuning berdiri di situ, bertolak pinggang, melotot marah ke arahku !!!
Mati aku...
~SEKIAN~