Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

AKSORO JIWO - Tembang Kaping Kalih (2)

"Tembang asmoro lan kuciwoku marang desoku, patiku dudu pati, nanging patiku amargo loro atiku marang desoku. Kowe kabeh kudu ngerasakke loro sak jeroning atiku lan soroku. KABEH KUDU MATI!!!"

-mbok darsinah-


Jika saya lalai menyebutkan nama asli mohon diam saja, skip saja dan jangan sesekali menyebut namanya dengan keras, apalagi sendirian di ruang gelap. Berdoa dan jangan pernah membaca cerita ini sendirian.

Jika terjadi efek :
Mual -pusing/pandangan kunang-kunang
Tengkuk berat
Punggung panas

Lakukan :
  • Tutup hp
  • Wudhu/minum air putih
  • Al-fatihah 7x
  • An-naas 7x
  • Al-falq 7x
  • Al-ikhlas 7x
  • Ayat kursi 7x
Baca juga "siro ora ganggu balio asale panggonmu"

Bismillahirohmanirrohim.
Demit ora ndulit setan ora doyan.
Suryo mancer ing sak ubenge pager
Getih ireng ing sak ubenge peteng
Pupusing nyowo ing sasonoloyo
Soko lemah bali dadi lemah
Gemah ripah loh jinawi

***

JEJAKMISTERI - Terlihat sosok tersenyum menyeringai diatasnya, terlihat pula gadis kecil muk dibawahnya sedang tersenyum juga ke arah mbah sambung dan mbok darsinah.

“Nduk rene..” (nak sini..) ucap mbok darsinah pada siska kecil.

Hanya diam dan masih tersenyum persis dengan senyum menyeringai sosok diatasnya.

“Nduk! Reneo!” (Nak! Sini!) ucap mbok darsinah dengan sedikit membentak pada siska.

Namun lagi-lagi siska hanya tersenyum memandangi mereka dengan senyum masih menyeringai. Mbok darsinah pun cemas, mbok darsinah langsung mendekati siska dan menariknya.

Namun.. Wustttt… sosok itu langsung turun dan menarik siska, terlihat mbok darsinah dan sosok itu saling Tarik-menarik tangan siska.

“Demit ora dugo, culne putuku!” (demit tidak punya sopan santun, lepaskan cucuku!) ucap mbok darsinah sambil melotot ke arah sosok itu.

Sosok itu melepaskan tangannya siska lalu mencengkeram kepala mbok darsinah...

Mbah sambung pun terkejut karena sosok itu mencekeram kepala mbok darsinah seperti akan mematahkannya. 

Dengan sigap mah sambung langsung mengeruangkan kerisnya dan berjalan menuju sosok itu...

Hendak di hunuskan kerisnya, sosok itu melepaskan cengkeramannya dan terbang ke atas pohon asem lagi.

Sosok itu dan mbah sambung hanya beradu tatapan mata, saling melotot. Bahkan kedua seakan berinteraksi seolah sedang bertarung batin...

Dan.. mbah sambung pun meninggalkan sosok itu dan menuntun mbok darsinah.

"Ayo nyai" ucap mbah sambung, tak lupa juga menggendong siska. Mbah sambung menuntun menuju ke dalam gubuk.

Hari-hari pun berlalu dengan cepat, Siska masih suka bermain di bawah pohon asem besar itu. Masih asyik dengan temannya sosok wujud santet brojo.

Sampai-sampai wujud itu dinamai atau diberi nama oleh siska dengan nama mbak ayu. Digambarkan cerita oleh siska mbak ayu ini cantik dan murah senyum, selalu mengajari siska tentang hal-hal yang membuat siska lebih mengenal dunia itu sangat kejam.

Manusia itu adalah makhluk paling berbahaya karena mempunyai nafsu yang terkadang tidak bisa dikendalikan dan tidak puas dengan segala bentuk pencapaian.

Di bulan suro kembali terjadi perdebatan yang sangat serius di keluarga muk.

“Kang iki kepiye yo kang, siska soyo suwe soyo aneh, medeni nek tak sawang-sawang” (kang ini kenapa ya kang, siska semakin lama semakin aneh, menakutkan kalau aku lihat-lihat) ucap mbok darsinah panik.

Matanya melihat ke penjuru arah entah memastikan Sesuatu…

Mata muk pun mengikuti mbok darsinah melihat juga ke segala penjuru arah…

Dari luar terdengar suara gemuruh orang berbincang...

"Sopo kae?" (siapa itu?) Tanya mbok darsinah pelan...

Dan...

Terdengar banyak suaran langkah kaki yang tersaji dalam sepiring malam yang sunyi dan sepi...

Kreeekkkk!!!! Tiba-tiba pintu terbuka....

Dan....

"M... mm... mas muk...." Ucap seseorang dengan terbata-bata...

Dia adalah sarno, penjaga rumah broto yang baru saja bekerja dengan broto seminggu.

Ternyata yang mondar-mandir dari luar rumah dan menciptakan suara langkah kaki adalah sarno. Matanya merah melotot dan gagu.

"Ono opo sar, ono opo?" (Ada apa sar, ada apa?) Tanya muk pada sarno.

"Aaaaa... aaaa... anu mas muk" Ucap sarno masih gelagapan...

Sarno pun memegang tangan muk seolah ingin mengajaknya ke suatu tempat. Tini, mbok darsinah pun hanya bisa melihatnya.

Di waktu yang sama mbah sambung sedang bergegas pula melakukan topo ijol nyowo atau pertapaan tukar nyawa.

Topo ijol nyowo dilakukan dengan penuh kerahasiaan dan hanya mbok darsinah yang tau, karena itu juga konsekuensi atau syarat jika mau menyelamatkan keluarga muk dari malapetaka santet brojo.

Di bawah rerimbunan pohon ringin muk dan sarno masih berjalan, di ikuti susulan langkah tini yang menggendong siska dan gandengan tangan mbok darsinah.

Sampailah pada sebuah gubuk kecil, gubuk yang reot dan usang. Itu adalah rumah sarno.

Di sebuah bilik kecil, dengan dinding anyaman bambu serta kamar tidur berkelambu. Nampak dua sosok manusia yang hanya terbujur kaku.

Hiasan cahaya remang lampu minyak petrolium usang menyajikan jelas pandangan yang membuat sekujur tubuh meriang.

Kedua insan manusia tak berdaya dengan mulut perot dan mata secara ingin keluar karena melotot.

Tangan dan kaki pun hanya terlihat seolah seperti batang jagung.

"Niki mas muk" (Ini mas muk) Ucap seorang suami, ucap seorang bapak yang menunjuk istri dan anak perempuannya terbaring lunglai di tempat tidur reot yang banyak termakan rayap.

"Yo kenek opo iki sar?" (Ya terkena apa ini sar?) Ucap muk bertanya pada sarno. Namun hanya gelengan kepala yang di hidangkan oleh sarno.

"Mukk... mukkk..." Sapa lembut seseorang dari luar gubuk reot sarno. Itu adalah mbok darsinah dan istrinya serta anaknya siska.

"Duh gusti ngopo iki kok isoh koyo ngene?" (Ya tuhan kenapa ini kok bisa seperti ini?) Ucap mbok darsinah.

Semua hanya diam kecuali muk, muk meminta mbok darsinah untuk menolong keluarga sarno.

Namun mbok darsinah menolak, karena hal ini cukup beresiko.

"Muk kuwi jenenge ingonan balong arak, ingonan iki ora biso di culke utowo di pateni soko asale mergo iki pacet paten ono ijol balen karo opo sek pernah di entukke sarno" (Muk itu namanya peliharaan tulang arak, peliharaan itu tidak bisa dilepas apalagi dibinasakan dari asalnya karena itu sebuah pertukaran dengan apa yang di dapat sarno) Ucap mbok darsinah.

Namun muk tetap bersikeras memohon pada mbok darsinah untuk menolong keluarga sarno.

Semua karena iba sampai-sampai muk memohon dengan penuh ketulusan. Hati seorang lelaki baik-baik yang sangat jarang ada di dunia.

Mbok darsinah sebenarnya ragu karena tanpa mbah sambung ia seperti belum mampu jika menolong keluarga sarno seorang diri.

Ada juga kemungkinan jika salah prosesi maka nyawa yang akan menjadi ganti.

Singkat cerita, tepatnya di malam selasa kliwon prosesi itu dilakukan. Dan segala kebaikan yang dilakukan menjadi sebuah petaka di desa.

Prosesi itu tak berjalan sesuai rencana, istri dan anak perempuan sarno malah meregang nyawa.

Mbok darsinah pun terkena imbasnya, tangan mbok darsinah mengalami luka bakar hebat dan membuat matanya buta satu karena terkena tusuk dupa.

Apakah hanya sebatas itu nelangsa yang di terima mbok darsinah akan niatan baiknya? 

TIDAK!!!

Sarno terpukul dan serasa dendam dengan muk dan mbok darsinah.

Umpatan "asu, bajingan dan kata kasar lain" terucap dari sarno bersama derai air matanya dan rasa sesak di dadanya melihat keluarganya meregang nyawa.

Hari-hari mbok darsinah terasa pilu, banyak fitnah dan omongan warga desa akan peristiwa di gubuk reot sarno.

Sarno seolah mengujarkan kebencian pada warga desa akan peristiwa itu.

Di sudut lain terlihat broto tertawa lepas melihat kemalangan hidup mbok darsinah.

Para orang tua desa pun enggan lagi memakai jasa dukun beranak mbok darsinah dan enggan pula menitipkan anaknya pada mbok darsinah. Hanya keluarga muk dan tini saja yang masih baik dengan mbok darsinah dan tetap menitipkan siska pada mbok darsinah untuk diasuh.

Para orang tua desa mungkin merasa jijik dengan penampilan baru mbok darsinah.

Wanita tua dengan satu mata buta dan tangan yang seolah hitam mengerikan.

Nelangsa dan duka harus diterima oleh wanita tua dengan hati malaikat itu.

Cacian dan makian adalah sarapan dan makan malam setiap hari wanita tua ini.

Manusia memang serupa iblis jika sudah termakan ucapan dan ujaran kebencian.

Apakah salah?

Pada kenyataannya memang negeri ini gampang sekali di ujari oleh penyakit hati.

Sore yang biasa mbok darsinah sedang asyik bermain bersama dibawah pohon asem. Tawa canda keduanya serasa memecah lara dan nelangsa mbok darsinah.

Tiba-tiba banyak anak-anak yang melihat keseruan mbok darsinah dan siska.

Bukan ingin bergabung bermain bersama namun malah melempari siska dan mbok darsinah dengan batu sambil berteriak. 

"Wong edannn wong edan... hahaha" (Orang gilaaa orang gila... hahaha)

Salah satu lemparan dari anak-anak itu mengenai kepala siska. Terlihat kepala siska sampai berdarah, sontak membuat mbok darsinah marah...

Di ambilnya sapu lidi dan menghampiri anak-anak itu, semua anak-anak berlarian dan berhamburan. Anak-anak itu berlari menuju arah kebun bambu samping pohon asem. Na'as, salah satu terjungkal dan...

Akkkkk!!!!!!

Terdengar suara dari kebun bambu itu...

Anak-anak lain masih berlarian...

Terlihat sebuah kejadian yang membuat ngilu dan ngeri...

Tersungkur seorang bocah laki-laki di bekas potongan bambu. Kepalanya tercancap bekas potongan bambu dan perutnya pun bolong ditembus runcingnya bekas potongan bambu.

Darah mengalir berbau amis di bekas potongan bambu itu, bocah itu pun kejang-kejang menghadapi sakaratul mautnya...

Mbok darsinah hanya bisa menatap dan menyaksikan sebelum ajal menjemput bocah lelaki kecil itu...

Lalu dengan memberanikan diri, mbok darsinah mendekati dan mencoba membalik posisi bocah itu serta menariknya dari bekas potongan bambu yang menguning namun sekarang berubah menjadi merah pekat...

Ya tuhan...

Orang tua mana yang takkan meneteskan air mata..

Bocah kecil itu terlihat sangat mengenaskan, kedua matanya copot dan perutnya bolong...

Mbok darsinah pun membaringkannya dan mencari daun pisang yang ditujukan untuk menutupi jasad bocah kecil itu...

Namun dari kejauhan nampak sarno melihat semua itu dan berteriak pada mbok darsinah yang masih menutupi jasad bocah kecil itu, tak disangka sarno langsung mendorong mbok darsinah dan memakinya serta menyumpahinya.

Dengan amarah sarno membuka daun pisang itu...

Sarno menangis...

Sarno marah dan murka....

Langsung sarno berkata. "Owalah ngger, aku ora trimo. Bakal tak bales matimu!" (Owalah nak, aku tidak terima. Akan aku balas kematianmu!)

Lalu Sarno membopong jasad bocah kecil itu, dan ternyata itu adalah keponakannya sarno.

Dendam kian mendalam di hati sarno...

Entah iblis apa yang merasukinya, namun hati sarno sudah menjadi durjana...

Mala petaka desa akan tercipta...

Dan semua hanya akan menunggu ajal saja..

Tak ada yang bisa selamat, bahkan doa pun akan terasa sia-sia...

***

Di malam itu, seperti biasa mbok darsinah masih asyik bercanda dengan siska. Siska mungkin hanya anak kecil namun siska mempunyai pikiran yang malah dewasa dan lebih manusiawi dari warga desa.

Ada sebuah kata yang mungkin membuat mbok darsinah sampai bercucuran air mata...

"Mbok, nopo to wong-wong ndeso podo jahat karo simbok, padahal kan simbok kan seneng nulung wong-wong ndeso. Opo roso manungso neng ndeso iki wes mati yo mbok?"

(Mbok, kenapa sih orang-orang desa pada jahat dengan simbok, padahal kan simbok kan suka menolong orang-orang desa. Apa rasa kemanusiaan orang di desa ini sudah mati ya mbok?) Ucap siska yang masih kecil sekali. Namun, kata itu begitu dalam jika dirasakan dengan penuh empati.

Mbok darsinah hanya tersenyum, dan menahan air matanya meski tak ayal ditahan pun masih jua menetes di matanya...

"Ora kok nduk, wong ndeso ki ketoke lagi kenek kahanan mungkin, dadi yo ngono kui" (Tidak kok nak, orang desa itu sepertinya sedang terkena permasalahan mungkin, jadi ya begitu) Jawab simbok darsinah seraya masih mengelus kepala siska yang ada dipangkuannya.

"Hla ibuk kalih bapak teng pundi to mbok? Kok wayah bengi ngene dereng mriki" (Hla ibuk dan bapak dimana sih mbok? Kok sampai waktu malam begini belum juga kesini?) Tanya siska lagi.

"Yo paling, bapak kalih ibuk mu nembe repot nduk, ditunggu dhisik yo. Saiki genduk turu wae, mengko pas tangi bapak kalih ibuk mu mesti sampun dugi" (Ya paling, bapak dan ibu mu sedang repot nak, ditunggu dulu sebentar ya. Sekarang kamu tidur saja, nanti pas bangun bapak dan ibu mu pasti sudah datang) Jawab mbok darsinah dengan tersenyum...

"Nggih (iya) mbok" Ucap siska dalam dekap hangat kasih mbok darsinah...

Tak lela lela lela ledung, ndang turuo gendukku cah ayu....

Tak lela lela lela ledung, ndang turuo gendukku cah ayu....

Tembang pengantar tidur jawa di nyanyikan oleh mbok darsinah...

Tapi...

Diluar rumah ternyata sudah ada tini yang mendengarkan semua percakapan anak gadis kecilnya dan mbok darsinah. Nampak tini juga iba dan menangis akan nasib mbok darsinah...

Namun Di pohon asem itu...

Tini seolah merasakan sesuatu...

Hihihi... ada senyum menyeringai tepat diatas pohon asem itu...

Tini pun langsung masuk ke dalam rumah mbok darsinah karena ketakutan...

Brakkk!!! (Suara mendorong pintu)

"Tin.. ono opo kok koyo keweden ngono?" (Tin.. ada apa kok seperti ketakutan begitu?) Tanya mbok darsinah kebingungan akan sikap tini dan kulitnya yang terlihat pucat pasi...

"Mboten wonten nopo-nopo mbok hehe.." (Tidak ada apa-apa mbok hehe..) Jawab tini dengan senyum sekenanya...

"Owalah yowes, iki anakmu awit mau nggoleki awakmu tin, banjur tak turu-turu wae. Soale sirahe bucur mau..." (Owalah yasudah, ini anakmu dari tadi mencari kamu tin, terus aku tidur-tidurkan saja. Soalnya kepalanya bedarah tadi..) Ucap mbok darsinah...

"Hlah! Kok iso to mbok?!" (Hlah! Kok bisa sih mbok?!) Tanya tini terkejut akan ucapan mbok darsinah...

"Yo mau ono cah cilik akeh balangi watu terus keno siska tin..." (Ya tadi ada anak kecil banyak melempari batu terus kena siska tin..) Jawab mbok darsinah...

"Bocah saiki kok ora nduwe unggah-ungguh. Seneng ngelarani wong liyo, banjur gede arep dadi opo..." (Anak sekarang kok tidak punya sopan-santun. Suka menyakiti orang lain, kalau besar mau jadi apa..) Ucap tini.

Mbok darsinah masih sibuk mengipasi siska yang tertidur sembari mengelus serta mengecup kepala anak kecil tini itu...

Nampak mbok darsinah begitu menyayangi siska...

"Hla iki anakmu arep mbok gendong mulih? Lagi wae turu hlo iki tin..." (Hla ini anakmu mau kamu gendong pulang? Baru saja tidur hlo ini tin..) Ucap mbok darsinah...

"Nggih mbok, ten griyo mboten wonten sinten-sinten. Nopo njenengan tumut kulo sekalian ten griyo mbok?" (Iya mbok, di rumah tidak ada siapa-siapa. Apa kamu ikut saya sekalian ke rumah mbok?) Pinta tini pada mbok darsinah...

Namun mbok darsinah menolak dan memilih istirahat saja di gubuk sederhananya. Beliau berkata bahwa sangat lelah dan ingin tidur lebih awal...

"Owalah nduk-nduk sek sabar nduk, kabeh bakale mulyo akhire. Bakal tak jogo awakmu sampek tekan matiku nduk" (Owalah nak-nak yang sabar dulu ya nak, semua akan mulia akhirnya. Akan kujaga kamu sampai datang kematianku nak) Ucapan mbok darsinah begitu tulus sambil mengecup kening serta mengelus kepala siska.

Sebelum itu simbok meminta ingin menggendong siska entah karena apa terlihat tetesan air mata dari kedua bola wanita tua itu...

Tak lelo lelo lelo ledung....

Senuk ayu putuku sek ayu dewe...

Tak lelo lelo leo ledung...

Nyanyian dari mbok darsinah...

Tini pun mengalungkan jarik/selendang pada badannya dan menggendong buah hatinya.

Tini pun ijin pamit pulang kepada mbok darsinah karena memang sudah menjelang malam...

Setapak demi setapak hanya ditemani penerangan obor, tapi... 

Tung!!! Tung!!! Tung!! Tung!!!

Terdengar suara kentongan begitu nyaring...

Tini mendengar banyak orang menyambangi poskamling. Nampak ramai dan geram terlihat raut semua orang di situ...

Ayooo parani!!!! (Datangi!!!!)

Ayoooo!!!!

Brak bruk!!!!

Suara teriakan dan langkah kaki penduduk yang seperti kerasukan setan malam itu...

Tapi... Yang lantang bicara diantara mereka semua adalah suara sarno dan broto...

Terdengar jelas di kedua daun telinga tini...

Langkah geram kesetanan mengawal semua penduduk desa...

Tempat yang akan mereka datangi tak lain adalah gubuk dukun beranak desa yaitu mbok darsinah...

Tukang santet!!!

Wong tuo (orang tua) setan! Balike (kembalikan) keluargaku baji****!!! Umpatan demi umpatan keluar dari mulut sarno di tambah provokasi dari broto.

Semua penduduk desa pun ikut mengumpati bahkan menyumpahi wanita tua yang tak tau apa-apa itu...

Dan...

Wushhh!!!

Dilemparnya obor oleh broto diikuti sarno ke gubuk mbok darsinah...

Plethakk!!!!! Jrettt!!!!

Kobaran api langsung menjalar, si jago merah kian melalap segalanya...

Obong urip-urip!!! Obong wong tuo tukang santet kuwi!!! (Bakar hidup-hidup!!! Bakar orang tua tukang santet itu!!!)

Obong!!! Obong!!! (Bakar!!!) Teriakan kesetanan para penduduk desa...

Haaaa!!! Panass!!!! Terdengar jeritan dan kesakitan dari dalam gubuk itu...

Di balik pohon tini pun tak bisa berbuat apa-apa, ia hanya bisa menangis sembari melihat kejadian keji itu di depan matanya....

Sungguh biadab penduduk desa dimalam itu...

HAHAHAHA

HAHAHA...

MODARR!!! (MATI!!!) ucap sarno dan broto menyaksikan serta mendengar jeritan dari dalam gubuk yang terbakar hebat itu...

Plathak!!!!

Plethekkk!!!

Haaaa!!!!

Dorrr!!!!

Suara jeritan dan kebakaran menyatu menjadi pilu....

Tiba-tiba....

Brakkk!!!

Keluar seseorang dari dalam gubuk, pakaianya terbakar...

Kulitnya melepuh....

Rambutnya terbakar...

Dan seluruh tubuhnya masih menyisakan luka bakar begitu hebat...

Whaaa!!!!

Semua penduduk desa terkejut...

Tiba-tiba wanita tua itu jatuh tergeletak di teras gubuknya disaksikan seluruh penduduk desa...

"Iki pripun pak broto?" (Ini bagaimana pak broto?) Tanya semua penduduk desa.

"Sek sek tak pikire sek..." (Sebentar-sebentar aku pikirkan dulu..) jawab broto.

Broto pun mengajak semua warga untuk membawa wanita tua itu ke area tengah hutan. Dimana di sana terdapat sumur tua belanda...

Dibawalah wanita tua itu menuju ke hutan itu...

Masih terdengar suara eraman kesakitan dari mulut mbok darsinah...

Suara itu mungkin terdengar seperti sakaratul maut...

Sampailah di sumur tua di tengah hutan....

Wushhh!!!!

Byurrr!!!

Di lemparkan wanita tua yang sudah tak berdaya itu kedalam sumur dan segera semuanya bergegas meninggalkannya...

"POKOE IKI WES RAMPUNG, AYO BALI SAIKI!" (POKOKNYA INI SUDAH SELESAI? AYO KEMBALI SEKARANG!) ucap broto...

Semua penduduk pun kembali dan pulang kerumah masing-masing. Hanya tini yang masih menangis tersedu yang masih juga berdiam diri di balik pohon asem itu...

Namun...

Tepat waktu tengah malam terdengar suara....

Mungkin setanpun akan ketakutan apalagi manusia jika mendengarnya...

Tembang tresno marang desoku....

Deso kang ayem lan bungahi ati....

Ojo podo sembrono....

Ojo podo salah lelaku...

Dongamu muspro....

Tiba-tiba....

Langgam suara dan entah bisa-bisanya di sertai gamelan yang entah dari mana berubah menjadi teriakan keras wanita tua....

"Tembang asmoro lan kuciwoku marang desoku, patiku dudu pati, nanging patiku amargo loro atiku marang desoku. Kowe kabeh kudu ngerasakke loro sak jeroning atiku lan soroku. KABEH KUDU MATI!!!"

(Lagu asmara dan kecewaku kepada desaku, matiku bukanlah kematian, matiku dikarenakan sakit hatiku akan desaku. Kalian semua harus merasakan sakit sejauh hatiku dan sengsaraku. SEMUA HARUS MATI!!!) ucap suara yang keras memenuhi desa.

"Huhuhu wes le aku ora kuat nyeritakno meneh..." (Huhuhu sudah nak aku tidak kuat menceritakannya lagi...) Ucap bu tini padaku.

Deno dan dimas merlihat kesedihan masih menyelimuti raut tua bu tini...

Namun....

Settttt.......

Sepintas kulihat ada seorang nenek tua berjalan membungkuk cepat menuju lift.

"Wes jarno" (Sudah biarkan) Ucap dimas sambil menepuk bahuku keras..

Tak ada lagi yang bisa aku tanyakan pada bu tini, karena bu tini menolak menceritakannya...

Kami pun masih kekurangan petunjuk agar masalah ini segera terselesaikan...

Namun bu tini meminta sepucuk kertas dan menuliskan sesuatu...

Di kertas itu terlihat sebuah alamat dan siapa saja nama-nama yang bisa kami datangi agar lebih menambah petunjuk...

Kami seolah lelah akan permalahan ini. Dan kami tahu tujuan kami besok kemana...

Ke dusun mati di sebelah timur jawa...

[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close