DARAH KEABADIAN (Part 1)
Lanjutan kisah hidup seorang manusia dengan iblis yang bersemayam dalam dirinya.
JEJAKMISTERI - Kupacu motor menembus jalan lengang. Hujan gerimis yang mendadak turun tak membuat laju motorku jadi melambat. Bayang-bayang kasur yang empuk jadi pemacu semangatku untuk segera sampai di kontrakan.
Malam ini, aku dalam perjalanan pulang seusai lembur yang melelahkan. Meski pak Yanto sang manajer memberiku keleluasaan dalam mengatur jam kerjaku sendiri, namun aku enggan memanfaatkannya.
Aku tak mau diistimewakan hanya karena pernah menolong keluarga pak Hermawan sang pemilik pabrik. Semua itu malah membuatku jadi risih. Aku hanya ingin jadi karyawan biasa dan diperlakukan sama seperti teman-temanku yang lain.
Sekilas kulirik jam tangan, nyaris tengah malam. Kupercepat laju motorku melibas jalanan sepi yang kian licin diguyur air hujan.
Namun ketika melintasi satu tikungan yang menurun, diriku terkejut saat melihat ada orang yang tergeletak di tepi jalan.
"Ya Allah! Dia kenapa?"
Kuhentikan motor lalu bergegas menghampirinya. Ternyata dia seorang gadis muda. Dan dia sepertinya pingsan. Namun diriku jadi terkesima begitu melihat wajahnya yang sangat mirip dengan Mayang Kemuning.
Kenapa dia? Apa jangan-jangan dia korban tabrak lari? Tapi tubuhnya tak sedikit pun terluka. Hanya pakaiannya saja yang nampak basah dan kotor.
Namun belum sempat apa-apa, tiba-tiba tengkukku merasakan sayatan sebuah benda yang amat tajam!
AAAH!
Teriakku kesakitan spontan berbalik badan! Tepat di belakangku, ada seorang lelaki berkumis tebal dengan tahi lalat besar di pipi kirinya yang berdiri dengan sebilah keris yang terhunus!
"Heh! Siapa kamu? Mau apa?" Tanyaku lantang sambil meraba tengkukku yang kini berdarah.
Namun dia tak menjawab. Dia masih berdiri tak bergeming sambil menyeringai. Diriku langsung siap pasang kuda-kuda. Aku curiga dia orang jahat. Dan gadis itu mungkin sudah jadi korbannya.
Lalu mataku tertuju pada keris yang ada di tangannya. Bisa kurasakan kekuatan yang amat besar terpancar dari benda tajam berlekuk itu.
Siapa lelaki ini? Mau apa dia? Dari keris yang digenggamnya, aku yakin kalau dia cuma bukan perampok biasa. Benda hebat semacam itu terlalu aneh bila dijadikan senjata untuk merampok orang.
Tiba-tiba si gadis bangkit dan langsung berdiri lalu menghampiri lelaki itu. Aku makin heran. Ini pasti ada yang tak beres..
"Siapa kalian?" Tanyaku pada mereka. Namun lagi-lagi tak ada jawaban. Perasaanku jadi tak enak. Meski aku belum tau apa maksud mereka, namun firasatku mengatakan kalau aku ada dalam bahaya.
Lalu mendadak terasa ada hawa dingin yang menjalar di sekujur tubuh. Seiring dengan itu, tubuhku berangsur lemas seakan-akan kehilangan tenaga.
Kucoba kerahkan tenaga dalam untuk melawannya. Namun sia-sia. Ini kenapa? Rasa dingin itu pun kian hebat hingga membuat tubuhku jadi menggigil. Kepalaku pening, dadaku sesak, dan akhirnya diriku ambruk tak sadarkan diri...
***
Aku terbangun di atas sehelai tikar jerami. Kepalaku sakit. Seluruh tulang dan sendi pun terasa ngilu.
Dalam posisi rebah, kuperhatikan sekeliling yang nampak gelap. Suasananya begitu sunyi. Hanya ada suara-suara binatang malam yang sayup terdengar disertai hawa dingin dan bau lembab dari lumut yang basah.
Aku di mana?
Otakku coba mengingat kembali apa yang telah terjadi sambil meraba tengkukku yang terasa perih.
Kupaksakan diri untuk bangkit lalu duduk di atas tikar. Sejenak diam coba memahami situasi. Hingga akhirnya diriku sadar kalau ternyata sedang berada dalam sebuah goa yang besar.
Kucoba mengatur napas untuk mengalirkan energi demi memulihkan diri. Tapi lagi-lagi tak bisa.
Akhirnya dengan sisa tenaga, kucoba berdiri lalu merambat pada dinding goa menuju lorong keluar. Namun sayup terdengar gema langkah kaki yang datang mendekat dari luar sana.
Tak lama kemudian, muncul lelaki berkumis tebal itu dengan kerisnya yang kini terselip di pinggang. Dia tersenyum sambil menatap tajam ke arahku.
"Hmm, rupanya kamu sudah siuman. Luar biasa. Daya tahan tubuhmu jauh lebih hebat dari dugaanku. Baguslah. Justru itu yang aku harapkan."
"Siapa kamu? Apa maksud semua ini?" Tanyaku sambil mempersiapkan ilmu pukulan pemusnah. Namun lagi-lagi tak bisa. Aliran tenagaku seolah menguap entah kemana.
Pria itu tersenyum. Dia seperti tau apa yang terjadi. "Tak ada gunanya kamu mengerahkan ilmu kesaktianmu. Semua itu hanya sia-sia. Selama 40 hari, kamu hanyalah pemuda biasa."
Astaga! Apa benar yang dikatakannya? Siapa lelaki ini sebenarnya?
Dia kembali tersenyum lalu menjawab seolah mampu membaca pikiranku.
"Aku Joyokusumo. Keturunan dari eyang Ronggo Lawe. Aku memang sengaja mencarimu demi menyempurnakan ilmuku. Dan tak lama lagi, aku akan jadi manusia hebat yang kekal dan abadi."
"Mencariku? Untuk sempurnakan ilmu? Apa maksudmu?"
"Aku sengaja mencarimu agar bisa minum darahmu! Darah manusia setengah siluman sepertimu akan membuatku hidup kekal. Tadinya aku memburu bayi siluman yang waktu itu kamu sembunyikan. Namun kini aku kehilangan jejaknya. Tapi dari pencarianku itu, aku malah menemukan dirimu."
Ya Allah! Jadi dia salah satu dari orang-orang yang waktu itu memburu Panji! Dan kini dia berbalik mengincar nyawaku!
"Heh Joyokusumo! Kamu pikir kamu bisa dengan mudah membunuhku? Ayo maju!" Teriakku menantangnya lalu ambil posisi siap tarung.
"Hahaha... Kamu pikir kamu bisa melawanku? Sebenarnya aku malas meladenimu, cuma buang-buang waktu. Kemampuan kita tak sebanding. Tapi baiklah, lagipula sudah lama aku tak berkeringat. Sekarang saksikan kehebatan Joyokusumo!"
Seusai bicara, Joyokusumo langsung maju dan melayangkan pukulannya! Diriku segera berkelit dan melancarkan serangan balasan. Namun aku merasa kalau gerakanku jadi lambat tak segesit biasanya.
Dalam beberapa jurus saja, aku mulai terdesak. Ilmu silat yang kupunya seakan tak ada artinya di hadapan lelaki ini. Dia dengan mudahnya menangkis bahkan beberapa kali mampu mendaratkan pukulannya tepat di tubuhku.
Aku pun kian terdesak. Hanya bisa berkelit dan menangkis. Namun satu hantaman keras di dada akhirnya membuatku langsung terpelanting menabrak dinding goa!
Brak!
Diriku terkapar meringis kesakitan sambil memegangi dada. Joyokusumo perlahan mendekat. Aku hendak bangkit, tapi tenagaku seolah habis tak tersisa.
Aku sadar kini dalam kesulitan. Segera kupanggil Ki Loreng demi meminta bantuan darinya.
"Ki Loreng, aku butuh bantuanmu."
Langsung terdengar auman keras yang menggema! Ki Loreng telah muncul di dekatku sambil menatap garang ke arah Joyokusumo!
Lelaki itu sempat kaget. Namun langsung sunggingkan senyuman yang mengejek.
"Eh, rupanya kamu punya kucing peliharaan ya? Ayo sini pus.. Biar kubikin sate sekalian!" Ucap Joyokusumo lalu menghunus keris yang terselip di pinggangnya.
Ki Loreng mengaum keras! Harimau besar jadi-jadian itu pun langsung lompat menerkam! Joyokusumo menyambutnya dengan sabetan keris yang langsung membuat Ki Loreng mengaum kesakitan lalu menghilang!
"Ki Loreng! Astaga!"
Diriku tak menyangka kalau Ki Loreng dengan mudahnya bisa dikalahkan. Joyokusumo menyeringai sinis lalu melirik ke arahku.
"Apa masih ada peliharaanmu yang lain? Ular? Buaya? Kuda? Atau Gajah barangkali? Suruh mereka datang!" Ucap Joyokusumo dengan angkuhnya.
Aku tak mampu menjawabnya. Dadaku masih terasa sesak. Kini tak ada cara lain. Segera kuhimpun tenaga dan konsentrasi agar bisa mengubah wujudku menjadi siluman ular.
Tapi lagi-lagi aneh. Dua titik hitam di bawah pusarku tak merespon seperti biasanya. Kini diriku hanya bisa duduk bersandar di dinding goa sambil meringis menahan sakit.
Joyokusumo mendekat. Dia lantas berdiri sambil mengacungkan kerisnya persis di hadapanku.
"Keris Welut Ireng warisan eyang Ronggo Lawe ini mampu memusnahkan segala makhluk halus dan siluman jadi-jadian di seluruh muka bumi ini. Kamu yang cuma tergores saja langsung tak bisa apa-apa. Kalau aku mau, aku bisa dengan mudahnya membunuhmu."
Aku cuma terdiam sambil memandangi keris itu. Bisa kurasakan tenagaku yang seolah tersedot oleh kekuatan magisnya. Kini diriku sadar, aku benar-benar ada dalam bahaya.
Akhirnya Joyokusumo menyelipkan kembali keris itu di pinggangnya. Dia lantas berjongkok lalu berkata persis di depan wajahku.
"Sekarang kamu dengar baik-baik. Selama 40 hari kamu akan jadi tawananku. Dan bila waktunya tiba, aku akan menyembelihmu lalu meminum darahmu. Tapi kamu jangan khawatir, selama kamu di sini, aku akan memberikan kenikmatan surga dunia yang tak pernah kamu bayangkan! Hahahaha.."
Setelah itu Joyokusumo pun pergi. Tinggal diriku yang langsung terkapar tak berdaya di atas lantai goa yang dingin.
Dadaku kian sesak hingga akhirnya muntah darah. Pukulan Joyokusumo rupanya mengandung tenaga dalam yang begitu hebat. Kepalaku sakit. Pandanganku memudar, lalu akhirnya gelap.
***
Aku terbangun saat mencium aroma bunga melati yang amat menyengat. Mayang kemuning?
Segera kubuka mata dan langsung kaget saat melihat ada seorang gadis yang duduk bersimpuh di dekatku.
Tapi dia bukan Mayang Kemuning, melainkan gadis yang waktu itu kulihat terkapar di tepi jalan. Meskipun wajahnya amat mirip, namun belum mampu menandingi aura kecantikan Mayang kemuning.
"Siapa kamu?" Tanyaku pada gadis itu dengan nada sedikit ketus.
"Namaku Dinar. Aku diminta Joyokusumo untuk menjaga dan mengurusmu selama kamu ada di sini."
"Jadi kamu antek-antek lelaki gila itu?"
Dinar menggeleng cepat. Dia lantas menunduk dengan raut wajah yang jadi sedih.
"Aku bukan kaki tangannya. Semua ini kulakukan demi adikku. Joyokusumo menculik adikku. Lalu aku diminta untuk menuruti keinginannya kalau ingin adikku selamat."
"Astaga.. Kenapa kamu tidak lapor polisi saja?"
"Aku nggak berani. Joyokusumo mengancam akan membunuh adikku jika aku berani melakukannya."
"Ya Allah. Licik sekali orang itu."
Kemudian terdengar suara langkah kaki yang datang mendekat. Wajah Dinar berubah jadi ketakutan. Tanpa sadar gadis itu beringsut mendekat ke arahku.
"Hmm.. Sudah bangun kamu rupanya. Baru kena pukulanku saja, kamu langsung semaput semalaman begitu." Ucap Joyokusumo yang kini berdiri dengan angkuhnya.
Aku tak menjawab. Sebenarnya aku ingin kembali melawannya. Tapi begitu melihat keris Welut Ireng yang terselip di pinggangnya, aku berubah pikiran. Aku tak mungkin menghadapinya saat ini. Lagipula tenagaku belum sepenuhnya pulih.
"Heh gadis gembel! Mulai hari ini kamu tinggal di sini untuk menemaninya. Semua makanan dan minuman nanti akan ada yang mengantar. Dan ingat! Jangan sampai lupa untuk melakukan tugas utamamu." Ucap Joyokusumo kepada Dinar.
Mendengar lelaki itu berbicara dengan nada yang kasar, seketika darahku mendidih. Aku paling tak suka kalau ada wanita yang dikasari.
"Heh kumis lontong! Bisa-bisanya kamu bicara kasar seperti itu! Lihat saja, aku pasti akan menghajarmu nanti!"
"Hahaha... Anak siluman! Kenapa kamu yang marah? Apa urusanmu? Asal kamu tau, ada tugas khusus yang kuberikan pada gadis itu yang akan membuatmu senang! Bisa-bisa nanti malah kamu berterima kasih padaku!"
"Tugas khusus? Tugas khusus apa?" Tanyaku sembari melirik ke arah Dinar yang malah menunduk malu.
"Penasaran ya? Aku memang akan membunuhmu. Tapi setelah kamu mati, aku ingin punya darah siluman yang lain sebagai pelengkap. Jadi aku mau kalian berdua berhubungan badan sampai gadis itu hamil dan kelak melahirkan bayi siluman hasil hubungan kalian. Gimana? Jenius kan? Hahaha.."
Aku langsung terkejut! benar-benar tak menyangka kalau Joyokusumo bisa berpikiran sejauh itu. Dinar tetap menunduk tanpa berani menatap wajahku.
[BERSAMBUNG]
*****
Selanjutnya