Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

DARAH KEABADIAN (Part 2)


JEJAKMISTERI - "Gimana? Enak kan? Seperti yang kemarin aku bilang, sebelum kamu mati, aku akan memberikan kenikmatan dunia untukmu. Aku sengaja mencari gadis yang mirip dengan kekasih gaibmu itu sekalian dengan aroma melatinya, biar kamu bernafsu untuk menggaulinya." Ucap Joyokusumo lagi.

"Heh orang gila! kamu pikir kami binatang? Seenaknya saja minta kami kumpul kebo! Memangnya kalau kami menolak, kamu mau apa?"

"Dasar goblok! Dikasih enak malah marah! Terserah kamu lah! Aku punya segudang cara agar kalian mau melakukannya. Lihat saja nanti!"

Joyokusumo pun berbalik pergi. Saat dia lengah, aku pun segera ambil kesempatan untuk menyerangnya!

Terima ini!"

Teriakku lantang sambil melayangkan tinjuku ke arah kepalanya! Namun mendadak ada sebuah tangan besar dan berbulu yang menghantam tubuhku hingga terhempas ke tanah!

BUGH!

Joyokusumo spontan berbalik dan langsung tersenyum sinis. Di dekatnya, kini berdiri sosok Genderuwo bertubuh besar yang menyeringai memperlihatkan sepasang taringnya yang tajam!

"Memangnya semudah itu kamu bisa menyerangku? Nih! Kamu hadapi Genderuwo peliharaanku! Dan selama kalian ada di sini, dia akan menjaga kalian agar tak bisa kemana-mana. Hahahaha..."

Aku hanya bisa meringis kesakitan sambil menatap tajam ke arah Joyokusumo dan Genderuwo itu. Dinar yang jadi ketakutan hanya bisa meringkuk sambil menyembunyikan wajahnya tanpa berani melihat.

Joyokusumo pun berbalik pergi, tapi dia sempatkan diri menoleh sambil tersenyum.

"Oh iya, seluruh tempat ini sudah dijaga oleh barisan Genderuwo peliharaanku. Jadi tak akan ada manusia atau makhluk gaib yang bisa masuk, bahkan semut sekalipun! Jadi jangan harap akan ada yang datang untuk menolongmu."

Selesai bicara, Joyokusumo pun melangkah pergi meninggalkan diriku dan Dinar bersama Genderuwo besar yang tetap berdiri di sana mengawasi kami.

"Dinar? Kamu nggak apa-apa?" Tanyaku pada gadis itu yang masih meringkuk ketakutan menyembunyikan wajahnya.

"Aku takut! Apa Genderuwo itu masih ada?" Tanya Dinar tanpa berani menoleh.

"Masih. Tapi nggak apa-apa. Sepertinya dia hanya ditugaskan untuk menjaga. Dia tak akan melukai kita selama kita tidak memaksa untuk keluar."

Mendengar ucapanku, Dinar memberanikan diri menampakkan wajahnya. Namun dia kembali ketakutan dan langsung bersembunyi di balik punggungku ketika melihat Genderuwo itu menyeringai memperlihatkan taringnya!

Demi melihat hal itu, aku pun coba bersiasat untuk mengatasi situasi.

"Heh makhluk jelek! Memangnya kamu harus terus menampakkan wujudmu begitu? Kalau terus seperti itu, bagaimana bisa kami melakukan apa yang tuanmu inginkan?"

Mendengar ucapanku, Genderuwo itu menyeringai. Aku tak tau apakah dia mengerti atau tidak. Tapi tanpa diduga, sosok menyeramkan itu mendadak hilang!

Meski sosoknya telah hilang, namun aku masih bisa merasakan kehadirannya. Tapi tak mengapa. Untuk saat ini, situasi seperti ini masih lebih baik ketimbang tadi.

"Dinar, makhluk itu sudah pergi."

"Yang benar? Kamu jangan bohong." Jawab Dinar tak percaya masih sembunyi di balik punggungku.

"Iya. Coba kamu lihat dulu."

Dinar pun perlahan menampakkan wajahnya dari balik pundakku. Entah mengapa dadaku jadi berdebar-debar saat hembusan lembut napasnya menyentuh leherku disertai harum bunga melati yang semerbak tercium dari tubuhnya.

"Iya, dia sudah pergi. Apa kamu nggak mau coba keluar dari tempat ini?" Tanya Dinar.

Aku cuma menggeleng. Entah bagaimana harus mengatakannya. Dinar pikir makhluk itu sudah pergi. Padahal tanpa dia sadari, aku yakin makhluk itu masih ada di sini dan saat ini pasti sedang mengawasi kami.

"Nggak. Aku yakin makhluk itu langsung muncul kalau aku melangkah keluar. Nggak percaya? Coba kita buktikan."

Aku bangkit lalu melangkah menuju lorong keluar goa. Tapi baru beberapa langkah saja, mendadak terdengar raungan keras yang menggema menggetarkan seisi ruang.

GRRROOOAHH !

Dinar seketika pucat! Aku langsung coba menenangkannya. "Benar kan?" Ucapku berkelakar demi meredakan rasa takutnya.

"Lalu kita harus gimana?"

"Aku belum tau. Untuk saat ini, kita terpaksa berdiam di sini. Tapi kamu jangan takut. Aku pasti melindungimu kalau makhluk itu coba menyakitimu."

Mendengar ucapanku, Dinar nampak lebih tenang. Kucoba untuk mengalihkan perhatian dengan memulai obrolan sekaligus mencari tau tentang dirinya.

"Memang bagaimana ceritanya sampai Joyokusumo bisa menculik adikmu?"

"Namanya Putri. Dia baru kelas 3 SD. Kami anak yatim piatu. Putri diculik Joyokusumo sepulang sekolah. Tadinya aku sama sekali tak mengenal lelaki itu dan tak mengerti mengapa dia menculik Putri dan menjadikannya sebagai jaminan. Tapi sekarang aku tau apa maksudnya."

"Aku juga. Aku sama sekali tak mengenalnya sampai aku bertemu dengannya saat peristiwa kemarin malam. Manusia gila itu rupanya menempuh segala cara demi bisa mencapai tujuannya."

"Tadi dia bilang kalau kamu anak siluman? Apa maksudnya?"

Demi mendengar pertanyaan itu, aku pun jadi terdiam. Aku ragu untuk mengatakan yang sebenarnya pada Dinar.

Tapi mengingat kini Dinar sudah terlibat begitu jauh, aku pikir dia berhak tau. Akhirnya kuceritakan tentang siapa diriku. Dan sesuai dugaan, Dinar pun terbelalak kaget seolah tak percaya.

"Serius? Kamu nggak bercanda kan? Jaman seperti ini masih ada orang seperti kamu?"

"Iya. Dan rupanya Joyokusumo tau akan hal itu hingga dia menginginkan darahku."

"Tapi tampangmu kok biasa aja? Masa siluman ular ganteng begini?"

Aku cuma bisa tersenyum mendengar ucapan polosnya. Andai saja dia bisa melihatku berubah wujud, mungkin kata-kata tadi takkan terlontar dari bibirnya yang indah dan ranum.

Bibir indah dan ranum? Mikir apa sih aku ini?

Tapi harus kuakui, wajah Dinar benar-benar mirip Mayang Kemuning. Ingin sekali rasanya melihat Dinar ngomel-ngomel tak karuan agar kemiripannya bisa sempurna.

Namun aku tak mau pikiranku makin ngelantur. Aku pun coba mengalihkan perhatian agar tak semakin terbius oleh kecantikan wajah Dinar.

"Dinar. Aku mau semedi sebentar. Aku ingin coba menjalin rasa dengan pamanku yang ada di Karang Sewu."

Meski heran, Dinar mengangguk seolah paham. "Ya sudah. Kalau begitu aku tidur saja." Sahutnya lalu berbaring di atas tikar jerami.

Aku pun langsung duduk bersila. Memusatkan pikiran dan mata batin. Memohon petunjuk Yang Maha Kuasa.

Namun setelah sekian lama mencoba, usahaku sia-sia. Entah mengapa semua kemampuanku seakan musnah. Aku pun cuma bisa termenung memikirkan apa yang selanjutnya harus kulakukan.

Sejenak aku melirik Dinar yang sudah terlelap. Aku jadi kasihan padanya. Dia dan adiknya yang tak tau apa-apa harus jadi korban dari ambisi seorang maniak yang haus akan kejayaan.

Mataku jelalatan memandangi dinding goa yang berlumut. Terlihat ada beberapa lubang kecil di situ. Demi melihat hal itu, aku bagai mendapat ilham. Tapi apa bisa? Namun tak ada salahnya aku mencoba.

Kupusatkan konsentrasi untuk memanggil semua ular yang ada di tempat ini. Setelah beberapa saat, terdengar suara mendesis yang berasal dari salah satu lubang itu.

Berhasil!

Aku kegirangan ketika melihat ada beberapa ular yang bermunculan dari dalam lubang.

"Aku tak tau apakah kalian mampu. Tapi aku minta tolong kabari pamanku di Karang Sewu atau siapa pun untuk minta bantuan. Sekarang pergilah. Aku mengandalkan kalian."

Ular-ular kecil itu pun mendesis sebelum akhirnya pergi. Kini tinggal aku sendiri yang kelelahan hingga membuat mataku jadi mengantuk. Akhirnya kuputuskan untuk tidur dan berharap semoga besok tenagaku pulih kembali.

[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close