Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

DARAH KEABADIAN (Part 3)


JEJAKMISTERI - Esok harinya, aku terbangun dan langsung heran melihat ada bungkusan berisi makanan dan minuman tak jauh dari tempatku berbaring.

Dinar rupanya sudah bangun lebih dulu. Aku pun bertanya padanya darimana semua itu berasal.

"Aku juga nggak tau. Waktu aku bangun tadi, semuanya sudah ada di situ." Jelas Dinar.

"Ya sudah. Kamu lapar nggak?"

Dinar mengangguk. Kami pun akhirnya makan dengan lahapnya sambil berharap setelah itu tenagaku akan pulih dan mampu keluar dari tempat terkutuk ini.

Tapi baru saja selesai makan, mendadak diriku merasakan sesuatu yang aneh. Tubuhku seperti melayang. Dunia seakan berubah. Bersamaan dengan itu, muncul gejolak rasa yang dengan cepatnya melonjak terasa sampai ke ubun-ubun.

Kualihkan pandangan ke arah Dinar. Tapi yang kulihat bukan dia. Melainkan Mayang Kemuning yang duduk dengan mengenakan pakaian tipis menerawang yang membuatku seketika menelan ludah.

"Mayang?"

Mayang Kemuning sunggingkan senyum penuh arti. Aku pun tergoda untuk menghampirinya. Saat kami sudah begitu dekat, aroma bunga melati yang tercium dari tubuhnya membuatku makin mabuk kepayang.

Tanganku tergerak untuk menyentuh kulit tubuhnya yang mulus. Mayang pun seakan membuka diri hingga membuat hasratku kian menjadi-jadi.

Apakah ini mimpi?

Diriku bagai hilang kendali. Entah setan apa yang telah menguasai. Aliran darah yang berdesir kencang membuat jantung ini berdegup tak beraturan. Desakan hasrat yang begitu kuat menuntunku untuk berani berbuat lebih.

Lalu tiba-tiba terdengar suara yang membentak keras persis di telingaku!

"Yudha!"

Aku tersentak dan langsung kaget begitu menyadari kalau diriku sedang berada di atas tubuh Dinar yang pakaiannya sudah berantakan tak karuan!

Astaghfirullah!

Aku pun seketika menjauh. Dinar yang rupanya juga tersadar segera menyingkir lalu cepat-cepat membenahi pakaiannya sambil berbalik badan.

Setelah itu, Dinar sengaja duduk menjauh dan hanya terdiam sambil menundukkan wajah. Sama seperti dirinya, aku pun malu. Tapi kini aku sadar, sepertinya kejadian tadi akibat dari makanan yang baru saja kami santap.

Joyokusumo gila!

Lalu suara siapa tadi? Mataku jelalatan coba mencari-cari. Namun tak ada siapa-siapa selain aku dan Dinar yang masih duduk di sana sambil menundukkan wajah.

Batinku hanya bisa menduga-duga. Tapi suara siapa pun itu, yang jelas sudah menghindarkan kami dari sebuah perbuatan bejat dan terkutuk.

"Dinar, kamu nggak apa-apa?"

Dinar hanya mengangguk tanpa menjawab. Aku jadi tak enak padanya. Tapi aku jadi khawatir, sampai sejauh mana perbuatanku tadi?

"Dinar, apakah kita tadi sudah...

Dinar langsung menggeleng meski pertanyaanku belum usai. Aku pun lega dan langsung meminta maaf padanya.

"Maafkan aku Dinar. Aku tadi kehilangan kontrol. Aku juga tak tau kenapa bisa begitu. Tapi aku kira semua itu akibat dari makanan itu."

Dinar hanya mengangguk. Aku tak tau apakah dia malu atau marah hingga tak mau bicara. Tapi mungkin lebih baik begitu. Mungkin dengan menjaga jarak kejadian tadi bisa kami hindari.

***

Hingga esok harinya, makanan dan minuman itu kembali datang. Kami tak lagi berani menyentuhnya. Namun akibatnya, kami jadi kelaparan.

Tapi bagiku semua itu tak jadi masalah. Aku sudah terbiasa berpuasa. Namun lain halnya dengan Dinar. Tubuhnya nampak lemas. Dia pun terpaksa minum tetesan air yang jatuh dari dinding dan langit-langit goa.

Aku terus berusaha untuk mengerahkan tenaga dalam agar bisa mengeluarkan semua ilmu yang kumiliki. Tapi hasilnya nihil. Joyokusumo benar, aku kini hanyalah pemuda biasa.

Tadinya aku ingin meminta bantuan Mayang Kemuning. Namun setiap kali kusebut namanya, dia tak pernah muncul. Sepertinya Joyokusumo sudah melindungi tempat ini dengan pagar gaib hingga Mayang tak bisa hadir.

Genderuwo itu pun sepertinya belum beranjak dari goa ini. Bisa kurasakan kehadirannya yang seolah terus mengawasi kami entah darimana.

Terhitung sudah beberapa hari kami begini. Siang dan malam tak ada bedanya lagi. Dinar terkulai lemas di atas tikar jerami. Dia benar-benar menderita. Tapi aku salut padanya. Dia rela kelaparan demi menghindarkan diri dari perbuatan terkutuk itu.

Hari berikutnya, Joyokusumo akhirnya datang. Dia jadi sedikit kaget melihat kondisi kami yang begitu lesu.

"Lho? Kenapa jadi pada lemas begitu? Memangnya habis berapa ronde? Kecapekan ya? Hahahaha.."

Tapi tawanya seketika berhenti begitu melihat makanan kami yang masih utuh. Wajahnya pun jadi berubah.

"Ohh.. Rupanya kalian sudah tau kalau makanan itu ada jampi-jampinya. Berarti kalian belum melakukan apa-apa? Baiklah. Aku masih punya banyak cara. Lihat saja nanti."

Selesai bicara dia pun segera pergi. Aku sudah tak perduli lagi. Aku pun tak perduli kalau harus mati entah karena kelaparan atau karena dia sembelih.

Yang jelas aku tak mau sampai terjerumus melakukan perbuatan terkutuk itu hingga membuat Dinar hamil dan Joyokusumo mendapatkan apa yang diinginkannya. Biar aku saja yang jadi korban. Aku tak rela kalau sampai ada korban yang lain, apalagi itu anakku!

***

Beberapa jam kemudian, Joyokusumo kembali datang. Sejenak dia memandang sinis kepadaku sambil sunggingkan senyum yang misterius.

Lalu dia duduk bersila sambil membakar kemenyan dan dupa. Mulutnya komat-kamit. Sebentar saja, ruangan goa ini dipenuhi asap yang baunya begitu menyengat.

"Kalian boleh saja tahan tak makan berhari-hari. Tapi aku ingin tau seberapa kuat kalian bisa menahan napas." Ucap Joyokusumo sambil tersenyum licik.

Aku tak tau apa maksudnya. Namun bau menyengat itu sebentar saja membuat kepalaku jadi pusing.

Tapi tak lama kemudian, sesuatu terjadi. Diriku bagai kerasukan hingga membuat hasratku kembali datang dan kian tak tertahan seolah siap meledak!

Gila!

Rupanya asap itu mengandung satu kekuatan yang aneh. Aku seperti bukan diriku sendiri. Kini dalam kesadaranku yang tinggal setengah, aku berusaha menahan napas demi bisa mengendalikan diri dan melawan pengaruh gila ini.

Namun tidak dengan Dinar.

Gadis itu perlahan mendekatiku lalu mengalungkan lengannya di leherku. Belum hilang rasa kagetku, Dinar lantas coba mencium bibirku dengan liarnya hingga membuatku jadi gelagapan!

"Nah! Begitu! Ayo terus!" Teriak Joyokusumo kegirangan.

[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close