Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

DARAH KEABADIAN (Part 5 END)


JEJAKMISTERI - Aku dan Dinar langsung panik! Sang pemuda pun nampak terkejut hingga dia jadi lengah dan tak menyadari kalau Joyokusumo diam-diam menyelinap pergi meninggalkan tempat ini.

"Ayo! Cepat kita keluar dari sini!" Teriak si pemuda di antara suara gemuruh yang kian keras.

Aku pun segera membawa Dinar keluar mengikuti pemuda itu. Sebentar saja, kami telah sampai di luar goa yang ternyata ada di tengah-tengah hutan yang amat lebat.

"Panji? Kamu Panji?" Tanyaku pada pemuda itu.

"Iya mas, aku Panji." Jawabnya sambil tersenyum.

"Ya Allah.. Cepat besar kamu ya? Luar biasa!" Sahutku sambil geleng-geleng kepala.

Panji pun hanya tersenyum. Aku tak butuh lagi penjelasan. Sosok Panji yang dulu hanya bocah kecil kini menjelma menjadi seorang pemuda gagah. Tapi semua itu jadi terasa wajar bila mengingat betapa cepat pertumbuhan badannya waktu itu.

"Bagaimana kamu bisa ada di sini?"

"Seekor ular datang kepadaku dan memberitahukan kalau mas Yudha ada dalam bahaya. Aku langsung pergi ke tempat ini dan untungnya bisa tiba tepat pada waktunya."

"Terima kasih Ji. Untung kamu cepat datang. Kalau nggak.. Wah, aku nggak tau gimana jadinya." Ucapku sambil melirik ke arah Dinar yang kini nampak seperti orang linglung.

"Kasihan gadis itu. Sepertinya dia masih ada dalam pengaruh aroma dupa perangsang. Ini mas, cepat suruh dia minum ini." Ujar Panji sambil menyerahkan sebotol air.

Aku pun segera memberikannya pada Dinar yang langsung meminumnya sampai habis karena memang selama ini dia kehausan.

Selesai minum, Dinar pun sadar kembali. Dia lantas jadi malu mengingat apa yang telah terjadi saat dia ada dalam pengaruh asap dupa perangsang tadi.

"Panji, kenapa keris Joyokusumo tak mempan pada dirimu? Padahal aku yang cuma tergores saja langsung tak bisa berbuat apa-apa."

"Keris itu memang sangat ampuh, namun tetap punya kelemahan. Keris itu akan kehilangan kesaktiannya selama 1000 hari bila ujungnya dijilat oleh seorang gadis perawan. Tapi aku yakin Joyokusumo akan kembali datang. Mas Yudha harus hati-hati. Orang itu licik dan berbahaya."

Aku pun mengangguk paham sambil melirik ke arah Dinar. Gadis itu pun lantas mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Panji.

"Terima kasih mas Panji sudah menolongku. Tapi saat ini adikku masih ada dalam kekuasaan Joyokusumo."

"Kamu jangan khawatir. Tadi sebelum ke sini, aku telah membebaskan adikmu. Dan saat ini dia sedang menunggumu di rumah."

"Alhamdulillah! Yang bener mas? Ya Allah.. terima kasih mas!" Pekik Dinar kegirangan.

"Iya sama-sama. Kamu tak perlu khawatir kalau nanti Joyokusumo datang dan mengusik kalian lagi. Mulai saat ini, kamu dan adikmu ada dalam perlindunganku dan mas Yudha."

Dinar pun mengangguk senang. Lalu mendadak tercium aroma bunga melati yang amat menyengat menusuk hidung.

Aku tau siapa yang datang.

Dan benar saja. Mayang Kemuning tiba-tiba muncul di hadapanku dan langsung memelukku erat-erat.

"Yudha! Kamu nggak apa-apa?" Tanya Mayang khawatir.

"Aku baik-baik saja." Balasku sambil gelagapan kesulitan bernapas dalam pelukan eratnya.

Panji hanya tersenyum. Namun Dinar malah jadi ketakutan melihat Mayang yang datang entah dari mana.

"Ki Loreng datang kepadaku dan memberitahukan kalau kamu dalam bahaya. Tapi setiap kali aku ingin mendatangimu, seolah ada dinding tebal yang menghalangi. Apa yang terjadi?" Tanya Mayang.

Aku pun menceritakan pada Mayang tentang Joyokusumo yang menyekapku dalam goa dan ingin membunuhku sebelum akhirnya Panji datang menolong. Tapi aku sengaja tak menceritakan tentang apa yang terjadi antara diriku dengan Dinar.

"Lalu dia siapa?" Tanya Mayang sambil melirik ke arah Dinar. Mayang nampak heran melihat wajah Dinar yang begitu mirip dengan wajahnya.

"Oh, dia juga diculik Joyokusumo dan ikut disekap bersamaku di dalam goa."

"Ikut disekap? Berdua saja di dalam goa?" Tanya Mayang penuh selidik. Arah pertanyaan gadis gaib ini mulai membuatku sedikit khawatir.

"Iya." Jawabku singkat berharap dia tak melanjutkan pertanyaannya.

"Lalu selama disekap kalian ngapain aja?"

"Ya nggak ngapa-ngapain. Cuma ngobrol-ngobrol aja."

"Cuma ngobrol? Benar begitu Ji?"

Panji yang tiba-tiba ditanya begitu langsung gelagapan. Dia tau persis bagaimana watak Mayang kemuning. Melihat Panji yang jadi gugup, fokus Mayang pun beralih kepada pemuda itu.

"Mmm.. anu kak. Aku sih kurang jelas ya." Jawab Panji sekenanya nampak kebingungan melihatku memberi kode agar dia tutup mulut dari balik punggung Mayang yang berdiri membelakangiku.

"Panji, aku tau siapa dirimu. Kalau kamu berani berbohong, maka proses menghilangkan pengaruh iblis dalam dirimu akan menemui kesulitan. Sekali lagi aku tanya, apa yang mereka lakukan di dalam goa?"

Wajah Panji jadi memelas. Dia ada dalam dilema. Di satu sisi dia ingin melindungiku dari amukan Mayang Kemuning yang amat dahsyat dengan segala omelannya. Namun di sisi lain, dia tak berani berbohong karena hal itu akan mempersulit dirinya sendiri.

Aku pasrah. Aku serahkan keputusannya pada Panji sambil melirik ke arah Dinar yang hanya terdiam tanpa berani berkata-kata.

Sambil garuk-garuk kepala, akhirnya Panji menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Demi mendengar hal itu, wajah Mayang seketika memerah tanda dia amat marah!

"Heh kamu! Berani-beraninya kamu menggoda calon suamiku! Mentang-mentang mukamu mirip lalu mau coba-coba cari kesempatan hah?"

Dinar langsung lari ketakutan lalu bersembunyi di balik punggungku. Mayang pun segera memburunya dengan amarah yang meledak-ledak!

"Sini kamu! Perempuan genit seperti kamu harus diberi pelajaran!" Pekik Mayang sambil berusaha menarik rambut Dinar.

"Sudah Mayang, kasihan dia. Semua itu terjadi di luar keinginannya." Ucapku coba menengahi. Namun hal itu justru membuat emosi Mayang kian memuncak.

"Kenapa kamu bela dia? Memangnya kamu sudah dikasih apa hah? Apa jangan-jangan kalian sudah melakukannya?"

"Eh? Nggak kok! Kami tidak melakukan apa-apa!"

"Halah! Aku nggak percaya! Tega kamu Yud! Kamu jahat!" Jerit Mayang sambil mencakar lenganku hingga lecet berdarah.

"Aduh! Sakit May!"

"Biar! Biar tau rasa! Hatiku jauh lebih sakit!"

"Kamu ngomong apa sih? Kami memang tidak melakukan apa-apa. Cuma nyaris saja."

"Tuh kan? Akhirnya ngaku sendiri! Sini! Biar kubejek-bejek perempuan genit itu!"

"Panji! Cepat bawa Dinar pergi dari sini! Aku nggak bisa melindungi dia lebih lama lagi!" Pintaku pada Panji yang langsung bergerak cepat membawa Dinar pergi.

"Heh? Mau dibawa kemana? Sini! Bawa ke sini!" Pekik Mayang yang langsung hendak menyusul namun segera kupeluk erat-erat demi mencegahnya.

"Sudah dong Mayang.. Sudah.." Ucapku coba menenangkan Mayang yang terus meronta-ronta.

Gila! Tenaganya luar biasa!

"Enak saja kamu bilang begitu! Lihat saja! Aku akan terus mengejarnya sampai ke neraka sekalipun!"

Mayang Kemuning mendadak lenyap dari pelukanku. Aku langsung kebingungan. Bagaimana aku mencegahnya? Sedangkan aku masih belum bisa apa-apa akibat pengaruh sayatan keris Welut Ireng.

Gawat! Bisa-bisa habis anak orang diunyeng-unyeng!

~SEKIAN~

Terima kasih telah menyimak kisah ini. Nantikan lanjutan kisah perjalanan hidup Yudha pada episode-episode berikutnya!
close