Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

JAGAD LELEMBUT (Part 3) - Astral


JEJAKMISTERI - Memasuki alam lain sangat bisa aku rasakan, perbedaan antara alam fana dengan alam ghaib dimulai dengan pertanda yang sangat sunyi dipendengaran.

Wujud yang menyambut kami adalah ucapan salam penyambutan.

Rimbunan pohon sangat menyeramkan terlihat menjadi tempat bermunculan-nya sosok-sosok mengerikan, penampakan demi penampakan kini mulai jelas terlihat.

Meski disiang bolong seperti ini deretan antara pocong, kuntilanak, wewe, Peri, bahkan lampor, semua mewujud. Namun semua itu kami abaikan untuk terus melanjutkan perjalanan.

Hingga hujan disore ini mulai turun mengguyur bumi, membasahi tanah lembab ini. Istimewa candikala tanpa sinar mentari menambah kesan angker didalam alas ini.

Kami putuskan untuk membuka tenda, karena sebentar lagi gelap malam segera datang. Dengan bersusah payah membuka area, dengan membersihkan terlebih dahulu tanah yang penuh akan belukar ini.

Aku terus membabat semak ditengah-tengah tatapan mata ganjil para dedemit.

Hujan mereda ketika hari sudah malam, kami hanya duduk didepan tenda dengan membuat api unggun. Mengeluarkan nasting untuk memasak, juga membuat kopi agar bisa kembali stamina yang sudah terbuang. Beberapa batang rokok kami nikmati sambil mengobrol, membolak-balik makanan yang sedang aku persiapkan.

Terdengar suara cekikikan khas kunti, juga ketawa berat makhluk berjenis gendruwo. Bebauan yang terus berganti, semua wujud menghias dari segala arah mengelilingi kami berdua. Namun kami anggap semua itu hanya hiasan malam atau sekedar teman seperjalanan. 

Sampai tiba-tiba dikagetkan dengan suara yang muncul disebalahku. 

"Maaf den, bisa minta sedikit nasi, anak saya menangis kelaparan dirumah." Sosok wanita tua itu berkata.

"Ini mbok buat makan simbok dan anaknya" 
Kata abangku yang mengasihkan makanan yang dibungkus plastik.

"Terimakasih den, semoga sang yang maha agung memberi keselamatan buat aden juga adiknya" Ucap wanita tua itu. 

Lalu ia pergi meninggalkan kami menghilang dibalik gelapnya malam.

Kami sudah tau kalau ini tidak lumrah, karena ditengah belantara malam hari ada sosok wanita tua yang datang meminta makan, dan mendoakan kami, bahkan dia tau kalau aku ini adiknya abang.

Belum selesai fikiranku memikirkan sosok simbok tadi, terdengar suara riuh rombongan dari kejauhan yang mengucapkan kalimah, "Laillaha'ilallah" yang diulang-ulang dengan serempak.

Rombongan itu melintasi kami dengan mengenakan obor dan menandu kerenda, dengan terus mengucap kalimah itu sampai berlalu menghilang.

Aku hanya diam tak bergeming menyaksikan itu, rasa takut teringat bahwasanya kita sebagai manusia akan menuai kata mati.

"Istigfar le" Kata abang, yang menepuk bahuku. 

"Iya mas" Jawabku sambil terus beristigfar dalam hati.

"Itu gambaran bahwasanya manusia itu bakal mati" Katanya lagi.
 
"Iya mas" Jawabku lagi dengan lidah yang masih kelu.

"Semua manusia akan melewati fase itu, bahkan andai saja manusia tau jika malaikat maut itu menyambangi manusia tujuh puluh kali dalam sehari" 

"Iya mas" 

"Iya.. iya.. makanya sholat biar ga takut" Imbuh abangku dengan tertawa. 

Malam tetap penuh fenomena ghaib yang bersliweran tanpa henti, menikmati kopi untuk menghangatkan badan, juga untuk menenangkan diri dari berbagai macam hiasan malam yang mencekam.

Tidak lepas doa yang terus terucap, memohon perlindungan dengan kekuatan doa. Hanya kepada Nya manusia meminta untuk keselamatan diri dari berbagai bentuk gangguan dari alam kelam.

Suasana yang semula mencekam, kini kembali tenang, namun berlangsung tidak lama karena angin meniup dengan sangat kencang menerpa perapian kami, namun pohon disekitar tampak tenang tanpa.

"Kenapa hanya ke arahku angin ini meniup kencang, sampai kobaran api menyambar ke arahku"
Batinku mulai bertanya akan pertanda ini. 

Lalu terdengar abangku memberi peringatan.

"Diem, tenang, kali ini yang datang bukan sembarangan" Katanya memberi isyarat padaku.

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close