JAKA INDI & DUNIA ASTRAL (Part 21) - Birahi Peri Cantik
Ada seperempat jam lebih Jaka Indi menembus kegelapan malam ditengah hutan yang senyap dari kejauhan tampak seorang sedang berdiri menatap rembulan yang sedang bersinar terang, dari bentuk tubuhnya yang ramping semampai dapat diketahui ia adalah seorang gadis remaja, saat itu ia berdiri membelakangi.
Jaka Indi berkelebat menuju wanita itu, hingga hanya berjarak beberapa meter saja.
Sang wanita membalikkan badan perlahan, tatkala mengetahui ada kedatangan seseorang.
Wajahnya yang pucat nan cantik serta aura dirinya yang memancarkan hawa misterius yang menggidikkan, membuat Jaka Indi langsung teringat akan gadis cantik peniup seruling yang misterius itu.
"Hmmm... asa-asa ingin mencari tahu keberadaan sang penyerang gelap Dewi Anggraini, malah berjumpa Dewi Rheena." Gumam Jaka Indi.
Anak perempuan ini pembawaannya dingin, sifatnya angin-anginan, acuh tak acuh, serta terlihat bersikap masa bodoh. Tapi saat melihat Jaka Indi, entah kenapa wajahnya terlihat justru berubah menjadi sangat ramah dan jinak seperti merpati.
Waktu Dewi Rheena menatap Jaka Indi, matanya kelihatan sayu dan menimbulkan perasaan rawan.
Kembali Dewi Rheena menatap lekat Jaka Indi, sorot matanya menampilkan semacam perasaan aneh, dan ekspresi yang sulit ditebak.Mendadak ia berucap,
"Kau lelaki yang sangat menarik, baru pertama kali ini aku melihat pria sejenismu. Asal kau tahu, lelaki di tempat ini kebanyakan serupa boneka hidup, lemah, bodoh dan tak berdaya," Sungut Dewi Rheena, sambil sorot matanya yang sayu tajam menatap.
"Hampir sepanjang tahun mereka hanya bermalas-malasan, asalkan berdekatan dengan mereka, aku lantas merasa muak, akan tetapi engkau ... engkau..." Seraya maju mendekati Jaka Indi.
"Aku kenapa !?" Tanya Jaka indi.
"Engkau seorang lelaki yang istimewa, muda dan tampan, badanmu juga terlihat kekar dan kuat, dan engkau dari jenis manusia dan tidak banyak manusia yang bisa sampai ke negeri ini." Pandangan Dewi Rheena bertambah sayu, napasnya tiba-tiba menjadi agak memburu, dadanya mulai berombak naik turun mengikuti irama nafasnya.
"Apa yang kuinginkan, masa belum lagi kau paham!i ?"
"Sedikitpun aku tidak paham." Sahut Jaka indi.
Jaka Indi tahu... saat seperti ini sikap pura-pura bodoh adalah yang terbaik.
Dewi Reena menggigit bibir,
"Bagaimanapun aku juga seorang perempuan, pastinya perempuan juga membutuhkan lelaki."
"Namun aku... aku sudah beberapa lama tidak berhasrat pada lelaki, aku.... aku..."
Entah sejak kapan pakaian Dewi Rheena sudah jatuh terlepas dari tubuhnya, dan berdiri polos dihadapan Jaka Indi. Napasnya bertambah terengah, mendadak ia condongkan tubuhnya ke depan dan memegang tangan Jaka Indi dengan kuat sehingga kukunya menggores dan menancap ke daging tangan Jaka indi.
Keningnya Dewi Rheena sudah ada butiran keringat, hidungnya kembang-kempis dan tersengal-sengal, mukanya bersemu merah dan tubuhnya mulai bergetar...
Tapi Jaka Indi tetap tidak bergerak, dan tidak memberikan reaksi apapun. Tingkah orang perempuan seperti ini sudah pernah dilihatnya, yaitu pada saat penuh gairah dan sangat terangsang barulah wajahnya menunjukkan perasaan demikian. Tapi sekarang Dewi Rheena tidak hanya memegang tangannya saja. Tapi juga mulai mencondongkan tubuhnya, sehingga tercium aroma harum wanita yang memabukkan. Tak perlu disangsikan lagi, dia pasti seorang perempuan yang bernafsu besar, apalagi usianya masih remaja, masa usia penuh birahi.
Dewi Rheena memilik kulit putih bersih, tatapan matanya sayu, lekukan tubuhnya indah, bibirnya sensual, badannya yang ramping tampak bergetar, dadanya yang ranum serta padat berisi terlihat berombak mengikuti tarikan nafasnya, wanita seperti ini memiliki semacam daya tarik yang aneh dan jahat, yang bisa membuat lelaki berfikir untuk berbuat hal-hal yang tidak senonoh.
Jaka Indi masih juga tidak bergerak. Tapi mau tak mau dia harus mengakui bahwa hatinya mulai berdebar kencang. Jantung Jaka Indi mulai berdetak keras, bibirnya terasa kering dan tubuhnya mulai merasa memanas diliputi gairah.
Mendadak Dewi Rheena sudah jatuh dalam pelukan Jaka Indi, mendekapnya erat-erat, dan menindih Jaka Indi hingga terjatuh di atas tanah yang berumput tebal.
Belum pernah Jaka Indi melihat perempuan yang begini besar hasratnya, hampir saja ia tidak dapat bernapas. Perlahan tangan kiri Jaka indi merangkul pinggang Dewi Rheena yang halus licin, lalu merambat keatas membelai punggungnya.
Sementara tangan kanannya mengambil sesuatu dari tas pinggangnya., perlahan mengeluarkan sebuah tali warna hitam. Nafas Dewi Rheena semakin memburu, bibirnya mulai mencium bibir jaka indi dan tubuhnya mulai meliuk di atas tubuh jaka indi.
Tiba-tiba Jaka Indi memutar tubuh Dewi Rheena hingga berguling..... berputar..... entah dengan cara apa.... tahu-tahu tali hitam setebal jari kelingking telah melilit dan mengikat sekujur tubuh Dewi Rheena.
Jaka indi lantas melepaskan pelukannya, kemudian bangkit berdiri sambil mengebut-ngebut pakaiannya yang sedikit kotor terkena tanah.
Dengan mendelong Dewi Rheena, berseru bingung....
"Hai... apa yang kau lakukan.!? Apakah kau sudah gila!?"
"Siapa bilang aku gila? Otakku masih cukup waras!" Jawab Jaka indi sambil tertawa.
"Mengapa mengikatku seperti ini.....!?"
"Tidak apa apa, aku hanya menolong diriku sendiri agar tidak mati seperti pemuda-pemuda yang sebelum ini"
Ia memandang nanar Jaka Indi, sinar matanya tampak berkilat dipenuhi amarah,
"Jangankan hanya terikat seutas tali, terlilit kawat baja pun aku bisa memutusnya," Jengek Dewi Rheena.
Tapi saat Dewi Rheena berusaha melepaskan diri dari tali tersebut dengan cara menggunakan tenaga dalam untuk memutusnya, tali tersebut justru menjeratnya semakin kuat dan ketat. Bahkan kemampuan sihir yang dimilikinya juga menjadi tidak berguna sama sekali.
"Itu sebuah tali ijuk yang telah dimanterai atau dibacakan ayat-ayat suci, mungkin tidak efektif untuk mengikat manusia, tapi justru sangat efektif untuk mengikat makhluk astral sepertimu." Ucap Jaka Indi dengan tertawa kecil.
Dewi Rheena, hanya bisa mendelik marah dan terus memaki Jaka indi. Namun Jaka Indi tidak menghiraukan ocehannya, dia mulai mendekati Dewi Rheena dan mulai merapikan pakaian Dewi Rheena sebisanya, dengan sangat khidmat, dan sangat hati-hati....
Maklumlah, memakaikan baju pada wanita yang berada dalam keadaan polos, tentu saja harus dilakukan dengan kehati-hatian, dan penuh sikap prihatin.
"Kamu jangan salah paham, aku tidak berniat Jahat, "Aku hanya ingin membawamu ke bunda Ratu ibumu.
"Supaya kamu tidak berkeliaran lagi di hutan, dan tidak ada lagi pemuda yang jadi korbanmu." Tutur Jaka Indi kalem.
Dewi Rheena, seperti heran Jaka indi mengenalinya, tapi ia hanya melotot sambil menggigit bibir menahan kesal dan amarahnya.
"Oh iya.... Lain kali jangan sembarangan membuka baju didepan pria... PAMALI TAU....!! Jangan pula terlalu percaya diri bahwa semua laki-laki bisa tergoda oleh kecantikanmu."
"Padahal kalau kamu menggunakan ilmu bela diri sejatimu atau menggunakan serulingmu untuk menghipnotisku... mungkin sudah sejak awal kamu bisa menundukkanku." ucap Jaka indi lebih lanjut, dengan lagak sok memberi nasihat.
Dewi Rheena kembali hanya bisa menatap Jaka indi dengan sangat gemas, ingin rasanya ia mencincang Jaka Indi, sangking dongkolnya sampai-sampai Dewi Rheena mengeluarkan air mata dari kedua pelupuk matanya.
"Aaiiih..., Entah mengapa.....bdisaat sedih..., gembira..., bahkan saat...bmendongkol wanita bisa mengeluarkan airmata." Pikir Jaka indi dengan getun.
Kemudian Jaka Indi menghampiri Dewi Rheena, yang masih tergeletak di rerumputan, membopongnya dan mendudukkan serta meletakkannya pada tempat yang bersih dan menyandarkannya pada sebuah batu besar yang ada didekat tempat tersebut.
Dewi Rheena hanya diam dan menatap dengan mendelik,
"Apa kamu masih kesal, dan merasa tidak puas karena aku telah mengalahkanmu dan mengikatmu !?" Tanya Jaka Indi.
"Huhh...!" Dengusnya gusar...
"Kalau bukan karena akal bulusmu, mana bisa kamu mengalahkanku." Sindir Dewi Rheena.
"Itu karena dirimu sendiri yang kurang waspada. Kalau aku yang lengah bukankah aku yang justru akan menjadi korbanmu." jawab Jaka Indi sambil tertawa ringan.
"Oh iya... aku sedang memikirkan sesuatu. Apa yang sebaiknya ku lakukan terhadapmu, apakah kuserahkan pada Bunda Ratu, atau aku jadikan istriku." Ucap Jaka Indi sambil mengedipkan sebelah matanya. dengan pandangan menggoda.
"Chuiiih....! Siapa yang sudian menjadi istrimu!"
"Kalau bukan karena ingin menghisap hawa murnimu dan energi cakramu, mana mungkin aku mencoba memikatmu," Gerutu Dewi Rheena.
"Aku hanya heran dengan satu hal!?. Mengapa sampai saat ini kau tidak terpengaruh racun sama sekali?. Disaat mencengkram lenganmu tadi, aku telah menggores pergelangan tanganmu dengan kuku jari kelingkingku yang mengandung bisa racun birahi." Jelas Dewi Rheena.
Jaka Indi jadi lantas teringat, saat Dewi Rheena seperti sedang dipengaruhi nafsu birahnya, kemudian mencondongkan tubuhnya ke depan dirinya, lalu Dewi Rheena mencengkram tangan Jaka Indi dengan kuat, sehingga kukunya menggores dan menancap di daging tangan Jaka indi.
Seketika refleks Jaka Indi melihat pergelangan tangannya, ternyata bekas luka tersebut bahkan sudah hampir tidak tampak, hanya samar-samar terlihat seperti sisa bekas goresan saja, yang tampak semakin memudar.
"Ahh....! Ternyata sejak kuminum air keabadian ainul hayat, bukan saja tubuhku menjadi bertambah kuat, bahkan sepertinya aku kebal racun, dan tubuhku mempunyai kemampuan menyembuhkan luka dengan cepat, Sungguh air yang sangat ajaib," Renung Jaka Indi.
"Ouuh... ! Kenapa racun birahi tersebut tidak berpengaruh padaku."
"Pertama karena aku tidak selera dengan wanita yang suka buka baju sembarangan."
"Kedua karena aku ini orang baik, dan orang baik selalu dilindungi Tuhan," Jawab Jaka Indi sekenanya.
Yang membuat Dewi Rheena justru semakin gemas mendongkol setelah mendengar jawaban Jaka Indi.
"Oh iya...! Mengapa tengah malam kau berada sendirian ditengah hutan, apakah kau penyerang gelap di kedai danau asmoro !?"
"Karena kulihat penyerang gelap tersebut lari kearah sini." Tanya Jaka Indi sambil menatap tajam.
Wajah Dewi Rheena, menjadi memerah karena gusar... jawabnya,
"Kau bunuh saja aku!"
"Untuk apa aku membunuhmu!? Aku tidak tertarik untuk membunuhmu, tapi kalau kau tidak mau menjawab pertanyaanku, aku akan menggores wajahmu, yang akan membuat wajahmu menjadi buruk, hingga tidak ada lagi pria yang akan terpikat dengan kecantikanmu."
Jaka Indi cukup tahu, ada banyak wanita yang tidak takut mati, tapi justru sangat takut bila hilang kecantikannya.
"Mati saja ku tidak takut, masa aku takut hal-hal begitu " Teriak Dewi Rheena.
"Benar nih tidak takut ?" Tanya Jaka Indi.
"Hmm....." Jengek Dewi Rheena.
"Tiba-tiba Jaka Indi mendapat akal, baik karena kau tidak takut biarlah aku ganti dengan cara lain." Ujar Jaka Indi dengan tertawa.
"Cara apapun yang kau gunakan, tetap saja ku tidak takut."
"Kalau kau ku gantung di atas pohon, lalu ku copot celanamu dan ku pukul pantatmu, kau takut tidak !?"
Entah kenapa Jaka Indi lantas tertawa kocak, karena merasa geli sendiri dengan ide konyolnya.
Benar saja wajah Dewi Rheena mendadak berubah merah sebentar lagi berubah putih pucat.
Bagaimanapun ia seorang gadis remaja dan juga seorang putri Bunda Ratu yang biasa dihormati, tentu akan sangat memalukan kalau dirinya dilihat dalam keadaan demikian.
Sampai gemetar tubuh Dewi Rheena, karena menahan perasaannya yang bergolak, teriaknya dengan serak,
"Kau...kau....kau Iblis !!"
"Hahaha.... akhirnya kau takut juga bukan?. Sudahlah aku hanya bergurau. Aku juga tidak tertarik memukul p****t seseorang gadis yang sudah dewasa, apalagi tubuhnya banyak mengandung racun." Sindir Jaka Indi sambil tersenyum lebar.
Sementara Dewi Rheena mulai memejamkan matanya, jatuh pingsan tak sadarkan diri, sangking gemas dan jengkelnya pada Jaka Indi.
BERSAMBUNG