Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

JAKA INDI & DUNIA ASTRAL (Part 22) - Penyelamatan Oleh Dewi Janetra


Sedangkan Jaka Indi terdiam beberapa saat, memikirkan bagaimana cara membawa Dewi Rheena ke istana bunda Ratu, mengingat saat ia mengejar penyerang gelap hanya berlari memburu dengan sepasang kakinya dan meninggalkan kuda unicornnya di dekat kedai Danau Asmoro. 

Disaat Jaka Indi akan membopong tubuh Dewi Rheena....

"Raden, tolong serahkan Dewi Rheena padaku," Terdengar suara wanita memecah kesunyian, dengan nada menginstruksi.

Jaka Indi sangat terkejut, mengetahui ada seseorang yang hadir disekitar tempat tersebut tanpa diketahui olehnya.

Seketika Jaka indi memalingkan wajahnya kearah sumber suara itu.

Terlihat seekor ular hitam raksasa yang sangat besar, yang di atas kepala ular tersebut berdiri seorang wanita berusia 30 tahunan mengenakan kebaya warna serba hitam dengan rambut disanggul tinggi, layaknya seorang bangsawan kraton.

Ular raksasa itu hanya berjarak kurang dari dua puluh meter, tapi Jaka Indi sama sekali tidak mengetahui kehadirannya, karena dirinya sedang memusatkan perhatian pada Dewi Rheena. 

"Siapakah anda ...!?" Tanya Jaka Indi dengan mimik terheran.

Wanita berbusana kraton serba hitam itu memberi isyarat jari tangan kebawah, tampak perlahan ular raksasa yang dinaikinya berjalan mendekat ke Jaka Indi, lalu menurunkan kepalanya didepan Jaka Indi.

Jaka Indi dapat melihat dengan jelas betapa besarnya ular raksasa tersebut, matanya tampak mencorong merah menyala, lidah bercabangnya, sesekali menjulur keluar dan mendesis, membuat hati Jaka Indi merasa bergidik ngeri.

Wanita berpenampilan layaknya bangsawan kraton tersebut, tetap berdiri di atas kepala ular raksasa, hanya saat ini Jaka Indi dapat melihat sosok wanita tersebut dengan lebih jelas.

"Raden, aku adalah Dewi Janetra, guru dari Dewi Rheena, dari cincin batu giok yang kau kenakan, aku bisa menduga siapa dirimu. Kita masih orang sendiri, maka biarlah aku membawa muridku,"

"Tapi... aku bermaksud menyerahkannya pada Bunda Ratu." Kilah Jaka Indi.

"Dewi Rheena sejak kecil, lebih sering ikut denganku, ia telah ku anggap putriku sendiri. Jadi biarlah aku yang membawanya, dan aku yang akan mempertanggung jawabkannya bila terjadi sesuatu terhadap Dewi Rheena."

Jaka Indi menatap lekat-lekat wajah Dewi Jannetra, wajahnya terlihat seperti wanita berusia tiga puluh tahunan, kulitnya bersih berwarna agak kecoklatan, hidungnya tinggi, profilnya seperti artis india, dengan hiasan titik merah (Bindi) diantara kedua alisnya, Tapi tetap terlihat cantik.

Bindi di dahi adalah perlambang cakra dan indra keenam juga merupakan simbol kecerdasan dan pelindung diri dari s***n, sihir dan nasib buruk.

Yang menarik adalah matanya, saat diamati ternyata pupil hitam pada matanya sangat besar, dan menyisakan sedikit sekali warna putih, sehingga sepintas seperti seluruh mata tersebut berwarna hitam, dan pada sorot matanya yang tajam seperti ada kekuatan hipnotis yang kuat, yang membuat lawan bicaranya mau tak mau akan mengikuti perkataannya. Pupil mata seperti ini lazimnya juga dimiliki oleh kebanyakan anak Indigo.

Berikutnya, tanpa menunggu persetujuan Jaka indi lebih lanjut, wanita berpenampilan bangsawan kraton tersebut, hanya dengan melambaikan tangannya, seperti ada kekuatan menghisap yang besar, tiba-tiba tubuh Dewi Rheena melayang keatas kepala ular raksasa itu, dan rebah tepat dihadapan Dewi Janetra.

Kemudian dengan isyarat jari telunjuk keatas, ular raksasa itu kembali mengangkat kepalanya dan jalan berbalik kearah dari tempat ia datang, menuju kedalam hutan yang gelap.

Jaka Indi dapat melihat setiap rerumputan yang terlewati badan ular raksasa itu, langsung hangus terbakar. Dari kejauhan terdengan suara Dewi Janetra..., 

"Raden, terima kasih karena telah menjaga Dewi Rheena, dan tidak mencelakainya!"

Jaka Indi hanya dapat melenggong melihat berlangsungnya semua kejadian tersebut.

"Hadeuuuwhh....! Wis Embohlah ora urus!" Batin Jaka Indi dengan rasa getun.

Yang terpenting sekarang, aku harus kembali ke Danau Asmoro dahulu, untuk mengambil kuda unicornku yang tertinggal di sana. 

Dengan berlari pesat, hanya dalam seperempat jam sampailah Jaka Indi di Danau Asmoro. Aksi panggung pertunjukan masih berjalan, diisi dengan ketrampilan bela diri tangan kosong.

Kedai tempat Jaka Indi mampir tadi, juga masih terlihat ramai, hanya saja para tamunya telah banyak berganti. Dewi Anggraini dan pengawal berbadan tegap sudah tidak terlihat, begitu pula beberapa pemuda berwajah seperti domba dan kelompok Pangeran Corwin juga sudah tidak terlihat, tapi masih terlihat peri bermata sipit yang saat ini sedang berbicara dengan Putri Kidung. 

Merasa tubuhnya mulai letih dan ingin segera istirahat kembali ke Pavilliun Kaputran, Jaka Indi memutuskan tidak menikmati acara pertunjukan di Danau Asmoro lebih lanjut, melainkan langsung menuju tempat kuda unicornnya ditambatkan, lalu menaikinya, dan berbisik hantar aku secepatnya ke Paviliun Kaputran. 

Kuda unicorn itupun langsung melesat dengan cepat menembus kegelapan malam.

Tak lama sampailah Jaka indi tiba di kamarnya.

Istrinya Dewi Yuna belum juga kembali. 

Jaka Indi segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, kemudian sholat dan dilanjutkan dengan meditasi sesaat, lantas rebah berbaring di peraduan sambil merenungkan kejadian hari ini.

Banyak pengalaman menarik yang telah dialaminya, dari bertemu Mas Indrajit, Dewi Anggraini, Dewi Rheena, dan Dewi Janetra, tapi entah kenapa saat berbaring sendiri seperti ini justru tubuh polos Dewi Rheena yang selalu menggangu pikirannya. 

Bagaimanapun Jaka Indi adalah seorang lelaki normal yang masih muda, bukan hal yang mudah untuk menahan diri dari godaan wanita cantik.

"Aaiiiihh..., andai ada Dewi Yuna di sisiku... tentu pikiranku tidak akan kacau seperti ini." Huuufff.... keluhnya sambil menghembuskan nafas panjang.

Jaka Indi bangkit dan mengambil buku kecil catatannya, kemudian membolak-balik halamannya dan membaca lebih jauh perihal dunia astral, Di Sana Jaka Indi mendapatkan suatu keterangan bahwa ada beberapa jenis astral yang libidonya (gairah birahinya) meningkat disaat bulan purnama dan punya kebiasaan melakukan hubungan badan pada saat bulan purnama,

"Wew... kayak hewan katak saja, yang punya musim kawin di bulan purnama." Gumam Jaka Indi.

"Hmmm... apa mungkin itu tadi sebabnya Dewi Anggraini jadi seperti kasmaran dan menggodaku, serta Dewi Rheena mendadak jadi berhasrat besar diliputi birahi? Khan sekarang masih dalam suasana bulan purnama." Pikir Jaka Indi lebih lanjut.


"Tok...tok...tok..." 

Tiba-tiba ada suara seseorang mengetuk pintu dengan perlahan.

Jaka Indi lalu meletakkan kembali buku catatannya dalam tas pinggang kecil miliknya.

"Siapakah larut malam begini... yang datang ke tempatku." Batin Jaka Indi.

"Masuklah pintu tidak dikunci."

Sahut Jaka Indi dengan suara perlahan Saat pintu terbuka.... terlihat raut wajah cantik mempesona masuk kedalam ruangan.

Jaka Indi hanya menatap terkesima dan takjub dengan kedatangan wanita cantik rupawan itu.

Baru difikirkan ternyata sudah muncul dihadapannya. Sungguh pucuk dicinta ulam tiba. 

Sungguh tak disangka tak dinyana... yang datang larut malam seperti ini adalah istrinya Dewi Yuna.

Ia mengenakan blouse hitam ber-rendra yang dibalut mantel panjang warna putih, rambutnya diikat kebelakang dengan model kuncir kuda, hingga memperlihatkan leher jenjangnya yang berwarna putih bersih. 

Baru selesai Dewi Yuna menutup pintu dan melepas alas kaki, bahkan belum sempat mengucapkan perkataan apapun, Jaka Indi sudah memeluknya dengan erat... sangat erat.... sampai Dewi Yuna serasa sulit bernafas.

Kemudian Jaka indi mulai meregangkan pelukannya...

"Aduuuuhh... senangnya....!" Kata Jaka indi dengan bernafas lega...

"Memangnya ada apa Mas Jaka ?" Tanya Dewi Yuna dengan pandangan heran. 

"Hahahaha..... tidak apa-apa ! Aku teringat dengan kata-kata temanku Mas bagus. Bila kau sedang merasa sedih, kesal, galau, atau gundah, maka peluklah istrimu, karena itu dapat menentramkan hatimu, kalau perlu peluklah dengan erat.... hingga hilang rasa gundahmu." 

"Ternyata apa yang dikatakan temanku itu ada benarnya ...!"

"Bisa saja temanmu itu" Ucap Dewi Yuna dengan tersenyum manis. 

"Ehmm... tapi sekalipun memelukmu memang membuat hatiku merasa tentram, Hanya saja, memeluk istri erat-erat ada juga bahayanya..." Kata Jaka Indi sambil kembali mempererat pelukannya pada Dewi Yuna, lalu mulai menciumi bibir dan juga wajah Dewi Yuna, bahkan tangannya dengan nakal menggerayangi d**a istrinya yang sekal. Hingga membuat Dewi Yuna merasa gelagapan. 

"Bahaya apa Mas !?" Tanya Dewi Yuna dengan suara desah yang lirih...

Jaka Indi tidak menjawab pertanyaan istrinya, tapi dengan cepat tangannya melucuti pakaian Dewi Yuna dan segera mengangkat dan membopong tubuh Dewi Yuna lalu membawanya keatas dipan pembaringan.

-----===oOo===-----
close