Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

JAKA INDI & DUNIA ASTRAL (Part 30) - Karena Ku Selow


Diambilnya kain selimut bergaris biru putih pemberian Gochan. lalu diletakkannya disudut teras pendopo.

Melihat kegelapan malam dan posisi bulan, sepertinya saat ini sudah kisaran jam 11 malam, namun dikarenakan sudah beberapa hari tidak mandi Jaka Indi tidak langsung tidur tapi justru mulai membuka bajunya satu per satu. Hingga meninggalkan celana boxer, semacam celana dalam pendek warna hitam.

Kemudian ia berjingkat perlahan menuju kolam pemandian air panas. Sambil berendam, menggosok seluruh badannya dengan kedua telapak tangannya, lalu Jaka Indi mulai bernyanyi.

"Karena ku selow, sungguh selow... sangat selow... tetap selow, santai, santai, ... yang penting selalu happy... Sik...asyiiik...!" Ya... begitulah... walau suara Jaka Indi tidak terhitung bagus, tapi Jaka Indi juga gemar bernyanyi. 

Sudah menjadi kebiasaannya saat mandi, Jaka Indi bernyanyi, masalahnya lagu selow yang sering ia dendangkan ini, ia tidak terlalu hafal, jadi hanya bait itu yang suka diulang-ulang, itupun sudah versi asal ucap dan asal ingat saja, yang penting ia merasa senang.

"Karena ku selow, sungguh selow... Sangat selow... Santai, santai, yang penting selalu happy... Sik...asyiiik....!" 

Berendam di pemandian air panas alami membuat segala kepenatan badan Jaka Indi ikut sirna. 

"Hmmmm.... rasanya nyaman sekali...." 

Karena ku selow, sungguh selow... Sangat selow, tetap selow... Santai, santai, yang penting... 

"Hadeeeuwhhh...! Lagu apa itu paman...!? Pakai santai-santai." Kata Gochan, yang tiba-tiba muncul ditepi kolam tempat Jaka Indi mandi, dengan rada kesal.

"Ini lagu orang ganteng yang lagi santai," Ujar Jaka Indi sekenanya. 

"Lho anak kecil !? Kenapa belum tidur !?" Tegur Jaka Indi balik. 

"Tadinya aku menganggap paman ini hanya rada bodoh dan ketolol-tololan, tapi sekarang aku baru sadar ternyata paman juga gak tahu aturan...!"

"Masa suara sember begitu nyanyi keras-keras, mana sudah tengah malam begini, aku dan kak Arimbi jadi gak bisa tidur tauk." Kata Gochan kesal sambil mendeliki Jaka Indi.

Maklum saja, Gochan selama ini hanya mendengar suara nyanyian Arimbi yang suaranya bening dan merdu, tiba-tiba mendengar suara Jaka Indi, rasanya jadi sangat mengganggu telinganya.

Jaka Indi hanya tertawa dan nyengir. Kecuali tertawa nyengir, rasanya dia tidak bisa berbuat lain, menghadapi bocah cilik yang gampang sewot dan pinter bicara ini.

"Upps...! Maaf ya.. Sudah..bobo...sana...! Paman gak akan nyanyi lagi," Sahut Jaka Indi kalem.

Jaka Indi lalu menenggelamkan seluruh kepala dan badannya kedalam air, dengan tehnik bernafas melalui pori-pori permukaan kulit, sekarang Jaka Indi sudah mulai bisa berada dibawah air selama tiga puluh menitan.

Hening sesaat tanpa reaksi apapun, Gohan kembali melangkah kedalam pondok. Jaka indi tahu bahwa lawan bicara yang paling sulit dihadapi adalah perempuan yang sedang kesal hati dan bocah cilik yang bawel, terkadang sikap pura-pura bodoh dan berdiam diri adalah hal yang paling efektif. 

Setelah satu jam mandi berendam, Jaka Indi kemudian keluar dari kolam pemandian dan mengeringkan badannya. Dengan jalan berjingkat Jaka Indi kembali melangkah ke teras pondok bambu, mengenakan pakaiannya, lalu sholat malam, dilanjut dengan meditasi sekitar lima belas menit.

Berikutnya diputuskannya untuk memikirkan jalan pulangnya besok saja. 

Saat ini hal yang penting baginya adalah pergi tidur, guna memulihkan seluruh tenaganya.

zzzZzZzzz.... ZzzzzZzZZzz.... zzzZZZzzzzz....

Matahari bersinar terang, menyinari jagad raya. Jaka Indi baru mendusin setelah terkena sorot sinar mentari yang langsung menyinari tubuhnya. Ia bangun dari tidurnya, terasa semangat dan tenaganya telah pulih. 

Lamat-lamat terdengar lagu kesukaannya "Karena ku selow, sungguh selow... Sangat selow.... santai.... santai..."

Ketika Jaka Indi menengok kearah sumber suara.... Astaga ternyata Gochan yang lagi mandi sambil menyanyi, mengikuti lagu yang semalam ia dendangkan.

Yaa... umumnya anak kecil memang suka meniru kebiasaan orang dewasa. Sejenak Jaka indi mengolet dengan meluruskan kaki dan tangannya, lalu di regangkan-nya seluruh tubuhnya... 

"Ehmmm... Uwenaknya.... ngolet dipagi hari!" Gumamnya. 

Setelah itu Jaka Indi bangkit berdiri, mengambil air wudhu dan segera melaksanakan kewajiban ibadah sholat subuh, tapi kali ini seusai melaksanakan sholat, Jaka Indi tidak melakukan meditasi pagi, melainkan menatap halaman berumput hijau yang terbentang luas, dengan banyak bunga-bunga yang bermekaran. Indah sekali pagi ini, berada di teras pondok bambu dikelilingi taman bunga. 

Dengan rerumputan hijau, membuatnya merasa rileks dan betah berlama-lama.

Sekarang ia mengerti, mengapa muda-mudi yang sedang berkasih mesra menyukai taman bunga, mengawasi bunga-bunga yang bermekaran, kembang warna-warni yang serempak meliuk gemulai kala diterpa angin, sungguh pemandangan yang mempesona, ditambah harum semerbak seribu bunga, desir lembut sepoi-sepoi angin, laksana bisikan kekasih, sungguh sesuatu yang menyejukkan dan menggembirakan hati. 

Taman bunga sering mengingatkan seseorang akan kenangan paling manis dan mesra yang tak terlupakan.

Jaka Indi merasa kehidupan ini benar-benar menyenangkan, kicau burung yang merdu, hembusan angin yang lembut, bahkan bentangan rumput liar sepanjang mata memandang, semua terlihat indah dan menyenangkan.

"Karena ku selow, sungguh selow... sangat selow.... santai.... santai..."

Kembali terdengar suara Gochan bernyanyi, dengan suara anak-anak yang lucu dan terdengar rada cadel.

"Gochan...!! Paman temani mandi," Kata Jaka Indi yang sudah mulai melepaskan pakaian dan langsung berlari dan melompat menceburkan diri dalam kolam, hingga permukaan air kolam muncrat dan menciprat kemana-mana. 

Gochan... hanya tertawa gembira saja... melihat ulah Jaka Indi.

Sepuluh menit berendam dan bermain air, Jaka Indi lantas teringat sesuatu, 

"Gochan...! Kemanakah kak Arimbi ? Aku belum melihatnya keluar dari dalam pondok ?"

"Kak Arimbi sudah keluar pagi-pagi sekali, saat paman masih tidur ngelepus." Ucap Gochan seenaknya.

"Gochan mengapa paman tidak bisa keluar dari hutan ini, apa kamu bisa memberi tahu bagaimana caranya agar paman bisa keluar dari tempat ini ?"

"Paman..., sekitar enam bulan yang lalu aku juga tersesat di hutan ini, yang kemudian membawaku bertemu kak Arimbi. Sudah berulangkali mencoba aku juga tidak pernah bisa keluar dari tempat ini.

"Begitulah paman, sejak saat itu aku tinggal bersama kak Arimbi." 

"Apa hanya kamu berdua saja yang tinggal di tempat ini ?"

"Dulu sih.... kata kak Arimbi ada nenek Sasri, yang menemani kak Arimbi, tapi katanya beliau sudah meninggal sebelum kedatanganku. Jadi sekarang hanya kami bertiga yang tinggal ditempat ini." 

"Lho dengan siapa lagi ?"

"Aku... kak Arimbi dan paman.... wkwkwk...." 

Jaka Indi hanya menjawab dengan senyum mangkel dan sontak mencipratkan air kemuka Gochan, lalu pergi keluar dari pemandian.

Setelah berpakaian Jaka Indi coba mengelilingi lokasi sekitar pondok, ternyata didapati bahwa pondok tersebut berada di areal pemukiman yang luas, dan ada pula beberapa pondok bambu kuning yang sudah tidak berpenghuni.

Disamping itu juga ada terdapat beberapa perkebunan kecil dan taman-taman bunga, dan disalah satu taman juga ada ayunan kayu. 

Jalan lagi kearah barat, terlihat hutan bambu, yang didekatnya terdapat satu bangunan pondok bambu kuning.

BERSAMBUNG
close