JAKA INDI & DUNIA ASTRAL (Part 31) - Keistimewaan Peri Langit
Jadi kalau diperhatikan. Sesungguhnya ini dahulunya dusun kecil yang dikelilingi hutan melingkar, yang merupakan perkampungan penduduk ditengah hutan.
"Lantas kemanakah penghuni perkampungan yang lainnya, dan mengapa pula perkampungan ini dikelilingi oleh hutan labirin," Renung Jaka Indi dalam hatinya.
Jaka Indi kemudian jalan kembali menuju pondok Dewi Arimbi.
Dewi Arimbi yang tadi tak terlihat telah berdiri didepan pintu pondok dan menggapai tangan kanannya kearahnya serta memanggil Gochan yang masih berendam didalam kolam pemandian air panas.
Harum aroma masakan tercium sedap oleh hidung Jaka Indi saat kakinya masuk melangkah kedalam pondok bambu, diikuti oleh Gochan yang menyusul dibelakangnya.
Ada sayur lobak putih dengan irisan bawang merah, bawang putih serta cabai merah, juga ada tumis sayur kangkung dan beberapa lalapan serta satu sisir pisang dan beberapa buah-buahan, tapi tetap tidak ada nasi dan daging.
Mereka duduk bersama dalam satu meja, Arimbi kembali terlihat hanya makan dua butir mutiara dan dua sendok kecil madu. Sedang sayur mayur dan buah-buahan hanya Jaka Indi dan Gochan yang menyantapnya, Gochan sangat menyukai buah pisang sudah empat buah pisang yang dimakannya.
Jaka Indi mulai membuka percakapan.
"Arimbi... saat berkeliling tempat ini kutemukan beberapa pondok bambu kuning, apakah dahulunya ini merupakan perkampungan penduduk dan kemanakah para penghuninya ?"
"Iya... dahulu sekali ini memang perkampungan para peri langit, para peri langit tidak sama dengan peri umumnya, karena peri langit dapat terbang di udara, dan kami para peri langit hanya makan sari madu dan bubuk mutiara, tidak makan yang selain itu, permasalahannya jumlah bangsa peri langit tidaklah banyak, kami banyak diburu bahkan dibunuh oleh makhluk astral lain.
Menurut mereka tidak saja daging peri langit sangat lezat, tapi mereka juga mempercayai memakan daging peri langit dapat membuat panjang umur dan meningkatkan kecerdasan, serta membuat aroma tubuh selalu harum dan bisa memberi berbagai khasiat lainnya."
Gochan sepertinya tidak terlalu perduli dengan percakapan yang berlangsung justru mulai merebahkan tubuhnya dan mengelus ngelus perutnya, yang kekenyangan, sesaat kemudian Gochan bangkit berdiri.
"Kak aku main kehutan dulu ya... ? Paman mau ikut tidak !?" Tanyanya seketika, memotong pembicaraan.
"Pergilah bermain, Paman masih ada perlu sama kakakmu." Jelas Jaka Indi.
Gochan pun jalan berlalu keluar pondok, sambil bernyanyi....
"Karena ku santai.... Tetap santai... Sangat santai... Selalu santai.... Santai..... santai...."
"Gochaaannn.... syairnya salah....!! "Kata Jaka Indi meneriaki Gochan yang telah mulai jalan keluar pintu pondok.
Tapi tampaknya Gochan tidak perduli dan tetap bernyanyi seenaknya,
"Selalu santai... Santai... santai.. Tetap santai.."
Arimbi hanya tersenyum melihat tingkah Gochan. Lalu Arimbi menghela nafas sesaat, sebelum kembali melanjutkan ceritanya.
"Ribuan tahun yang lalu, leluhur para peri langit sengaja membangun dan mengatur tumbuh-tumbuhan hutan ini dengan suatu sistem formasi tertentu."
"Dengan membuat hutan labirin..." Ujar Jaka Indi memastikan.
"Ya.... semacam itu...."
Tujuan pembangunan hutan yang luas dengan ditanami tumbuh-tumbuhan tinggi yang dibuat dan ditanam berdasar komposisi yang rumit, bertujuan untuk melindungi para peri dari gangguan makhluk lain.
Bahkan bangunan pondok semuanya sengaja dibangun bukan dengan bahan kayu tapi dengan bambu kuning, untuk melindungi para peri langit dari energi negatif.
"Banyaknya bunga-bunga yang ditanam di setiap pondok juga bertujuan menyamarkan bau harum yang keluar dari tubuh para peri langit. Bau harum yang keluar dari tubuh peri langit dapat mengundang makhluk lain."
Jaka Indi teringat saat dirinya meditasi didalam peti mati yang dikubur, karena mencium aroma harum yang unik, sampai membawanya kemari.
"Lalu kemanakah para peri langit yang lainnya? Apakah kamu tinggal satu-satunya peri langit yang ada! ?"
"Karena tinggal ditengah hutan labirin ini, dianggap masih dapat membahayakan kehidupan para peri langit, maka sebagian besar peri langit memindahkan huniannya ke negeri atas awan, hanya lima peri saja yang tetap tinggal di tengah hutan labirin ini."
"Negeri atas awan itu maksudnya bagaimana? Dan kemanakah empat peri langit yang lainnya ?"
"Negeri atas awan itu, maksudnya ya.... membuat perkampungan dan tempat di atas awan."
Jaka Indi jadi ingat saat menjelaskan ke putri Kirana, bahwa ia melakukan perjalanan astral melalui portal ghaib. Saat putri Kirana juga bertanya portal ghaib itu apa, saat itu Jaka Indi hanya menjelaskan portal ghaib ya portal ghaib.
Yup... sama sulitnya bagi Jaka Indi memahami adanya negeri di atas awan.
"Perihal keempat peri langit yang lainnya, aku juga tidak tahu saat ini berada dimana ?" Ucap Arimbi lebih lanjut dengan sikap prihatin.
"Awalnya hanya dua peri langit yang pergi, untuk mencari istana permata. Tapi karena lama tidak kembali, disusul dua peri langit lainnya untuk menyusul dan mencari, namun hingga saat ini sudah bertahun berlalu., belum juga ada yang kembali."
"Awalnya aku berencana kembali ke negeri peri langit di atas awan, tapi sebelum ku pergi ada nenek Sasri yang kesasar kedalam hutan labirin ini, hingga dalam kurun waktu beberapa tahun aku menemaninya, dan sewaktu nenek Sasri wafat, tak lama giliran Gochan yang kesasar kemari."
"Mas Jaka..! Bila kau telah menemukan jalan keluar dari hutan labirin ini, dapatkah kau membawa Gochan bersamamu.!?"
"Baik... itu tidak masalah." Ujar Jaka Indi.
"Tapi bukankah kamu dapat terbang dan dengan sendirinya dapat membawa Gochan meninggalkan hutan labirin ini." Cetus Jaka Indi seraya menatap kedalam mata Arimbi.
"Kalau tubuhku mampu membawa beban tentu aku sudah menolong nenek Sasri dan Gochan sejak dulu-dulu." Ucapnya dengan nada sedih.
"Bahkan untuk bisa terbang tinggi aku harus memperkecil tubuhku, agar lebih ringan saat terbang di udara, semakin besar ukuran tubuhku, semakin sulit aku terbang dengan cepat."
"Mengecilkan tubuh...!??"
"Iya.... seperti ini...." Sontak Arimbi berdiri terbang melayang dihadapan Jaka Indi, lalu berputar spiral searah jarum jam, dengan kedua tangan diluruskan keatas, layaknya penari balet yang sedang memutar tubuhnya, kemudian putarannya bertambat cepat dan semakin cepat.
Saat tubuh Arimbi berputar hanya terlihat seperti cahaya emas yang membentuk pusaran angin yang semakin kecil dan terus bertambah kecil.
Hingga putarannya mulai melambat dan bertambah perlahan lalu tertampak lah Arimbi yang hanya setinggi kurang dari sejengkal.
Kemudian Arimbi mulai terbang melesat dalam berbagai penjuru ruangan dengan sangat cepat, lalu hinggap di bahu Jaka Indi. Sampai Jaka Indi melongo dan takjub keheranan melihat fenomena perubahan tubuh Arimbi yang di luar nalar ini.
Arimbi lalu berjinjit di atas bahu Jaka Indi dan bicara didekat telinga Jaka Indi.
"Apa sekarang sudah percaya...??"
"Ya... percaya.... aku benar-benar percaya..!!"
Kemudian Arimbi terbang didepan Jaka Indi dan berputar kembali, kali ini dengan arah berlawanan dari jarum jam. Dari awalnya membentuk pusaran angin yang kecil.... lambat laun... membesar dan membesar..... lalu berhenti berputar... tahu. tahu.... didepan Jaka Indi telah berdiri Arimbi yang setinggi 165 cm, bukan lagi Arimbi yang sebelumnya hanya setinggi 140 cm.
"Wow....amazing....!! Sungguh menakjubkan. Kamu ternyata bisa seukuran manusia dewasa dan kamu... ternyata... sangat cantik sekali..."
Arimbi tertawa manis, lalu katanya,
"Kalau tubuhku seukuran ini, aku tidak bisa terbang dan tidak bisa tidur di atas tali ranjangku," Sambil menunjuk tali sutra sebesar kelingking yang membentang antar dinding.
Berikutnya Arimbi kembali memutar tubuhnya searah jarum jam, dalam sebentar saja ia telah kembali ke ukuran tubuhnya semula setinggi 140 cm. Jaka Indi hanya diam mendelong terpesona, dan matanya terus menatap Arimbi dengan penuh rasa takjub.
"Masya... Allah..." Sungguh Tuhan maha kuasa atas segala sesuatu..
---==oOo==---