Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

JAKA INDI & DUNIA ASTRAL (Part 39) - Keluar Dari Hutan Labirin


"Gochan... tadikan sudah kakak jelaskan, kalau paman Jaka Indi, telah menemukan cara, agar kita semua bisa keluar dari tempat ini, dan besok kita akan berpisah.

Jadi ini mungkin merupakan santap kita terakhir bersama-sama, oleh karenanya ku masakkan beberapa menu kesukaanmu.

Nanti setelah makan, kau siapkanlah beberapa barang yang akan kau bawa besok. Dan sementara kau belum bertemu keluargamu, kau harus ikut paman Jaka Indi." Terang Arimbi dengan sorot matanya yang kali ini menatap Jaka Indi. 

"Ok.... Siaaap....." Tukas Jaka Indi dengan tetap melanjutkan santapannya.

Selesai Jaka Indi menyapu bersih semua santapan yang ada dimeja dan menghabiskan minuman air kelapa muda, tiba-tiba Gochan mendorong Jaka Indi, 

"Paman keluarlah, tidurlah di teras pondok, ini selimut buat paman," sembari menyerahkan selimut tebal yang kemarin di gunakan Jaka Indi.

"Aku ingin berbincang-bincang dengan kak Arimbi." ucap Gochan dengan nada memerintah. 

"Ok.... boss....!" Dengan malas-malasan Jaka Indi berjalan melangkah keluar pondok. 

"Ngomong apa sih paman ini! Ok boss...ok... boss segala!"

Jaka Indi hanya tertawa.... dan melanjutkan langkahnya keluar.

Setelah melaksanakan sholat dan zikir serta meditasi, di teras, Jaka Indi menuju kolam pemandian air panas, guna melanjutkan latihannya, yaitu meditasi dengan merendam seluruh tubuhnya dan bernafas menggunakan pori-pori tubuhnya.

Saat tengah malam berlalu, Jaka Indi baru keluar dari kolam pemandian, dan melanjutkan tidur di teras pendopo dengan selimut pemberian Gochan Waktu demi waktu berlalu, tanpa disadari matahari pagi telah mulai terbit.

***

Pagi-pagi sekali Gochan dan Arimbi bersama Jaka Indi telah bersiap untuk melakukan perjalanan,

Arimbi dan Gochan telah merapikan barang bawaannya, dan mengunci semua pintu pondok yang ada didalam hutan labirin, selain membawa buntalan pakaian, Arimbi juga membawa kucing peliharaannya dalam pelukan. 

Sementara itu Khodam macan putih sudah menunggu di taman bunga depan halaman. 

"Pergilah kalian terlebih dahulu, setelah itu aku akan terbang ketempat baruku di negeri atas awan."

Jaka Indi telah melompat keatas punggung macan putihnya, dan Gochan juga telah menyusul duduk didepan Jaka Indi, namun Jaka Indi masih belum juga memerintahkan Paman Hamzahnya untuk berangkat.

Jaka Indi menatap sesaat ke Dewi Arimbi. 

"Bolehkah aku dan Gochan, bersama khodam macan putihku ikut menghantarmu ke negeri atas awan." Ujar Jaka Indi.

"Iya kakak... ijinkan kami menghantarmu" Pinta Gochan dengan penuh harap.

"Negeri atas awan adalah tempat khusus bagi para peri langit, tempat tersebut merupakan tempat terlarang bagi makhluk lain.

Maafkan kakak, kakak tidak bisa mengijinkan kamu dan paman Jaka ke tempatku." 

Mendengar hal tersebut, Gochan tampak terlihat sedih dan menundukkan wajahnya.

"Apakah itu artinya aku tidak bisa bertemu kakak lagi ?" Ucap Gochan dengan perasaaan masyghul. 

Dewi Arimbi juga hanya terdiam, tanpa tahu harus berkata apa. 

"Begini saja.... Setidaknya ijinkan kami menghantarmu ketempat terdekat dari negeri atas awan, bagaimana ?" Usul Jaka Indi.

Setelah Arimbi merenung beberapa saat....
"Baiklah.....! Aku pikir hal tersebut tidak masalah," 

Kemudian Arimbi melayang keatas tubuh khodam macan putih, dan duduk didepan Gochan, "Mari kita berangkat....." 

Perintahkan khodam macan putihmu untuk terbang keatas mengarah ke timur laut, berikutnya aku akan memandu jalannya. 

"Asyiiiiik....!" Seru Gochan sambil memeluk pinggang kak Arimbi.... 

"Paman hamzah... ikutilah arahan yang diberitahukan Arimbi, dan mari kita berangkat."

Khodam macan putih mengibas ngibaskan ekornya dan dalam beberapa kejap..... telah terbang jauh dan tinggi, sejauh mata memandang.

Hampir setengah hari perjalanan telah berlalu, saat ini mereka telah tiba disuatu puncak gunung karang yang tinggi dan curam, suatu pegunungan yang hanya berupa batu-batu cadas yang licin, terjal, dan curam, yang tak mungkin dipanjat atau didaki oleh siapapun, terkecuali bagi mereka yang dapat terbang. 

Jaka Indi saat masih sekolah kelas 3 SMA, pernah mendaki gunung semeru yang setinggi 3676 m (12060 feet) ... Tapi bila melihat gunung karang ini Jaka Indi perkirakan, ketinggiannya mencapai lima kali puncak gunung Semeru.

Khodam macan putih terus terbang melesat keatas, kali ini Jaka Indi dapat melihat awan putih yang berada dibawahnya, bergerak perlahan disekitar gunung karang. 

"Owaaaallah.....! Ini toh sebabnya maka tempat peri langit disebut negeri di atas awan." Pikir Jaka Indi.

Tak lama kemudian sampailah mereka ditepi puncak gunung karang. 

Arimbi meminta Jaka Indi memerintahkan khodam macan putihnya agar mereka berhenti ditempat tersebut. 

Anehnya... sekalipun gunung tersebut merupakan gunung karang, namun pada puncaknya justru terhampar padang rumput yang luas, bahkan tidak terdapat salju dan memiliki udara yang sejuk.

"Bagaimana mungkin suatu puncak gunung yang tinggi tidak diliputi salju," Renung Jaka Indi dengan rasa heran. 

Arimbi, Gochan dan Jaka Indi telah melompat turun dari khodam macan putih keatas padang rumput yang luas. Pada jarak sekitar 30 tombak dari mereka berdiri, tampak hutan lebat yang serupa dengan hutan labirin. 

Cukup sampai disini kalian menghantarku..... dibelakang hutan itu adalah tempat tinggal kami bangsa peri langit. 

Kemudian Arimbi memeluk Gochan lembut, sambil berbisik, mulai sekarang jaga dirimu baik-baik, ikutlah setiap perkataan paman Jaka Indi, karena berikutnya ia yang menjadi walimu.

Gochan hanya menganggukkan kepalanya sambil mengusap matanya yang berkaca-kaca.. 
Setelah melepaskan pelukannya, Arimbi menghampiri Jaka Indi, lalu mengeluarkan sebuah tabung serupa tabung kaca kecil yang berisi cairan hijau. 

"Mas Jaka,.... simpanlah ini..., suatu saat mungkin akan sangat berguna."

"Aroma dari cairan ini dapat menyembuhkan para peri pria atau makhluk astral yang mati dikarenakan berhubungan badan dengan peri wanita." 

"lho.... apakah ini...? Apa benar bisa demikian ?" 

"Dahulu kala..., para peri pria tidak ada yang mati diakibatkan berhubungan badan dengan para peri wanita, karena setiap selesai berhubungan badan, peri wanita akan mengeluarkan semacam keringat dan cairan yang dapat menjadi aroma terapi yang justru menyehatkan dan menguatkan tubuh pasangan intimnya. 

Hanya saja cairan kelenjar aroma terapi tersebut baru bisa keluar disaat peri wanita mengeluarkan kelenjar hormon dari tubuhnya setelah terpuaskan oleh pasangannya."

"Entah karena proses evolusi atau pola hidup para peri yang berubah atau karena apa..., para peri wanita pada umumnya sudah tidak dapat lagi menghasilkan kelenjar hormon aroma terapi dari tubuhnya. 

Hanya peri langit yang masih bisa menghasilkan hormon tersebut. Sebenarnya setiap kelenjar hormon yang keluar dari tubuh peri langit mempunyai kegunaannya sendiri-sendiri. Tapi aku pikir, kelenjar hormon yang ini akan lebih berguna buat mas Jaka membantu mengobati mereka yang membutuhkan." Terang Arimbi panjang lebar. 

"Bagaimanakah cara menggunakannya" Tatap Jaka Indi ke Arimbi dengan perasaan gembira.

"Buka tutup tabung kecil tersebut, tempelkan didepan hidung korban." 

"Kalau korbannya sudah meninggal, apa dapat dihidupkan kembali ?" Tanya Jaka Indi.

"Selama belum lewat satu hari penuh (1x24 jam), masih ada harapan bisa diselamatkan, caranya cukup masukan setetes cairan kedalam mulut korban." 

"Alhamdulillah..... Terima kasih nona Arimbi, terima kasih banyak atas pemberiannya, ini sungguh amat berarti." 

"Sana segeralah berangkat ke tempatmu, sebelum ada peri langit lainnya yang melihat ke beradaanmu dan Gochan, kalau sampai terlihat aku membawa makhluk asing kesini, tentu aku akan mendapat hukuman." Kata Arimbi seraya memeluk lembut Jaka Indi lalu mendorong tubuh Jaka Indi kearah khodam macan putihnya.

Arimbi masih menatap kearah berlalu dan menghilangnya Jaka Indi serta Gochan. Ada tetesan air mata yang mengambang disudut matanya.

Entah kapan lagi ia bisa bertemu Gochan dan pemuda yang mulai dicintainya tersebut.

BERSAMBUNG
close