Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PORTAL LADUNI (Part 22) - Perebutan Keris Kentala Cakra


PEREBUTAN KERIS KENTALA CAKRA

JEJAKMISTERI - Keris kentala cakra adalah sebuah keris buatan empu, khodam penunggunya berwujud seorang perempuan tua atau nenek-nenek.

Suatu waktu aku di telpon oleh pembimbingku.

"Hallo assalamu'alikum dinar"

"Walaikumsalam dang"

"Dinar apa malam ini kamu ada kegiatan khusus ?"

"Untuk sementara belum dang, ada apa dang ?"

"Begini, saya minta malam ini kamu datang ke alamat teman saya, nanti saya sms kan nama orang dan alamatnya"

"Baik dang... kira-kira permasalahannya apa ya dang"

"Dia itu membeli sebuah rumah baru, tapi semenjak tinggal dirumah itu, keluarganya terus berantem dan anaknya sakit-sakitan"

"Mereka pernah mendatangi orang pintar katanya di bawah rumah itu ada sebuah keris yang di tanam orang entah apa tujuannya"

"Kalau hasil analisa dang sendiri gimana dang"

"Iya benar, di rumah itu ditanam sebuah keris, keris itu bernama kentala cakra khodamnya banyak dan dipimpin oleh khodam yang berwujud perempuan tua sakti dan berhati-hatilah"

"Baik dang"

"Oh ya, dinar masih ada madat 7 tengkorak?"

"Masih dang"

"Minyak ponibasalwa 7 jarum masih?"

"Iya masih ada dang"

"Oke, misimu malam ini bukan hanya membersihkan rumah itu dari pengaruh ghaib tapi kamu harus menzhohirkan keris kentala cakra itu biar bisa disimpan di tempat yang aman, nanti waktu kerja jangan pakai dupa, kamu bakar madat 7 tengkorak saja dan setelah kerisnya wujud segera kamu siram dengan minyak itu agar tidak kembali ke ghaib"

"Ya dang.. siap"

"Nanti kalau perlu saya kirim khodam keris saya dewi tangan seribu, saya kawatir lawan kamu lumayan berat karena keris kentala cakra itu kalau sudah di gunakan akan meminta nyawa"

"Owh, baiklah dang kalau begitu saya akan langsung berangkat ke lokasi dang"

"Silahkan, kalau ada apa-apa segera konfirmasi ke saya, saya akan mengawasi juga malam ini"

"Baik dang, assalamu'alaikum"

"Walaikumsalam"

Jam sudah menunjukkan pukul 7.30 malam akupun langsung bersiap untuk berangkat ke lokasi yang sudah dikirim melalui sms, kebetulan hanya menempuh perjalanan 20 menit dengan menggunakan sepeda motor.

Tidak susah bagiku mencari alamat yang dituju karena ini adalah kotaku, pas berhenti di depan rumah yang di tuju suasana aura ghaib sudah terasa menyambutku, kibasan angin kencang sekali menerpa wajahku dan jantungku berdetak kencang pertanda aku sudah melewati batas pagar ghaib yang diciptakan keris kentala cakra.

Akupun berusaha untuk menetralisir energi negatif yang telah menerpaku, sesaat aku menarik nafas dalam-dalam dan mengalirkan energi kala cakra ke seluruh tubuhku setelah terasa tenang aku langsung masuk pagar dan seorang lelaki separuh baya menyonsongku.

"Assalamu'alaikum mang"

"Walaikum salam.. dang dinar ya"

"Ayo masuk dang"

"Baik mang terima kasih"

"Mamang kira dang dinar itu sudah tua setidaknya seusia mamang"

"Owh ya mang, bisa ceritakan sedikit tentang apa yang sudah terjadi di rumah mamang ini"

Sambil mendengar cerita dari yang punya rumah aku berusaha menelusuri jejak dari cerita itu, berbagai kejadian aktifitas ghaib memang sudah banyak terjadi lingkungan rumah ini, dengan melibatkan berbagai jenis ghaib yang rata-rata beraura negatif, sehingga rumah ini sudah menjadi pusat kegiatan ghaib.

"Hmmm... rupanya energi dari keris kentala cakra itulah yang mengundang kedatanga berbagai makhluk ghaib  kerumah ini" 

Dengan kondisi seperti ini aku tidak bisa menganggap remeh misi kali ini, karena salah satu sukma dari anak yang punya rumah sudah berada di dalam kekuasaan nenek khodam keris kentala cakra, sedangkan posisi sukma itu di gantikan oleh makhluk ghaib berwujud manusia juga, pantaslah jika mendengar ceritanya salah satu anaknya yang perempuan itu sering bertingkah aneh, suka main di tempat gelap dan ngomong sendiri, sorot matanyapun kosong.

rupanya anaknya itu digunakan sebagai perantara komunikasi antara para makhluk astral di rumah ini dengan manusia yang menghuni rumah.

"Nah begitulah ceritanya dang, saya harap dang dinar bisa menyelesaikan masalah rumah kami dan keluarga kami bisa tenang"

"Baiklah mang, kita sama-sama berdoa saja agar hajat kita terkabul"

"Mang jam sudah menunjukkan pukul 11.00 saatnya saya berkerja pembimbing saya sepertinya sudah mulai duluan, bisa bantu siapkan kamar kosong dan satu buah sajadah, satu bungkus garam dapur, serta dua botol air mineral yang besar"

"Bisa dang" sambil berdiri dang masuk kedapur.

"Ini dang airnya, tunggu sebentar ya saya siapkan kamarnya dulu"

Selagi mamang menyiapkan kamar kosong aku membuat air ruqiah dari air mineral yang sudah disiapkan.

"Kamarnya sudah siap dang silahkan" sambil menunjuk kearah kamar yang tadi disiapkan.

"Oh ya mang, ini air satu botol tolong percikan keseluruh ruangan rumah, jangan ada yang luput sekalipun di balik lemari bawah tempat tidur semua percikin, dan satu botolnya besok masukkan ke dalam sumur dan bak mandi, agar semua anggota keluarga terkena airnya, dan garamnya di pakai untuk bumbu masak jangan dulu pakai garam lain sebelum garam ini habis"

"Baik dang"

Akupun segera masuk ke dalam kamar yang sudah disiapkan, seperti pesan pembimbingku malam ini aku akan menggunakan madat 7 tengkorak karena madat ini kesukaan dari dewi tangan seribu, dan akan mempermudah kedatangannya jika aku butuhkan nanti, setelah membakar madat aku segera mematikan lampu dan kembali duduk bersila untuk memulai misiku.

"Assalamu'alaikum nyai seruni.. hadir, hadir, hadir....!"

"Walaikumsalam kanda"

"Dinda apa kau sudah tahu misi kita malam ini"

"Sudah kanda"

"Baiklah, segera kau buka portal dimensi astral rumah ini"

"Baik kanda" serunipun langsung membuka portal astral yang berada dirumah dan blazz... kami sudah berada di alam sebelah rumah tempat ritual.

Kami berada di sebuah tempat lembab dan berlumut, pepohonan besar dengan akar angin yang bergelayutan sampai ke tanah, dengan bebatuan licin di bawahnya, tempat ini mengingatkanku pada pertarungan melawan ratu kuntilanak.

"Hmmm... dinda apa kau merasakan jika di setiap pohon banyak sekali bersemayam makhluk astralnya"

"Iya kanda"

"Lantas dimana letak keris kentala cakra itu disimpan"

"Pastinya tidak akan jauh dari tempat ini, karena aura keris itulah yang memancing terbukanya portal ke tempat ini"

"Dan dimana pula nenek itu bersembunyi, bagaimana cara kita memancingnya keluar, karena petunjuk panglima sepuh keris itu malam ini harus kita zhohirkan dan di simpan ditempat yang aman supaya tidak ada lagi yang bisa memanfaatkannya untuk tindakan kejahatan"

"Kanda, aku akan membakar tempat ini dengan ajian segara geni supaya mereka yang bersembunyi itu keluar"

"Baiklah dinda silahkan" 

Seruni mumdur beberapa langkah dan segera mengaktifkan aji segara geninya, kulihat kecepatannya dalam mengaktifkan ajian segara geni semakin cepat, dan kemampuannya memainkan api-api biru semakin lincah.

Satu persatu kobaran api yang mengelilingi seruni terbang menuju pepohonan, tak ayal meskipun dalam keadaan lembab api-api itu tetap mampu melahap setia pohon yang di kenainya mulai dari bawah kemudian apinya naik bak api unggun yang sangat besar.

Seiring dengan naiknya api terlihat makhkluk-makhkluk astral berterbangan keluar dari pohon, ada yang masuk kepohon lain, masuk ke tanah, ke batu dan ada pula yang berlabuh ke hadapan kami, tapi sayang kemanapun makhluk itu lari dan sembunyi dari api seruni seperti mempunyai insting, api itupun bertaburan mengejar mereka, pekikan, raungan dan geraman terdengar ramai, suasana seperti ritual pembakaran kampung yang banyak penghuninya.

Dari arah kejauhan terlihat sebuah cahaya kuning melesat cepat kearah kami, satu, dua.. tiga, ada tiga cahaya yang semakin mendekat "seruni awaaas..." dan... duaaaaaarrrrrr.. cahaya itu menghantam kami, untung sekali kami sempat menghindar beberapa langkah ke belakang sehingga cahaya itu menghantam tempat kosong.

"Dinda cahaya apa itu yang barusan menghantam kita"

"Cahaya itu berasal dari keris kentala cakra kanda, keris itu sudah mulai di gunakan oleh khodamnya"

"Awas kanda cahaya itu datang lagi"

Kembali tiga cahaya kuning melesat kearah kami dan duarrrrr... menghantam tempat kami berdiri.

Hmmm... kita diserang dengan serangan jarak jauh, dimanakah posisi keris dan khodam yang mengendalikannya.

Makhluk-makhluk astral yang adapun sudah mulai berkumpul, sepertinya mereka akan melakukan serangan keroyokan, dan benar saja mereka langsung bergerak berhamburan kearah kami.

"Seruni bagaimana ini, makhluk-makhluk ini hanya akan menjadi korban saja, sepertinya mereka ini tidak pandai bertarung dan mempunyai ilmu-ilmu tingkat rendah"

"Benar kanda terlihat sewaktu mereka terkena ajian segara geni tadi sama sekali tidak ada perlawanan"

"Lantas kenapa mereka semua ada disini dinda"

"Ketahuilah kanda kelebihan dari keris kentala cakra energi dan aurahnya mampu menarik makhluk astral lain untuk berkumpul disekitarnya dan mempengaruhi tindakan mereka, yang pada akhirnya lokasi tempatnya akan dipenuhi makhkluk-makhluk seperti mereka ini jika rumah maka pastilah akhirnya rumah itu akan angker dan menyeramkan"

"Kita tidak mungkin menghabisi mereka ini karena sebenarnya mereka tidak bersalah hanya dalam pengaruh energi keris itu"

"Aku akan mengurung mereka dengan pagar api segara geni kanda"

"Baiklah dinda silahkan usahakan agar mereka tidak ada lagi yang celaka, aku akan mencari keris kentala cakra itu"

Sementara seruni melakukan pemagaran untuk mengurung makhluk astral aku segera melakukan pencarian keris kentala cakra.

Melalui energi yang cukup kuat yang ditimbulkannya aku tinggal menelusuri arah energi tersebut dan tidak lama, aku melihat cahaya kuning terang  dari sebuah batu besar dan akupun mendekatinya.

Hmmmm... batu ini di selimuti oleh energi yang sangat kuat, dan bahkan jika seekor kerbaupun menyentuhnya tentu akan terpental karena energinya menolak benda apapun yang menyentuhnya, pastilah keris kentala cakra itu ada di dalam batu ini.

"Huh.. bagai mana aku mengeluarkannya yah..." terpaksa sedikit memutar otak jadinya.

"Baiklah... sepertinya hanya dengan gear perisai kala cakra aku bisa membelah batu ini" akupun melangkah kebelakang untuk mengmbil jarak agar bisa menghantam batu ini.

Setelah kurasa cukup aku segera mengaktifkan gear kala cakra dan bezzzz... gear sebesar roda gerobak sapi sudah muncul di sampingku, dengan warna kuning keemasan dan suara menderu berputar kencang, akupun segera melempar gearku ke batu yang berisi keris itu.

Duaaaaarrrr.... ziiiiiiinnngggg suara dua kekuatan bertemu, percikan bunga api menebar kemana-mana, terlihat batu itu tidak bergeming sama sekali, ku berikan hantaman kedua dan tetap hasilnya sama saja, melihat hal ini aku tarik dulu perisaiku.

"Jiahh... bagaimana ini kuat sekali pagar energi itu, wajar saja kalau keris ini menjadi salah satu keris sakti yang banyak di cari oleh kalangan spiritual atau ahli kebhatinan, yang memegangnya akan susah ditembus pagar ghaibnya"

Seruni masih mempertahankan kurungan api segara geninya, aku belum bisa meminta bantuannya.

Owh, tapak budha.. ya, ya Tapak budha.! baiklah.. aku harus menghancurkan pagar energi itu dulu dengan ajian tapak budha dan baru selanjutnya aku hantam kembali dengan perisai kala cakra.

Untuk mendapat power yang lebih kuat aku sebaiknya bertelepati dengan sang pemilik ilmu yaitu sahabat Batara karang.

"Salam sahabat batara karang, apa kau bisa mendengarku"

"Salam juga ksatria ada apa kau menyapaku"

"Sahabat aku sedang dalam misi, aku akan memecahkan sebuah batu berpagarkan energi ghaib yang sangat kuat yang didalamnya terdapat keris kentala cakra, sudah dua kali aku mencoba dengan perisai kala cakra tapi gagal, berikutnya aku akan menggunakan ajian tapak budhamu, mohon di berikan tambahan kekuatannya sahabat"

"Baiklah ksatria aku akan membantu energimu dari sini bersiaplah"

Akupun segera mengatur posisi untuk mengeluarkan ajian tapak budha, dan aku sudah merasakan kehadiran energi yang sangat besar masuk ke tubuhku, energi ini adalah transferan dari sahabat batara karang.

"Lepaskanlah ajianmu" terdengar suara dari sahabat batara karang, mendengar perintah itu aku langsung melepaskan ajianku satu.. dua.. tiga.. tiga bayangan telapak tangan raksasa melesat kedepan dan werrrrr... batu itu bergetar kencang saat bayangan ketiga menghantam batu besar itu terlihat celah memperlihatkan wujud asli batunya tanpa terhalang oleh energi yang berwarna kuning.

"Inilah kesempatanku melepaskan gear perisai kala cakra hiyaaaa...."

Perisaiku langsung melesat cepat dan duaaaaaarrrrrrt... perisaiku mengenai batu dan batu itupun berantakan menjadi serpihan kerikil bertebaran.

Diantara serpihan batu yang berterbangan terlihat sebuah benda bercahaya kuning terlempar menjauh, akupun langsung melesat untuk menangkap benda itu, seiring dengan gerakanku mengejar cahaya itu terlihat pula dua sosok keluar dari pepohonan dan mengejar cahaya itu, sosok itu seperti manusia tapi badannya pun mengeluarkan aura cahaya yang satu berwarna merah dan satu lagi berwarna biru.

Hmmmmm... gerakan mereka cepat sekali dan celakanya ternyata keris itu malah melanting kearah mereka.

Hadeeehhh... aku kalah cepat mereka berhasil mendapatkan keris itu, terpaksa aku menghampiri mereka.

"Assalamu'alikum sahabat..."

"Salam om..swastiastu..."

"Owh salamku tidak mendapat jawaban rupanya mereka berdua ini adalah khodam yang berwujud manusia aku yakin mereka ini adalah khodam keris kentala cakra itu, karena memang sepertinya keris itu tadi bergerak mendekat kearah mereka"

"Siapa kau wahai ksatria yang pemberani" tanya nenek yang berambut merah.

"Aku ksatria laduni Dinar namaku"

"Kenapa mengobrak abrik tempat kami" jawab nenek yang berambut biru.

"Aku dimintai bantuan oleh yang punya rumah tempat kalian berada ini agar rumahnya di netralisir dari unsur ghaib"

"Artinya kau bermaksud mengusir kami"

"Tidak.. aku tidak bermaksud mengusir kalian, tapi aku menginginkan kalian pindah dan tidak mengganggu penghuni rumah ini lagi"

"Hahaha... ksatria kehadiran kami disini pun di minta oleh tuan kami yang juga berasal dari bangsamu"

"Artinya kami sedang menjalankan misi, dan sengaja memberikan gangguan terhadap penghuni rumah ini"

"Hahahahaha...benar sekali"

"Baiklah kalau begitu sahabat... aku minta sekarang kalian menghentikan misi kalian, dan pusaka tempat kalian bersemayam itu serahkan baik-baik padaku, karena misikupun adalah memcabut dan mewujudkan kembali pusaka kalian itu"

"Lancang kau anak muda, apa kau yakin dengan niatmu itu, ketahuilah kami adalah khodam pusaka yang di takuti di dunia kami dan di duniamu, kemampuan kami untuk memusnahkan sangatlah besar, dan tahukah kau jika kami di gunakan maka pasti ada nyawa yang melayang" jawab nenek berambut merah.

"Sahabat maafkan aku, aku tidak bisa mundur dari misiku dan ketakutanku hanya kepada Allah, kalian sudah terlalu sering digunakan untuk berbuat kezholiman karena itu pusaka kalian harus aku simpan"

"Kalau begitu lawanlah kami dan wujudkanlah pusaka kami"

Kedua nenek itu saling melihat dan nenek yang berambut biru segera melompat kedepanku dan melancarkan serangan bertubi-tubi, serangan ini cepat sekali dengan menggunakan sebilah keris di tangannya.

Aku terpaksa meladeni pertarungan ini, gerakan nenek ini lincah sekali aku cukup dibuat  kerepotan dengan serangannya.

Seketika dia melompat mundur beberapa langkah dan segera mengeluarkan energi dengan cahaya biru dari telapak tangannya, bagaikan peluru energi itu ditembakkan berulang-ulang ke arahku.

"Jiah nenek rambut biru ini benar-benar bernafsu untuk melumpuhkanku, serangannya bertubi-tubi tanpa memberikan waktu untukku bersiap, untungnya aku memiliki gear perisai yang masih aktif perisaiku bergerak membentengiku kemanapun arahku bergerak, sehingga tembakan energi itu selalu mengenai perisaiku saja"

Nenek rambut biru menghentikan serangannya dan sepertinya bersiap mengeluarkan ajian selanjutnya, dia memutar-mutar tubuhnya cepat dan semakin cepat sehingga yang terlihat hanya gumpalan cahaya warna biru yang berputar bak angin tornado, gumpalan cahaya biru itu semakin besar dan tinggi dan...

"Astaga... dari gumapalan cahaya keluar sesosok ular raksasa yang juga berwarna biru"

"Nah kalau sudah begini apa yang mesti aku lakukan, aku tidaklah mungkin mengeluarkan ajian cakra manggilingan karena jika salah khodam keris kentala cakra itu akan musnah, sedangkan aku diperintahkan hanya untuk mengurungnya dan menyegelnya di dalam keris setelah nanti kuwujudkan."

"Hmmmm... mungkin ini saatnya aku meminta bantuan panglima sepuh sriwijaya"

"Assalamu'alaikum panglima sepuh mohon izin untuk memanggil khodam keris dewi tangan tangan seribu"

"Asslamu'alaikum dewi tangan seribu aku minta kau hadir... hadir... hadiiiir....!"

"Walaikumsalam ksatria anakku..."

Seketika muncul di sampingku seorang perempuan cantik dan anggun rambut di sanggul rapi dengan berpakaian kemben kuning dan celana kuning mengkilap dengan selendang terikat dan sebuah keris terselip di pinggangnya kedatangannya di sertai dengan hembusan angin dan bau harum semerbak bunga kenanga.

"Maaf merepotkanmu dewi, aku minta bantuanmu untuk menyelesaikan misiku ini dewi"

"Apa yang harus aku lakukan untuk membantumu ksatria anakku"

"Aku harus menyegel kedua khodam keris kentala cakra yang berupa dua perempuan tua, yang satu berambut merah itu dan satunya berambut biru yang sekarang sudah menjelma menjadi seekor ular raksasa itu, setelah disegel nanti aku akan menzhohirkan pusakanya dan di serahkan kepada panglima sepuh, begitulah misiku dewi"

"Hmmm... baiklah ksatria aku akan membantumu menyelesaikan misimu"

Singkat cerita dewi tangan seribu melesat mendekati ular jelmaan khodam keris kentala cakra, akan tetapi melihat kehadiran dewi tangan seribu tadi nenek yang berambut merah sudah berada di samping ular jelmaan nenek rambut biru.

Tak ayal pertarunganpun terjadi, baru kali ini aku melihat dua khodam keris dari aliran yang berbeda bertemur, menurut cerita pembimbingku media keris dewi tangan seribu murni terbuat dari besi kuning dan berlapis emas yang di tempa tanpa menggunakan api melainkan di pijit pakai tangan oleh seorang waliyullah di tanah jambi, sedangkan keris kentala cakra dari besi yang berwarna hitam dan juga ditempa  memakai tangan atau di pijit oleh seorang empu di tanah tanah jawa pada zaman hindu. Jika demikian di lihat dari zaman pembuatannya keris kentala cakra lebih tua usianya.

Pertempuran yang terjadi semakin sengit satu lawan dua sebenarnya dari jumlah ini tidaklah seimbang tapi aku yakin jika panglima sepuh tidaklah salah mengirimkan dewi tangan seribu untuk membantu misiku.

Ular besar berwarna biru itu mematuk kesana kemari mengikuti pergerakan dewi tangan seribu, begitupun dengan nenek rambut merah bergantian dengan ular menyerang dewi.

Sejenak dewi mundur beberapa langkah dan sepertinya akan mengeluarkan sebuah ajian serangan jarak jauh, begitu pula dengan nenek rambut merahpun sudah bersiap dengan ajiannya.

Serangan nenek rambut merah muncul lebih dahulu gumpalan cahaya berwarna merah terang tapi bukan api melainkan energi yang sangat besar mengarah  ke dewi  tangan seribu.

Cahaya merah itu langsung di sambut oleh dewi, dari tangannya muncul cahaya-cahaya energi berwarna kuning, cahaya itu membentuk ratusan bahkan ribuan tangan dengan posisi yang berbeda, ada yang mengepal, menunjuk, terbuka dan berbagai bentuk posisi "owh mungkin inilah yang menjadi lambangnya sehingga iya di juluki dewi tangan seribu"

Ribuan tangan tangan yang terbentuk dari energi berwarna kuning itu berterbangan bak peluru melesat cepat menyongsong serangan nenek rambut merah dan tak ayal lagi.
 "Duaaaarr.. duarrr... suara ledakan berkali-kali hingga akhirnya gumpalan energi berwarna merah buyar dan menghilang"

Melihat serangannya gagal nenek rambut merah terkesima wajahnya mengkerut dan sepertinya bersiap untuk melancarkan serangan selanjutnya.

Dewi tangan seribu bergerak cepat, diarahkannya ribuan tangan energi langsung kearah nenek rambut merah dan seluruh tangan itu langsung mengerumuni sang nenek sehingga nenek itu tidak terlihat lagi karena di gulung oleh energi.

Dewi tangan seribu melepas selendang yang terikat di pinggangnya dan di lemparkan kearah nenek rambut merah yang sudah di gulung energi tangan tangan seribu.

Selendang itu melesat masuk kedalam pusat energi, beberapa saat entah apa yang terjadi di dalam gulungan energi warna kuning yang pekat itu.

Setelah beberapa saat gulungan energi mulai menipis, dan akhirnya nenek rambut merah terlihat lagi tapi kali ini pemandangan yang mengejutkan dan kagum sekali aku melihat kepiawaian sang dewi, nenek rambut merah sudah terikat dan digulung selendang tadi hingga berupa seperti kepompong.

"Hmmmm... benar-benar sakti khodam keris panglima sepuh ini, kira-kira jika aku minta dia menghibakan pusakanya padaku di berikan tidak yah..."

Disatu sisi ular jelmaan nenek rambut biru mulai marah melihat saudaranya sudah terkena segel.

Ular itu menganga lebar dan dari mulutnya keluar sebuah keris yang diselimuti cahaya kuning yang tidak lain adalah keris kentala cakra.. Keris itu terbang kesana kemari dan akhirnya terbang melesat kearah dewi tangan seribu.

Sang dewipun sudah bersiap, dan mencabut keris yang ada di pinggangnya dan di lemparnya, kedua keris pusaka legendaris bertemu di udara menimbulkan suara benturan "trangggg... tringggg" kira-kira seperti itulah suaranya, hingga keris kentala cakra terpental dan menancap di sebatang pohon besar.

Ular itu langsung mengejar pusakanya, akan tetapi dewi tangan seribu sudah berada didepannya. Dengan cepat sang dewi melepaskan kembali ribuan tangan-tangan energinya dan langsung mengarah ke ular jelmaan nenek rambut biru, ribuan tangan itu mengurung sang ular hingga terbalut dengan cahaya energi yang berwarna kuning, ular pun meronta semakin lama gumpalan energi semakin mengecil dan akhirnya wujud ular tadi berubah kembali menjadi wujud nenek rambut biru yang sudah tersegel dengan energi yang berubah bentuk seperti jala menggulung sang nenek.

"Hmmmm... cepat sekali sistem kerja dewi tangan seribu benar-benar khodam yang bisa di andalkan, cantik lagi... tidak ada bosannya aku memperhatikan gerak geriknya"

Lamunanku tiba-tiba disentakkan oleh suara sang dewi..

"Ksatria cepat kau kembali ke tempat ritualmu dan zhohirkan pusaka keris kentala cakranya, aku akan mengeluarkannya dari alam ghaib ini"

"Baik dewi..."

Aku segera membuka portal untuk kembali ke kamar ritualku, dan blazzz... aku sudah kembali ke jasadku, segera ku gunakan aji dan doa penarikan dan penzhohiran benda dari alam astral, tidak lama setelah pembacaan langsung terasa aura panas di sekelilingku dan blazzzz... tiba-tiba di depanku pas di dalam nampan berisi kembang yang sudah disiram minyak muncul sebuah keris disertai dengan cahaya kuning yang tidak lain adalah keris pusaka legendaris kentala cakra dan keris itu langsung kusiram dengan minyak ponibasalwa yang sudah di rajah sebagai pengunci agar benda yang sudah di zhohirkan tidak kembali ke ghaib.

Setelah kuraba dan auranya sudah mulai dingin, aku coba menerawang ke dalam  pusaka dan kulihat kalau kedua nenek rambut merah dan rambut biru sudah tersegel di dalamya.

Beberapa saat ku biarkan keris tersebut dan aku kembali membuka portal astral untuk menjemput pendampingku nyai seruni yang masih dengan tugasnya dan blazzzz... aku sudah kembali ke alam sebelah.

"Dinda bukalah kurungan apimu dan biarkan para makhluk astral ini pulang ke asalnya tapi sebelumnya aku akan bicara pada mereka"

"Baik kanda"

"Wahai para sahabat... pemimpin kalian sudah kami segel di dalam pusakanya dan akan disimpan di tempat yang aman, aku minta pulanglah kalian ketempat asal kalian sebelum datang kemari, yang dari hutan kembalilah ke hutan, yang dari laut kembalilah kelaut dan jangan pernah kembali kemari lagi"

Setelah mendengar seruanku mereka langsung berterbangan dan menghilang.

"Dinda dimanakah dewi tangan seribu berada"

"Entahlah kanda, dia langsung pergi setelah menyegel kedua perempuan tua tadi ke dalam pusakanya"

"Apa dia menyapamu dinda"

"Tidak, sombong sekali dewi itu, aku akui memang kemampuannya luar biasa, tetapi sifat sombongnya seolah dia pamer kemapuan di hadapanku"

"Agh... itu perasaan dinda saja"

"Kalau aku tidak di beri tugas mengurung makhluk-makhluk itu, sebenarnya kanda tidak perlu meminta bantuan dia, akupun sanggup melakukan penyegelan"

"Owh benarkah dinda sanggup"

"Hmmmm... kanda sudah mulai meragukan kemampuanku hanya karena melihat dewi tangan seribu yang angkuh itu"

Kelihatannya khodam pendampingku ini merasa di remehkan oleh dewi tangan seribu, benar kata pembimbingku kalau para khodam pendamping itu juga mempunyai sifat cemburu seperti manusia.

"Hmmmm... sepertinya saat ini dia benar-benar sedang marah, dia tidak tersenyum sedikitpun"

"Dinda... maafkan aku jika aku tidak memintamu untuk melakukan penyegelan, aku di minta panglima sepuh untuk menjajal dan bertemu dengan dewi tangan seribu, entah apa tujuannya mungkin dia mau menitipkan pusakanya kepadaku, nah.. menurut dinda bagaimana jika nanti benar apa aku terima pusakanya dan dewi tangan seribu ikut mendampingi dalam misi kita nanti"

"Jika dia menjadi pendampingmu maka misiku memdampingi kanda berakhir sampai di situ"

"Wuaduuhh... kenapa seperti itu dinda"

"Biar bagaimanapun aku adalah khodam mustika dan dewi itu khodam pusaka, kami dari golongan yang berbeda kanda"

"Media kami tempahan alam dan media dia tempahan manusia sakti"

"Kami dipilih dengan perjanjian dan sukerela tapi dia dengan perintah sang pembuat pusaka"

"Dengan perbedaan golongan kami tentu lebih tinggi dan tidak sepatutnya sang dewi itu pamer kemampuan di hadapanku, dan sepertinya kami tidak bisa jika berdampingan"

"Tapi dia cukup sakti dan cantik dinda, dan sepertinya aku tertarik untuk meminangnya jadi khodam pendampingku"

Mendengar kata-kata itu, kulihat kenapa seruni mengangkat tangannya? dan api biru keluar dari telapak tangannya.

"Jiahhhh... api itu di arahkan padaku..."

Tanpa ada aba-aba dia melepaskan ajian segara geninya ke arahku dan wuaduh.. dia benar-benar marah..

Bertubi-tubi dia melepaskan api padaku dan terpontang panting aku menghindar "dinda hentikan api itu berbahaya"

"Tidak... jika kanda masih berkeinginan meminang dewi sombong itu"

"Baiklah aku hanya bercanda mana mungkin panglima mau menghibahkannya padaku itu salah satu senjata andalannya"

"Hentikan dinda aku hanya bercanda"

Tapi seruni malah memperbanyak serangannya "huh.. dia benar-benar emosi karena api cemburu bagaimana ini"

"Hmmmm.. bukankah ajian segara geni itu di turunkan kanjeng ibu ratu kidul berbarengan dengan ajian cakra tirta maya padaku dan ajian itu beraura dingin"

Menyadari hal itu aku langsung melesat mendekati nyai seruni yang sedang kalap, kugunakan perisai kala cakra untuk melindungi diri dari serangan api biru seruni dan semakin lama semakin dekat aku padanya, setelah cukup dekat aku dapatkan celah untuk menangkap tangannya dan langsung mengalirkan energi ajian cakra tirta mayaku.

Seketika tangan seruni menjadi dingin seperti es dan tidak bisa meimbulkan api lagi.

"Sudah cukup dinda, aku minta maaf, aku hanya bercanda"

Entah kenapa rasanya aku di dalam hatiku bergetar hebat, suaraku bergetar saat melihat raut wajahnya yang polos menampakkan raut wajah jengkel.

"Hmmmm... dinda sudah ya... aku tidak pandai membujuk khodam, sekarang aku tahu kalau dinda benar peduli padaku"

"Tapi kenapa dulu saat aku menyinggung tentang hubungan perasaan antara khodam pendamping dan tuannya dinda selalu menunjukkan sikap acuh dan tidak perduli dengan itu"

"Kanda... rasa ini bukanlah cemburu seperti yang kanda maksud, rasa ini adalah kecemburuan karena kaum kami tidak mau disaingi dan di bandingkan"

"Dan jangalah kanda mengira ini adalah rasa cinta seorang khodam pendamping dengan tuannya"

"Owh.. begitu ya.. tapi bagaimana jika rasa cinta itu ada padaku dinda?"

"Maka buanglah jauh-jauh kanda"

"Dinda... jika di alam astral ini bukankah kita satu alam kau dan aku saat ini sama-sama ghaib"

"Benar kanda tapi bukan berarti kanda tidak membawa nafsu ke alam ini"

Hmmmm... kembali kalau sudah menyinggung hal seperti ini sikapnya selalu dingin dan penolakan terhadap perasaanku yang ada.

"Kalau begitu baiklah aku akan meminang dewi tangan seribu untuk menjadi salah satu pendampingku"

Mendengar hal itu nyai seruni langsung melompat dan melesat bak kilatan cahaya warna merah yang membuat aku terperangah.

Sangat cepat sekali dian langsung menghilang di antara pepohonan astral yang besar, aku mencoba mengejarnya tapi dia tidak kutemukan.

"Dinda kembali..."

Teriakanku tidak ada jawaban, hingga ku tunggu beberapa saat dan tidak ada tanda-tanda dia akan kembali.

"Hmmm... sepertinya kali ini dia benar-benar marah padaku, agh... mungkin aku juga yang keterlaluan memancing emosinya"

Untuk sementara kubiarkan dulu seruni pergi dengan kemarahannya, dari pada nanti dia kembali menyerangku.

Akupun segera membuka portal dan kembali kekamar ritualku, aku menghidupkan lampu kamar untuk mengecek keris pusaka kentala cakra dan menyimpannya serta merapikan tempat dan peralatanku.

Alangkah terkejutnya aku, ketika mau menyimpan cupu mustika merah delimaku, cupu itu menghilang dan tidak ada di tempatnya.

Seruni benar-benar marah hingga mustikanyapun dia bawa pergi ke alam ghaib.

Aghh... dapat masalah jadinya aku, baiklah nanti akan kuurus kekasih astralku setelah misi ini selesai.

Setelah selesai berkemas aku langsung keluar kamar ritual dan menemui pemilik rumah yang menungguku.

"Mang... pembersihannya sudah selesai, mudah-mudahan aura rumah ini kembali dingin, yang sakit segera sembuh, yang sering berantem segera akur"

"Iya dang, terima kasih banyak atas bantuannya dang"

"Sama-sama mang, oh.. iya ini adalah keris yang di tanam dirumah ini, pesan pembimbing saya keris ini akan kami simpan di tempat yang aman, kalau sudah tidak ada yang mau di tanyakan saya permisi pulang dulu mang, kebetulan hari sudah malam"

"Iya dang silahkan, nanti saya main kerumah boleh kan dang, boleh mang tapi telpon dulu"

"Iya dang"

"Assalamu'alaikum"

"Walaikumsalam"

Selama di jalan aku selalu teringat dengan seruni kenapa dia sampai mengambil mustikanya akankah dia kembali lagi padaku?

Sesampainya aku dirumah aku langsung menghubungi pembimbingku untuk laporan misiku.

"Hallo, assalamu'alaikum dang..."

"Walaikumsalam... gimana dinar... misinya selesai?"

"Alhamdulillah dang selesai keris kentala cakra sudah wujud dan khodamnya sudah disegel oleh dewi tangan seribu"

"syukurlah kalau begitu, apa dinar mau menyimpan keris itu"

"Owha.. tidak dang, auranya negatif sekali dang"

"Iya benar, memang keris itu beraura negatif dan biasa digunakan untuk perbuatan yang bertujuan tidak baik"

"Lantas harus di apakan keris ini dang, apa kita buang kelaut atau gimana"

"Jangan di buang tapi keris itu kamu simpan saja di makam atau keramat leluhur dengan cara menguburnya di sana dan serahkan kepada mereka agar disimpan di alam ghaib nanti saya yang akan berbicara kepada leluhurmu"

"Baik dang, kapan kira-kira dang komunikasi dengan leluhur ?"

"Ya sekarang, kamu tunggu jangan matikan hp nya, kita akan menghadap leluhurmu paduka raja dan putri gading cempaka"

"Owh.. baik dang" 

Akupun konsentrasi untuk membuka portal astral dan blazzz... kami sudah berada di depan istana leluhurku dan panglima sepuh ternyata sudah menungguku.

"Dinar kenapa lama sekali membuka portalnya dan kemana nyai seruni" aku terdiam saat dia menanyakan nyai seruni.

"A..a..anu dang saya lupa mengajaknya"

"Agh... sudahlah.. saya ini pembimbing kamu hanya tidak bisa di sebut guru saja, saya tahu kamu berbohong, oke... nanti kita urus masalahmu sekarang kita masuk keistana menghadap leluhurmu"

Kamipun segera melangkah masuk istana dan menghadap paduka raja baginda maha sakti dan putri gading cempaka.

"Assalamu'alaikum, salam hormat paduka, salam hormat putri gading"

"Walaikumsalam panglima sepuh ada apa gerangan kalian berdua datang kemari"

"Maaf baginda, satria laduni baru saja selesai menjalankan misinya, dia telah menyegel khodam keris kentala cakra karena pusaka ini sering kali digunakan untuk perbuatan yang merugikan orang lain maka kami menyerahkan pusaka ini untuk di simpan di alam ghaib dan di serahkan kepada baginda raja"

"Baiklah panglima pusaka itu akan di simpan di dalam peti pusaka istana"

"Terimakasih paduka baginda maharaja sakti"

"Lantas bagaimana dengan perkembangan ksatria cucuku panglima?"

"Alhamdulillah baginda, semua misi di jalankan dengan sempurna"

"Kemarilah ksatria..." aku di suruh mendekat ke singgasana paduka raja baginda mahasakti.

"Bukalah bajumu"

Aku menatap ke arah panglima dan diapun menganggukkan kepalanya pertanda diapun menyuruhku menuruti perintah leluhurku itu, dan aku segera membuka bajuku.

Leluhurku mengangkat tangannya, tangannya muncul cahaya kuning emas dan blazzzz.... muncul sebuah senjata berbentuk trisula dengan gendang kecil tergantung di bilah tengahnya, kemudian trisula itu dilemparkannya padaku, aku terkesiap dan memejamkan mataku pasrah.

Kurasakan tiga tusukan tajam menancap di dadaku, ngilu sekali rasanya.

"Terima ksatria jangan kau lawan energinya, biarkan dia menyatu dengan energi perisai kala cakramu"

Akupun melemaskan tubuhku dan membiarkan energi trisula yang masuk mengalir keseluruh tubuhku berbaur dengan energi gear perisai kalacakra.

Setelah kurasakan cukup, aku kembali membuka mata lulihat didadaku sebuah gambar trisula berwarna kuning bersatu dengan gambar gear perisai kala cakra.

"Ksatria ketahuilah itu adalah trisula dewa siwa gunakanlah untuk membantu misimu ingat sebelum memanggil trisula itu berilah salam kepada dewa siwa dengan ucapan "ong swatiastu"

"Baik baginda"

Setelah proses penstransferan trisula panglima sepuh langsung berpamitan untuk kembali.

"Baiklah baginda, kami mohon pamit untuk kembali"

"Silahkan panglima, bimbinglah cucuku sebaik mungkin"

Kamipun undur diri keluar istana dan membuka portal masing-masing untuk kembali.

Setelah kembali berada dirumah, kulihat keris kentala cakra sudah tidak ada lagi di tempatnya.

"Hmmmm... syukurlah keris itu sudah di amankan, akupun mandi supaya segar dan tidur..." Salam.

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close