PORTAL LADUNI (Part 23) - Pertarungan Nyai Seruni VS Dewi Tangan
PERTARUNGAN NYAI SERUNI vs DEWI TANGAN 1000
JEJAKMISTERI - Kriiiiingggg... suara hp ku berdering, panggilan telpon panglima sepuh rupanya.
"Hallo assalamu'alaikum dang"
"Walaikumsalam"
"Dinar kamu lagi sibuk ?"
"Tidak dang... ada apa dang ?"
"Tidak juga cuma mau ngobrol saja"
"Hmmmm..." aku yakin pembimbingku ini bukan hanya mau ngobrol tapi pasti ada sesuatu hal yang akan dibicarakannya padaku, tapi yang jelas ini masalah perghaiban.
"Dinar... kenapa saya tidak merasakan aura khodam mustika ada di dekat kamu, kemana dia ?"
"Owh... anu dang, mungkin dia pulang kampung dang"
Agh... rupanya seruni yang akan di bahasnya, matilah...aku.
"Iya mungkin juga, tapi kenapa dia pulang kampung"
"Entah dang... sejak perebutan keris kentala cakra itu dia tidak hadir lagi dang"
"Dinar kamu tidak bisa menutupinya dari saya, nyai seruni malam itu menemui saya, dan mustikanya di titipkannya di rumah saya"
"Owh... iya dang, maaf dang saya takut dang marah hehehe.."
"Saya sudah tahu permasalahan-nya, kenapa nyai seruni marah sama kamu"
"Iya dang... malam itu dia marah hanya karena ada dewi tangan seribu"
"Itulah, dulu sudah saya jelaskan bahwa para khodam itu mempunyai sifat cemburu dan tanpa sepengetahuan kita mereka bisa saja bertarung satu sama lain untuk menunjukkan kehebatan masing-masing"
"Wuaduh... kalau begitu bisa-bisa nyai seruni bertarung dengan dewi tangan seribu dang"
"Ya bisa jadi, itu juga yang agak di khawatirkan, karena khodam kamu meletakkan mustikanya di rumah saya, sepertinya dia punya maksud tertentu, dia tahu kalau mustikanya didalam lingkungan pagar ghaib rumah saya dia akan bebas keluar masuk walaupun sebenarnya selama ini dia memang mempunyai izin untuk melewati pagar ghaib rumah saya"
"Terus saya harus gimana untuk mencegahnya dang, bagaimana jika mereka bertemu dang"
"Saya akan berusaha mencegah lewat dewi tangan seribu, tapi tetap saja nanti mereka akan bertemu di alam astral"
"Yang penting kita harus terus mengawasi saat terjadi pertarungan nanti, saya pasti tahu karena kedua media mereka yaitu keris dan mustika merah delimanya ada di satu lokasi, maka aura di lokasi itu pasti menunjukkan kelainan"
"Baiklah dang kalau begitu, sayapun akan terus berusaha untuk memanggil seruni kembali dan menenangkannya"
"Baiklah kalau begitu"
"Assalamu'alaikum"
"Waalaikumsalam"
"Hmmmm... aku benar-benar tidak mengira kalau efek dari candaanku terhadap khodam pendamping bisa serumit ini."
Disela kesendirianku aku mencium semerbak bau minyak melati, yang tidak asing dari penciumanku.
"Hmmmm... bau ini, benarkah dia yang hadir?"
"Assalmu'alaikum dewi melati hadir....!"
"Walaikumsalam tuan ksatria... maaf sudah mengganggu"
"Walaikumsalam dewi, ada apa gerangan dewi datang kemari"
Ternyata dugaanku benar yang datang adalah dewi melati khodam pendamping senja..
"Tuan... sudah belasan korban jatuh dari hasil misi pembalasan dendam senja, sudah saatnya tuan turun tangan dan menghentikan misi tuan saya itu, sebelum korban jatuh lebih banyak lagi"
"Begitukah dewi.., bagaimana dengan kesaktian supranaturalnya sekarang?"
"Dia semakin sakti tuan, hampir semua ajian yang di transferkan dewi lanjar kepadanya mencapai tingkat sempurna maksimal, dan salah satu ajian terkuatnya adalah ajian Salju pencabut nyawa, barang siapa yang terkena ajian itu di pastikan akan membeku dan detak jantungnya akan berhenti seketika terkena hawa dingin salju pencabut nyawa."
"Selain itu saat ini dia juga mendapatkan teman seorang supranatural juga"
"Owh.. siapakah temannya itu dewi, laki-laki apa perempuankah ?"
"Dia seorang laki-laki Arya sapta dewa namanya"
"Apa... arya sapta dewa..!"
"Benar tuan dia seorang juru kunci pesugihan ratu gendri mayit bawahan ratu utara"
"Benar dewi, saya sudah paham dengan orang itu, saya pernah bertarung dengannya saat itu dia terkena luka dalam dan kabur dari pertempuran dan rupanya saya akan bertemu lagi dengannya"
"Begitulah tuan perkembangannya"
"Baiklah dewi, kita akan berangkat ke tempat senja sekarang, bukalah portal ke posisinya"
"Baik tuan"
Hmmm... kali ini aku menjalani misi sendirian tanpa pendamping ghaibku nyai seruni baiklah... apa boleh buat, Dewi melatipun membuka portal astral ke posisi senja berada, seketika kami sudah berada di sebuah hotel yang kulihat tulisannya berada di daerah jakarta timur.
Lokasi senja di hotel ini berarti dia sedang dalam misi dan akan ada korban lagi. Kali ini aku hanya akan mengamati dari jarak jauh tanpa sepengetahuan senja agar bisa tahu seperti apa kejadian sebenarnya.
Tidak lama aku sudah menemukan senja sedang duduk santai disebuah sofa bersama seorang laki-laki paruh baya, di depan mereka sebuah meja rendah yang diatasnya ada beberapa botol minuman beralkohol, dengan sebatang rokok mild di tangan, senja sepertinya benar-benar hanyut dalam dunia gelap ini.
Cukup jauh posisiku dengan mereka, yah... walaupun aku menggunakan tubuh astral jika terlalu dekat maka senja pasti akan mengetahui keberadaanku karena indra bathinnya sudah terbuka, di tambah lagi dengan indra khodam belut laut yang ada di dalam tubuhnya pastilah tidak susah untuk merasakan kehadiranku.
Sekitar setengah jam, mereka berbincang tak lama kemudian mereka beranjak dan menuju ke bagian dalam hotel.
"Hmmm... bagaimana ini apa aku harus terus mengikutinya atau tidak ya...!"
"Baiklah aku harus tahu apa yang terjadi dengan para korban senja"
Ternyata mereka huffff... sensor yah... cukup aku yang menyaksikan kalian bayangin aja.
Lama juga pertarungan mereka berbagai jurus mereka keluarkan, hingga akhirnya laki-laki itu sampai ke titik klimaks mengeluarkan ajian terakhirnya karena sepertinya dia sudah terdesak jika di lihat dari posisinya yang berada di bawah.
Saat ajian terakhir keluar pria itu membelalakan matanya dengan raut wajah sedang menikmati sesuatu yang sepertinya sangat nikmat, entahlah apa itu namanya.
Tapi yang membuatku kaget, saat senja beranjak dari atasnya pria itu hanya diam tak bergerak, tubuhnya kaku seperti saat dia mengeluarkan ajian terakhirnya, matanya masih melotot dengan wajah masih seperti menikmati sesuatu, tapi senjatanya itu masih dalam keadaan berdiri tegak bak sebuah tiang listrik beton.
Sedangkan senja sudah bergerak cepat memakai pakaiannya dan segera keluar dari kamar hotel.
"Hmmm... apa laki-laki itu mati?, ku coba menghampiri, owhh... ternyata dia masih hidup karena jantungnya masih kelihatan berdetak kucoba lebih teliti melihat apa yang terjadi pada pria itu hingga dia bisa dalam keadaan tanpa sadar diri"
Lagi-lagi... aku dikagetkan, owh... senjatanya penuh dengan lendir... berwarna coklat, tapi itu adalah lendir dari siluman belut laut yang ada di dalam tubuh senja dan sepertinya lendir itu adalah bibit penyakit yang akan menggerogoti pria itu hingga nantinya dia akan mati dengan penyakit itu.
Setelah melihat semuanya aku merasa saatnya aku kembali, karena aku tidak bisa terlalu lama berada di tanah jawa dalam keadaan meraga sukma ini, resikonya terlalu berat bisa-bisa aku terhalang untuk kembali, akupun membuka portal astral dan blazzz... aku sudah berada di rumahku.
Lamunan sebelum tidur...
Jujur saja sebenarnya aku lelah dengan semua ini, misi supranatural yang tidak ada hentinya, sedangkan untuk dunia nyata aku masih harus tetap menjalankan kewajibanku yaitu mencari nafkah untuk keluarga.
"Hmmm... entahlah... kegiatan suprantural dan berhubungan dengan dunia astral, dimana aku harus memposisikan sebagai dua pribadi yang jauh berbeda antara pribadi real dan pribadi astralku"
Kegiatan spiritual yang tidak bisa aku ceritakan pada sembarang orang karena smua ini jauh dari akal sehat, dan bagi orang tertentu semua yang ku alami hanyalah omong kosong alias khayalan tingkat tinggi.
Sebagai seorang spirtual aku harus kerja extra, di satu sisi aku harus menyelesaikan permasalahan orang lain, disisi lain aku sendiri pusing dengan masalahku, khawatir dengan keselamatan keluarga karena efek dari kegiatan supranatural yang sering kali berhubungan dengan energi-energi ghaib tingkat tinggi.
Musuh-musuh astral yang pernah kukalahkan, khodam-khodam ilmu orang yang pernah kubersihkan, yang sering kali menuntutku untuk ikut mendampingi karena tidak tahu tempat kembali, bahkan diam-diam diantara mereka ada yang menjadi khodam pendamping anak laki-lakiku, sehingga menyebabkan anakku sering ngomong sendiri dan tempramen cepat marah dan jika berkelahi dengan temannya emosinya sangat sulit di kendalikan, hanya pelukan ibunya yang bisa menenangkannya.
"Agh... benar-benar curhat jadinya"
Esok harinya aku bekerja seperti biasa, tapi entah kenapa terasa malas, lemas letih dan lesu, mungkin efek dari misiku malam tadi yang menembus portal terlalu jauh sehingga menghabiskan energi dan karomahku, biasanya jika ini terjadi aku meminum air rendaman mustika merah delimaku yang merah seperti sirup fanta yang menyimpan energi dan karomah besar sehingga bisa sekejap memulihkan staminaku, tapi sekarang tidak bisa karena mustikaku sedang merajuk, agh... paling nanti malam aku cari tukang bandrek aja dulu, untuk mengganti energiku yang hilang.
Rencananya malam ini aku ingin tidur lebih cepat, benar-benar suntuk ingin rasanya bertamasya alam astral yang bukan karena misi alias bertamasya bersama seruni menunggangi naga emas, tapi mana bisa seruninya tak tahu dimana keberadaannya bahkan untuk bertelepati pun aku di jegal benar-benar putus komunikasi.
Dalam tidurku...
Aku duduk di tepi sebuah pondok yang di depannya terpapar hamparan sawah dengan tanaman padi yang masih hijau belum berbuah, angin sepoy menerpa pondok, penerawangan jauh dan kosong yang ada di benakku, ntah apa yang aku pikirkan tapi yang jelas aku butuh pencerahan.
Seiring dengan suara gemerisik tiupan angin menerpa daun padi di depanku.
"Assalamu'alaikum anakku Raden mas kandang paku ning alam..."
"waalaikumsalam..."
Aku di sentakkan dengan suara halus seorang perempuan di sampingku yang tiba-tiba sudah duduk dengan membawa aroma harum bunga mawar, menjuntaikan kakinya menyerupai seperti yang aku lakukan.
Yang lebih kaget dia menyapa sambil menyebut gelar ghaibku yang di berikan para wali di tanah jawa, aku langsung menoleh kearah suara tadi.
"Owh... kanjeng ibu cirebon rupanya yang datang" sambil mengambil sikap aku menundukkan badan dengan melipat tangan bersujud.
Senyum yang tersungging di bibirnya sungguh membuat suasana hati ini sejuk dan nyaman.
"Anakku... apa yang membuatmu seperti ini, ibu melihat ada bibit-bibit keputus asahan dan menyerah dengan keadaan dalam dirimu"
"Maafkan aku kanjeng ibu, anakmu ini srpertinya sudah terlalu letih dengan beban yang dipikulkan padaku"
"Ketahuilah raden dibalik kekuatan yang dititipkan padamu terdapat tanggung jawab pula yang diikut sertakan"
"Iya kanjeng ibu aku faham dengan itu, tapi tanggung jawab atas kekuatan ini membuat aku merasa kalah dengan diriku sendiri"
"Sekarang kau ceritakanlah masalah dalam dirimu, ibu akan mendengarkan"
"Walaupun tanpa ku ceritakan tentu kanjeng ibu sudah mengetahui apa yang kuhadapi sekarang, tapi di antara semua konflik diri itu ada satu yang paling mengganggu fikiranku kanjeng ibu"
"Baiklah katakan apa itu raden ?"
"Khodam mustikaku kanjeng ibu, mustikaku saat ini sedang pergi dan khodamnya memutuskan tali komunikasi denganku, kabar terakhir dari panglima sepuh sriwijaya khodam mustikaku nyai seruni akan bertarung melawan khodam keris pusaka milik panglima sepuh yaitu dewi tangan seribu"
"Bagaimana caranya supaya aku bisa mencegah pertarungan itu, jika aku tidak bisa berkomunikasi dengan nyai seruni"
"Aku akui, memang ini karena kesalahanku, aku tidak mengira jika khodam pendampingku begitu tempramen jika berkaitan dengan harga dirinya"
"Itulah anakku... kau harus lebih paham dengan para khodam ghaib, ketahuilah bahwa bangsa ghaib yang menjadi khodam pendamping manusia pada dasarnya berbeda dengan bangsa ghaib biasa, mereka juga di bekali dengan hati oleh yang maha kuasa, dan juga di bekali dengan ilmu kesaktian yang jarang di miliki bangsa manusia saat ini, apalagi bangsa manusia zaman ini yang menitik beratkan semua masalah dan segala sesuatu dengan logika dan akal fikiran"
"Bangsa ghaib juga memiliki perasaan dan hati, selain rasa mengabdi kepada tuannya karena perintah, terkadang mereka juga bisa mencintai dan menyayangi tuannya bahkan mereka terkadang ada yang merasakan cemburu dengan istri tuannya sendiri"
"Lantas bagaimana dengan seruni kanjeng ibu"
"Yah... anakku, serunimu itu memang tidak cemburu dengan istrimu, karena dia faham dengan statusnya sebagai makhluk ghaib pendamping, tapi dia akan merasakan cemburu yang sangat besar jika berhubungan dengan makhluk ghaib lain, terutama jika khodam perempuan juga"
"Karena itu berhati-hatilah dengan menjaga hatinya hargai keberadaannya sebagai pendamping ghaibmu"
"Baik kanjeng ibu"
"Jika boleh aku bertanya, apakah ada seorang suprantural sepertiku yang menjalin hubungan cinta dengan pendamping ghaibnya"
"Banyak anakku, hampir semua spiritual mumpuni semua beristri ghaib dengan alasan untuk menambah kesaktian termasuk pembimbingmu itu"
"Apakah itu tidak menyalahi aturan kodrat kanjeng ibu ?"
"Itu semua tergantung pemahaman masing-masing, ketahuilah beristri ghaib bukan berarti dirimu selaku pancer yang menikah jika itu terjadi jelas itu adalah kesalahan besar karena sudah melawan kodrat sebagai manusia, ingat.. bahwa "Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan dari jenisnya sendiri"
"Artinya manusia menikah dengan manusia bukan manusia menikah dengan jin atau bagsa demit"
"Owh begitu, bagaimana dengan aku kanjeng ibu ?"
"Iya benar anakku, ibu hanya memberikan pemahaman kepadamu, kau yang selaku pancer adalah mausia yang mempunyai jasad, tapi tidak dengan kau yang selaku kakang kawah adi ari-ari atau sedulur papatmu, atau sukmamu mereka adalah bagsa ghaib, dalam dunia ghaib di pernikahan antara makhluk ghaib dengan anak manusia disebut sebagai kawin sukma karena yang menikah adalah sukmanya bukan manusianya"
"Apakah kawin sukma itu tidak mempunyai efek terhadap manusia yang real selaku pancer kanjeng ibu ?"
"Pada dasarnya tidak, karena alamnya sudah berbeda dan pasangan yang berasal dari bangsa ghaib akan memahami posisinya sebagai istri ghaib dan tidak akan ikut campur atas hubungan tuannya dengan istri manusianya"
"Kalau begitu apakah aku, boleh mempunyai istri dari bangsa ghaib"
"Itu semua terserah padamu anakku, tergantung tujuan dan maksudmu"
"Maksudnya bagaimana kanjeng ibu ?"
"Jika tujuanmu untuk mencari kekayaan harta dan materi dan kau meminta itu pada istri ghaibmu maka itu sangat dilarang, karena itu sudah termasuk kedalam pesugihan dan itulah yang sering dilakukan umat manusia yang tamak"
"Ingat pernikahan dengan bangsa ghaib yang bertujuan untuk pesugihan, akan selalu meminta imbalan karena didasari dengan nafsu dan perjanjian akan memberikan penumbalan"
"Akan tetapi jika tidak di dasari nafsu dan perjanjian atau atas dasar perasaan hati dan saling melengkapi maka tentu tidak akan meminta tumbal atau imbalan"
"Baiklah kanjeng ibu, aku sudah faham atas pencerahan kanjeng ibu"
"Kalau begitu silahkan lanjutkan perjalananmu anakku, ibu undur pamit"
"Assalamu'alaikum"
"Waalaikumsalam"
Kanjeng ibu cirebon dengan nama sewaktu masih hidup ustazah siti hajar dengan gelar Ratu kinasihpun pergi sekejap mata dari hadapanku.
"Tak lama setelah kepergian kanjeng ibu cirebon tiba-tiba aku merasa pondok tempat ku duduk bergoyang kencang sekali dan terdengar suara di telingaku"
"Dang... dang.... bangun dang... sholat subuh...!"
"Owh ternyata istriku yang menggoyangkan tubuhku untuk membangunkanku, yang ternyata hari sudah subuh"
Lama setelah malam itu, aku istirahat dari kegiatan spiritual yang kebetulan belum ada misi yang harus ku selesaikan, hingga suatu malam hp ku berdering.
"kriiiing...."
Kulihat ternyata panglima sepuh yang menelponku.
"Hallo... assalamu'alaikum dinar..."
"Waalaikumsalam dang... iya dang ada kabar apa dang ?"
"Khodam keris dewi tangan seribu sudah menghadap ke saya, kalau dia ditantang oleh khodam mustika merah delimamu bertarung"
"Lantas apa yang harus saya laukan dang untuk mencegahnya"
"Tidak ada jalan lain kita harus menyelam ke kampung khodam mustikamu, karena dia akan membawa pasukan khodam-khodam mustika merah delima dari tempat asalnya dan kita harus mencegahnya membawa pasukannya"
"Baik dang tapi bagaimana caranya kita kesana dang sedangkan saya tidak bisa berkomunikasi dengan nyai seruni saat ini"
"Bukankah kamu sudah pernah di bawa kekampungnya mustika itu, dengan menunggangi naga emas"
"Iya dang pernah"
"Nah... naga emas itulah yang akan membawa kita kesana, berisaplah kita akan berangkat sekarang"
"Owh... baik dang"
Akupun langsung masuk kamar ritualku dan mempersiapkan pertualanganku ke kampung mustika merah delima, sebuah sms masuk ke hp ku.
"Bukalah, panggilah naga emas dan minta membuka portal"
"Baik dang..."
Akupun segera membakar dupa mematikan lampu kamar untuk memulai perjalananku.
"Assalamu'alaikum naga emasku hadir... hadir.. hadirrrr...! dan blazzzz.... aku sudah berada di awang-awang di atas punggung naga emas, kulihat dari kejauhan seekor burung garuda raksasa menyusulku di belakang."
"Sahabat perlambat terbangmu..."
Ternyata benar burung garuda itu ada yang mengendarai yang tidak lain adalah panglima sepuh sriwijaya yang berpakaian seperti pakaian adat melayu dengan ikat kepala berwarna merah, di tangannya sebuah keris berkepala burung garuda lebih tepatnya itu sebuah tongkat komando yang apa bila di cabut akan mengeluarkan sebuah keris yang bercahaya kuning, kabarnya itu tongkat langsung pemberian raja kerajaan sriwijaya, dan tongkat itu sudah di zhohirkan.
"Satria mintalah naga emas menuju alam kampung mustika merah delima"
Yah... jika sedang berada di alam astral dia memanggilku dengan satria laduni seperti yang lain, sedangkan aku memanggilnya panglima.
"Baik panglima..."
"Sahabat segera menuju kampung seruni khodam mustika merah delimaku"
Naga emas langsung menambah kecepatan terbangnya, kulihat pemandangan dari atas yang ada hanya kabut asap terkadang putih terkadang hitam hanya itu saja yang kulihat, setelah beberapa lama naga emas terbang menukik diikuti sang garuda di belakangku dan berlabuh di depan sebuh desa, Kamipun turun dari tunggangan.
"Panglima seingatku ini benar adalah kampung seruni, lihat saja ke dalam hampir semua yang terdapat di dalam desa ini berwarna merah pink"
"Iya ksatria tapi kampung ini di beri perisai pelindung ghaib dan kita tidak bisa masuk jika tanpa izin"
"Bagaimana caranya kita izin dang di luar pelindung tidak ada penduduk sama sekali"
"Aku akan menembus suara ke pemimpin kampung"
Kulihat panglima langsung bertelepati.
"Assalamu'alaikum ketua kampung... saya panglima sepuh sriwijaya mohon di izinkan untuk memasuki kampung dikarenakan ada misi yang harus kami selesaikan"
Tiba-tiba dinding pelindung membuka sebuah lobang seperti pintu untuk masuk.
"Ksatria... ayo cepat kita lewati lubang itu sebelum kembali menutup"
Kamipun segera melawati lobang pelindung, dan ternyata di sebelah dalam sudah ada satu penduduk kampung yang menunggu kami.
"Mari tuan-tuan ikuti saya" sambil menunjuk ke arah dalam kampung dan kamipun mengikutinya.
Tiba di depan sebuah pondok besar beratapkan daun rumbia berdinding bambu di jalin sebatas pinggang kami pun diminta menunggu sedangkan dia pergi menuju sebuah rumah yang paling besar di belakang pondok itu.
Tak lama diapun kembali, "silahkan masuk ke pondok tuan-tuan sudah ditunggu ketua di dalam"
Kamipun masuk dan ternyata benar di dalam pondok sudah ada beberapa lelaki yang semua berpakaian merah dan beberapa perempuan yang berpakaian mirip dengan pakaian yang dikenakan seruni.
"Hufff... alangkah cantik-cantiknya mereka ini"
Diantara lelaki ada satu yang berpakaian lebih mewah dan sepertinya dialah ketuanya.
"Hmmmm... dimana seruni yah, aku tidak melihatnya disini padahal... entah aku juga sebenarnya merasa rindu untuk melihatnya"
"Selamat datang di kampung kami panglima sepuh sriwijaya"
"Terima kasih ketua"
"Ada apakah gerangan panglima jauh menyelam kekampung kami ini, dan siapa pula ksatria muda ini ?"
"Dia adalah bimbinganku ketua, satria laduni gelarnya di alam astral ini, dia adalah pemilik mustika merah delima yang berasal dari kampung ini Nyai seruni nama khodamnya"
"Iya benar, dahulu ada sebuah mustika dari kampung kami yang di zhohirkan dengan diikuti khodamnya yaitu seruni yang sebenarnya adalah anakku, ada apa gerangan dengan mustika itu ?"
"Ketua kami mohon maaf mustikanya saat ini sedang merajuk dan marah"
"Apakah di salah gunakan sehingga dia marah panglima"
"Tidak ketua, sepertinya dia cemburu dengan khodam lain yaitu dewi tangan seribu, sewaktu terjadi perebutan keris kentala cakra"
"Hahhahha... lantas kenapa panglima sampai kesini apakah itu sebuah masalah besar bagi panglima ?"
"Tidak ketua, yang menjadi masalah adalah nyai seruni menantang dewi tangan seribu untuk bertarung dengan melibatkan pasukan merah delima"
"Hmmmm... begitu ternyata"
"Saya minta bantuan ketua untuk menenangkan nyai seruni agar tidak membawa pasukannya untuk betempur ketua"
"Karena saya tidak ingin dua kekuatan besar bertempur dengan tujuan bukan untuk membela kebajikan"
"Kau benar panglima baiklah saya akan mencegahnya, ksatria kemarilah..."
Akupun bergeser maju kedepan ketua kampung, di suguhkannya segelas air berwarna merah.
"Minumlah air ini dan temui pendampingmu itu, hanya engkaulah yang bisa menenangkan-nya, karena ini adalah salahmu"
"Baik ketua"
Setelah air itu ku minum seorang perempuan beranjak dan memintaku mengikutinya.
"Mari ksatria ikuti saya"
Akupun mengikuti perempuan cantik yang sebaya dengan seruni dan meninggalkan panglima sepuh bersama ketua kampung.
Sambil berjalan di dampingi khodam perempuan ini kami diam tanpa bicara hingga kuberanikan diri untuk membuka suara.
"Maaf dewi, boleh saya tahu kemana kita pergi ?"
"Kita akan menemui kekasihmu itu ksatria"
"Owh... maaf dewi dia bukan kekasihku tapi pendamping ghaibku"
"Hahaha... ksatria... tahukah ksatria, bahwa di bangsa kami jika seorang perempuan mendampingi seorang ksatria sepertimu maka pada dasarnya dia adalah sepasang kekasih karena proses pendampingan itu ditentukan oleh jodoh bukan?, kalau tidak jodoh mana mungkin kami mau mendampingi manusia secara sukarela"
"Hmmm... benar juga yah..."
"Lantas apakah dewi sendiri mendampingi seseorang dari duniaku ?"
"Tidak tuan, aku tidak mempunyai mustika seperti seruni, bangsa kami yang tidak mempunyai mustika jarang sekali bisa mendampingi manusia, karena kekuatan kami tidak setinggi yang memiliki mustika"
"Owh... begitu yah, kalau kalian menganggap kami sebagai kekasih kenapa seruni tidak menganggapku seperti itu"
"Serunipun menganggap ksatria sebagai seorang kekasih, karena itulah dia merasa cemburu dengan khodam lain, apa ksatria tidak merasakan itu?, hanya saja dia tidak ingin terlalu dalam karena suatu saat kalian akan berpisah"
"Kenapa kami berpisah dewi"
"Umur kalianlah yang memisahkan, umur bangsa kami jauh lebih panjang dari bangsa mausia, bukankah seruni adalah pendamping leluhurmu ksatria, dan leluhurmu sekarang pasti sudah meninggal bukan ?"
"Iya benar dewi"
"Tapi bagaimana jika aku ingin dia benar-benar menjadi kekasihku dewi?"
"Hahahah... itu terserah kalian, nah... kita sudah sampai tunggulah kekasihmu di tepi sungai ini, aku akan kembali ke pondok dan ingat lunakkan kekasihmu dengan hati jangan ada pertarungan diantara kalian.
"Baik dewi terimakasih"
Akupun menunggu kedatangan seruni.
"Hmmm... waktu terasa lama berjalan, sudah bebera saat aku berada di tepi sungai tapi tanda-tanda kedatangan seruni belum ada juga, owh... dinda seruni jangan kau buat aku menunggu lama seperti ini, aku rindu dengan senyum dinginmu, dengan ketusnya jawabanmu, dengan raut wajah yang selalu serius itu, datanglah dindaku"
Yah... aku hanya bicara sendiri karena komunikasiku sudah di blokir sepihak.
Aku hanya menatap jauh ke arah seberang sungai melewati bebatuan besar yang di terjang arus tak bergeming.
Sesaat aku di kejutkan oleh warna air sungai yang tadinya bening sekarang berubah menjadi merah fanta, aku mengalihkan pandanganku ke hulu yang kebetulan dari tempatku berada hulu sungai terlihat jauh karena alur sungainya lurus tak ada belokannya.
Dari kejauhan kulihat kelebatan bayangan melompat dari batu ke batu yang lain, dengan lincahnya dia melompati bebatuan besar sungai, semakin lama semakin dekat dan terlihat bayangan itu berubah merah dan menampakkan sosok seorang wanita dengan selendang terurai di pinggangnya. Dan saat dia menjejakkan kaki jika terjena air sungai maka menjadi merahlah airnya.
"Hmmm... benarkah yang datang ini nyai seruni yang ku tunggu sedari tadi ?"
Entah... semakin sosok itu dekat kearahku jantungku berdetak semakin kencang.
"Owh... kanjeng ibu... sebegitukah aku merindukannya sampai merasakan sensasi hati seperti ini"
Sosok itu langsung melompat dan berlabuh dihadapanku dalam hatiku, benar-benar mau melompat menggapainya memeluknya, merangkulnya tapi aku di batasi oleh etika.
Sosok ini tidak lain adalah nyai seruni khodam pendamping ghaibku mustika merah delimaku.
Tapi dia tetap dingin seperti biasa.
"Assalamu'alaikum dinda"
"Walaikum salam tuan ksatria laduni"
"Owh, rasa mau berhenti darahku mengalir karena kaget dengan jawabannya menyebutku dengan tuan dan gelar itu"
"Kenapa tuan datang ke kampung ini"
"Dinda... maafkan aku jika kau benar-benar marah padaku, kembalilah dinda, semua misiku seperti tak berarti tanpa kau dampingi"
"Tuan, bukankah tuan mempunyai banyak pendamping ghaib, manfaatkanlah mereka"
"Dinda aku terima kau marah padaku, tapi aku mohon agar jangan lagi menyebutku dengan sebutan tuan..."
"Tidak tuan, karena sebutan itu adalah untuk manusia yang kami dampingi, dari leluhurmu terdahulu semua ku sebut dengan tuan dan sebaiknya begitu pula dengan dirimu tuan"
"Tapi aku ingin pengecualian untukku"
"Hmmmm... keras sekali pendampingku ini, apa yang harus aku lakukan agar dia kembali seperti dulu"
"Kenapa pula tuan meminta pengecualian ?"
"Yah...! aku meminta pengecualian karena aku mengasihimu..."
Seruni langsung terdiam menunduk dan tidak bergeming mendengar jawabanku, melihat hal itu aku memberanikan diri mendekatinya, ku pegang bahunya dari depan, kunsentuh dagu runcingnya dan ku dongakkan mukanya.
"Dinda... kau lihatlah mataku ini, mata ini tidak bisa berbohong, dan matamupun.. sama hanya saja kau selalu mengingkari itu, kau selalu berusaha membuang jauh-jauh perasaanmu"
"Tuan... kau harus mengerti statusku hanya sebagai khodam pendamping untuk menyelasaikan seluruh misi spiritualmu selama tuan menjalani misi spiritual itu, dan saat tuan berhenti maka berhenti pulalah tugasku sebagai khodam pendamping."
"Dinda sebelum aku menyatakan ini, aku sudah banyak meminta pencerahan baik itu dari para ghaib ataupun para manusia yang mengerti dengan hal ini dan semuanya mengatakan tidak ada larangan termasuk ketua kampung merah delima ini lantas kenapa pula kau selalu berusaha mengingkarinya"
"Sekarang aku minta berhentilah memanggilku dengan sebutan tuan... dan mulailah untuk menerima takdir ini"
Seruni kembali terdiam dan tertunduk, mungkinkah aku bisa melunakkannya kali ini, tapi semua yang kuutarakan padanya benar adanya bukan hanya lantaran untuk menenangkannya semata.
"Baiklah kanda aku menyerah dengan perjuanganmu, sudah ratusan tahun usiaku, ini kali pertama aku memberikan kesempatan untuk bangsa manusia menjalani hubungan lebih denganku, setelah para leluhurmu yang terdahulu meminta hal yang sama denganmu dan semuanya tidak kuberi kesempatan"
"Eith dah... jantung ini terasa mau lompat, darah seakan berhenti mengalir, air mata seolah ingin terjun deras saat aku mendengar jawabannya, ternyata bukan hanya aku yang menginginkan hubungan lebih, ternyata leluhurku terdahulu juga menginginkannya tapi semua gagal"
"Nah... sekarang apa lagi yang kanda inginkan dariku, perjuangan kanda sudah berhasil dan pergilah dari sini..."
"Terimakasih dinda atas pembukaan pintu kasihnya padaku, satu hal lagi tujuanku kemari adalah untuk mencegah dinda bertarung dengan dewi tangan seribu urungkanlah dinda, aku tidak ingin dinda terluka karena pertarungan itu"
"Hmmmm... apakah kanda yakin aku akan terluka di pertarungan itu, bagaimana jika dewi sombong itu yang terluka bahkan mungkin bisa musnah apakah itu yang kanda takutkan"
"Agh... mulai lagi dah..."
"Aku sudah menantangnya untuk bertarung dan semua pasukanku sudah kupersiapkan dan siap berangkat, kanda lihat saja nanti hasilnya"
"Aku mohon penuhi permintaanku kali ini dinda, kau boleh bertarung tapi satu lawan satu tanpa melibatkan pasukan, penuhilah dinda permintaan ini apa kau ingin melihatku melipat tangan di hadapanmu ?"
Seruni kembali terdiam sejenak dan bicara. "Baiklah kanda aku tidak akan membiarkanmu melipat tangan dan memohon padaku, saat pertarungan nanti aku akan meninggalkan pasukanku dan akan bertarung seorang diri"
"Yessss... aku berhasil" teriakku dalam hati.
"Diiringi hembusan angin, suara aliran sungai dan suasana dingin sejuk ini ingin sekali hati ini merangkul, membelai, memeluk kekasih astralku ini tapi sayang aku takut di tamparrrrr.. dan di lemparnya kedalam sungai itu hmmmm....!."
Sesaat kami tiba-tiba di kejutkan oleh satu sosok lelaki tua, yang berpakaian serba putih dan bersorban.
"Assalamu'alaikum..."
"Waalaikumsalam..."
Menyadari siapa yang datang ini, seruni sentak membungkukkan badan di hadapannya dan akupun berusaha mengikutinya.
"Waalaikumsalam tuan pendekar lama tak jumpa"
"Hahaha... betul nyai, maaf kalau kedatangan saya mengganggu pesta kalian hahahaha...."
"Tuan pendekar masih suka bercanda seperti dulu"
Rupanya mereka ini akrab sekali,
"Dinda...siapakah orang ini ?"
"Kanda dia adalah salah satu ksatria sepertimu yang dulu aku dampingi"
"Jadi... dia adalah salah satu leluhurku dinda ?"
"Benar sekali kanda"
"Aku langsung menyambut dan mencium tangannya, kakek maafkan aku yang tidak mengenalimu"
"Hahaha... tidak apa cucuku, kita memang belum pernah bertemu, kakek buyutmu yang menyerahkan mustika saat itu adalah cucuku"
"Owh... sudah jauh sekali jarak kelahiranku dengannya entah sudah berapa ratus tahun yah..."
"Maaf kek kalau boleh aku tahu siapa nama dan gelar kakek ?"
"Hahaha... akulah yang di sebut sebagai puyang Sangkaran Besi cucuku dan beberapa karomahku ada padamu, kau ingat sewaktu kau datang ke keramatku dulu, nah akulah yang kau datangi..."
"Iya... aku ingat dulu aku pernah di bawa bapakku mengunjungi sebuah keramat leluhurku di kampung bapakku memang yang kami datangi adalah keramat puyang sangkaran besi"
"Nyai sepertinya kau akrab sekali dengan cucuku ini, apakah dia sama sepertiku dahulu ?"
"Tidak pendekar dia lebih mempunyai hati dari pada pendekar"
"Hahaha... cucuku ketahuilah aku dahulu juga berusaha untuk menjadi kekasihnya seruni ini, tapi sampai aku berpindah alam dan jasadku di makan cacing aku tidak mampu menundukkan-nya hahaha..."
"Kau lebih hebat dariku cucuku tapi hanya di bidang perempuan ya... hahahah... kau boleh tanya kepada nyai seruni aku dulu lebih gagah darimu hahahah.., tapi tetap saja aku gagal mengambil hatinya"
"Sudahlah pendekar itu sudah lalu... sekarang apa tujuan pendekar datang kampung mustika ini ?"
"Hahaha... kau masih seperti dulu nyai cantik dan selalu ingin cepat selesai pada setiap misi"
"Aku hanya ingin mengucapkan selamat kepada cucuku ini dia telah melampaui kemampuanku yang dulu aku tidak sanggup dan selalu gagal untuk menjadi kekasihmu hahahah..."
"Hmmm... ga penting juga yah... kedatangan-nya" gumamku dalam hati.
"Tapi selain itu aku ingin menitipkan sesuatu pada cucuku ini, karena di depan nanti sudah menunggu pertempuran yang maha dahsyat yang akan dia hadapi, kemarilah cucuku"
Aku lalu merapat lebih dekat dengan leluhurku yang baru kali pertama aku bertemu.
"Kemarikan tangan kananmu"
Akupun mejulurkan tangan kananku kedepan, leluhurku mengambil tanganku dan merajah tanganku dari lipatan siku sampai ke telapak tangan, entah apa yang ditulisnya akupun tak tahu, karena menulisnya menggunakan telunjuk jarinya, setelah selesai di usapnya tanganku dan melakukan pentransperan energi, energi yang masuk ini terasa panas sekali, tanganku terasa kebas dan mati rasa dibuatnya.
"Nah sudah selesai, cucuku yang aku berikan padamu adalah ilmu usuran besi dan aku dulu terkenal dengan ilmu itu, jika kau menggunakan ilmu ini maka setiap senjata yang terbuat dari besi akan tunduk dan lunak padamu, kau beruntung karena sebenarnya untuk mengambil ilmu ini dulu aku harus pati geni selama 17 hari tapi kau tidak perlu melakukan itu karena didirimu memang sudah ada wadahnya, aku tinggal mentransferkan isinya saja"
"Iya kek... terima kasih"
"Nah... nyai seruni aku titipkan cucuku padamu, dan aku yakin dia akan aman bersamamu seperti aku dulu hahahah...."
"Baik tuan pendekar sangkaran besi"
"Tapi ingat cucuku sebaiknya kau tidak menikahi wanita ini karena dia sangat buas dan galak dan susah untuk menjinakkannya jika dia marah hahahah..."
"Pendekar jaga ucapanmu... ingat aku sekarang sudah tidak mengabdi padamu..."
"Hahahah... baru tadi aku katakan kalau dia buas dan ganas... sekarang muncul hahahah..."
Seruni melirik padaku seolah malu dengan ledekan leluhurku itu.
"Sudahlah kek jangan diledek terus nanti aku yang menjadi korbannya hehehe.."
"Baik, baik, baik... aku akan berhenti sekarang aku pamit, sampaikan salamku pada ketua kampung mustika dan panglima sepuh sriwijaya, katakan pada ketua kampung aku minta maaf telah menerobos perisai pelindung kampung hahahah..."
"Assalamu'alaikum"
"Waalaikumsalam" jawab kami serentak.
"Dinda apakah dulu kakek sangkaran besi itu juga pernah menjadi kekasihmu ?"
"Bukankah tadi kanda sudah mendengar ucapannya, kenapa lagi kanda tanyakan itu"
"Owh... padahal aku hanya ingin membuka pembicaraan saja sih" gumamku dalam hati.
"Rupanya para leluhurku dulu banyak yang kocak juga ya..."
"Iya dan hampir semuanya mata keranjang..."
"Wuaduh... tapi aku tidak kan...!"
"Entahlah... tapi sudah ada bibitnya"
"Kanda aku berharap kanda adalah yang terakhir keturunan pendekar sangkaran besi yang ku dampingi"
"Kenapa dinda... bagaimana dengan anakku nanti, bukankah kau tahu kalau anak laki-lakiku juga sudah kelihatan mempunyai kemampuan supranatural juga."
"Benar kanda, hal itu dikarenakan permintaanmu untuk menjalin kasih padaku, bagaimana seandainya nanti anakmu juga menginginkan hal yang sama sedang statusku nanti adalah ibu ghaibnya"
"Huffff... benar juga ya..."
"Untuk anak keturunanmu nanti aku hanya akan mendampingi dari jauh saja kedatanganku hanya jika dalam keadaan bahaya, sedangkan yang menjadi pendamping khusus aku akan mencarikan sendiri khodam dari bangsa kami"
"Baiklah kalau begitu dindaku, aku mengucapkan terimakasih padamu"
"Sekarang mari kita menemui ketua kampung"
Kamipun langsung bergerak cepat kembali ketempat ketua kampung dan panglima sepuh.
"Assalamu'alaikum"
"Walaikumsalam.. masuklah kalian" sahut ketua kampung dari dalam.
Setelah masuk kami langsung mencari posisi tempat duduk.
"Bagaimana ksatria apakah kau sudah berhasil ?"
"Sudah ketua"
"Nah... kalau sudah kemarilah kalian akan melaksanakan perjanjian ghaib"
Kamipun bergerak mendekat ke depan ketua kampung.
"Ksatria laduni dan kau nyai seruni apakah kalian siap melaksanakan perjanjian saat ini"
"Siap ketua..." serentak kami menjawab.
"Ksatria ketahuilah bahwa nyai seruni ini adalah salah satu anakku dan salah satu khodam terkuat di kampung kami, kau beruntung memilikinya"
"Dan kau seruni, entah ksatria ini keturunan keberapa dari leluhurnya sejak yang pertama kau menjadi khodam pendamping manusia"
"Saat ini kalian akan di baiat sebagai sepasang kekasih dengan demikian ada benerapa perjanjian yang harus kalian patuhi, apa kalian siap...?"
"Siap ketua..."
Dua orang perempuan berdiri dan memercikan air kembang kepada kami berdua.
"Perjanjian ini adalah untukmu seruni anakku.., apakah kau siap dimiliki, mengorbankan kehidupanmu jika perlu, untuk mengabdi seutuhnya kepada ksatria laduni"
"Siap ketua"
"Baiklah... syarat yang pertama... kau harus pergi menjauh saat kekasihmu sedang berhubungan suami istri dengan istri manusianya, kau tidak diperbolehkan merasa cemburu dengan istrinya, kau tidak boleh menyerupai wajah istrinya, dan kau siap menjaga harta dan keluarga kekasihmu dengan mempertaruhkan kehidupanmu, terakhir kau harus keluar dengan ikhlas dari raga kekasihmu saat kekasihmu menjelang sakaratul maut, apa kau bersedia..."
"Bersedia ketua"
"Jika kau mengingkari perjanjian ini kau akan dilaknat oleh sang pencipta"
Perjanjian ini hanya untuk seruni bukan untukku.
"Untukmu ksatria, jangan sekali-kali kau memberi perintah kepada seruni dengan tujuan keegoisan dan ketamakan, seruni berhak membantah dan memberhentikan misi jika itu terjadi"
"Baik ketua..."
"Nah sekarang perjanjian ghaib kalian sudah selesai"
"Panglima... aku minta kepadamu bimbinglah mereka berdua, jadikan hubungan mereka membawa berkah dan penyeimbang alam"
"Baik ketua" jawab panglima sepuh.
"Panglima sepuh ada satu pertanyaanku padamu mengenai ksatria ini"
"Apa itu ketua"
"Apakah yang ada di dalam dirinya itu cakra wisnu dan trisula siwa ?"
"Benar ketua, perisai kala cakra itu adalah pecahan dari cakra sudarsana wisnu dan trisula mahadewa yang keduanya adalah pemberian baginda maharaja sakti"
"Hebat sekali kau ksatria muda, disaat banyak ksatria lain yang memburu kedua senjata itu, bahkan mereka sanggup melakukan tirakat seberat apapun demi mendapatkan kedua senjata itu, begitu juga dengan bangsa kami, ternyata seruni memang mendampingi ksatria yang tepat"
"Baiklah ketua jika semuanya sudah selesai kami mohon izin undur diri, dan izin kembali membawa nyai seruni"
"Silahkan panglima"
"Assalamu'ailkum"
"Waalaikumsalam"
panglima, aku dan seruni melangkah keluar kampung menuju naga emas dan garuda tunggangan kami yang menunggu di luar perisai kampung.
"Ksatria kita berpisah disini, mengenai pertarungan nyai vs dewi kita bahas nanti"
"Baik panglima"
"Assalamu'alaikum"
"Waalaikumsalam"
Panglima sepuh kembali menunggangi garuda raksasa terbang menghilang dari pandangan, sekarang hanya tinggal aku dan seruni.
"Dinda... mari kita naik ke punggung naga emas dan kembali ke rumah"
"Baik kanda..." hmmmm... kali ini dia menjawab dengan senyum tipis tersungging di bibir merahnya.
Tak lama kami terbang di angkasa seruni langsung membuka portal ghaib dan blazzz... aku sudah berada di kamar ritualku, setelah aku menyalakan lampu kamar kulihat pas di tempatku duduk cupu mustika merah delima seruni sudah ada.
"Hmmm... syukurlah dia benar-benar sudah kembali saat kurasakan auranya"
***
Singkat cerita, setelah malam itu beberapa misi kecil kami selesaikan hingga suatu ketika.
"kriiiinggg..."hp ku berdering.
"Hallo... Assalamu'alaikum dinar.."
"Waalaikumsalam dang, ada berita apa dang...?"
"DInar... coba kamu cek khodam mustikamu ada dimana sekarang"
"Baik dang..." aku mencoba melakukan penerawangan sejenak dan...
"Astaga... dang nyai seruni sedang berhadapan dengan dewi tangan seribu, di sebuah lapangan puncak gunung"
"Benar... itu adalah sisi ghaib puncak gunung kerinci jambi, rupanya malam ini adalah purnama janji mereka bertarung"
"Wuaduh... terus bagaimana dang ?"
"Kita akan berangkat kesana, kita memang tidak bisa menghentikan pertarungan tapi setidaknya bisa menghentikan bila salah satu khodam dalam bahaya"
"Owh... baik dang..."
Aku langsung masuk kamar ritualku, untung seruni tidak membawa mustikanya jadi aku tidak perlu susah mencari portal astral karena bisa langsung menuju lokasi seruni berada dan blazzz.... hmmm... ternyata panglima sudah berada dilokasi duduk di atas sebuah batu besar akupun langsung mendekatinya.
"Assalamu'alaikum panglima"
"Waalaikum salam ksatria, mari duduklah kita akan menyaksikan pertarungan dari sini"
"Baik panglima"
Dari kejauhan aku melihat kekasih astralku sedang berbicara berhadapan dengan dewi tangan seribu, entah apa yang mereka bicarakan dan tak lama mereka langsung bertarung dengan tangan kosong.
Gerakan mereka begitu lincah bak dua ekor burung yang sedang berkelahi terbang kesana kemari, setiap bebatuan yang terkena pukulan dan tendangan mereka selau berhamburan, sesekali mereka melelakukan serangan dengan menggunakan selendang masing-masing, setiap kali kedua selendang bertemu selalu mengeluaran pijaran cahaya merah dan biru sesuai dengan aura energi mereka.
"Hmmm... panglima sepertinya pertarungan ini imbang dan akan memakan waktu lama"
"Kita lihat saja nanti hasilnya"
Sesaat pertarungan berhenti mereka tiba-tiba mereka mundur mengambil jarak sepertinya mereka akan mengadu kesaktian ilmu.
Keduanya saling berhadapan dengan jarak yang cukup jauh, karena mereka mengeluarkan suara kencang maka aku bisa mendengar teriakan mereka.
"Nyai seruni... Aku sering mendengar kesaktian dari para kaum mustika merah delima, baru kali ini benar-benar bisa bertarung dengan kaum mustika, tidak usah sungkan menghadapiku, keluarkan semua kesaktianmu...."
"Jangan sombong kau dewi... kau berhadapan dengan khodam yang salah... aku menunggu seranganmu"
"Hahahha... baiklah kalau kau memaksa ingatlah jika kau kalah dalam pertarungan ini, aku yang akan menggantikanmu mendampingi ksatria laduni"
"Hah...! jangan bermimpi dulu dewi..."
Dewi tangan seribu sudah mulai mengambil kuda-kuda untuk mengeluarkan sebuah ajian.
"Terimalah nyai...! Ajiaaan tangan seribu membelah bukiiitttt... hiyaaaaa..."
Terlihat gumpalan energi menggulung di depan dewi tangan seribu, gumpalan energi berbentuk kabut hitam.
"Hiiiiyaaaaa......"
Deri gumpalan kabut muncul energi-energi yang berbentuk ribuan tangan dengan posisi memukul karate, mengarah kepada nyai seruni bertubi-tubi.
Disisi lain nyai seruni sudah bersiap dengan ajiannya, di depannya sudah menggumpal energi dengan berwarna merah, energi itu seketika membentuk dinding perisai pertahanan melingkar didepan seruni, perisai itu berputar kencang dengan urat petir di dalamnya.
"Hmmmm... baru kali ini aku melihat dia mengeluarkan energi yang ternyata bisa di modifikasi sesuai kebutuhan"
Serangan bayangan tangan seribu bertubi-tubi menghantam seruni, tapi satupun tidak bisa menembus perisainya, setiap tapak tangan yang membentur perisai merah delima semuanya membuyar hilang seolah disedot kedalam perisai.
Sepertinya dewi sudah mengakhiri ajiannya karena tapak tangan sudah tidak ada lagi yang keluar dari gumpalan kabut hitam.
Akupun cukup di kagetkan oleh serangan balik seruni yang tidak perlu mengambil jedah untuk melakukan serangan baliknya. Dari perisai yang berputar kencang itu muncul ribuan bahkan jutaan jarum seperti sinar laser pendek, menghujan kearah dewi tangan seribu.
Tak ayal lagi, dewi terkesima karena dia belum mempersiapkan pertahanannya, dia hanya berteriak kencang melenting jauh menghindari hujanan jarum-jarum laser merah dari seruni.
"Hiiyaaaa... bangsat kau nyai, baiklah aku tidak akan memberi ampun padamu"
Dewi benar-benar kerepotan di kejar jarum-jarum seruni, kemanapun dia berlari jarum-jarum laser selalu mengarah padanya.
Sambil berlari menghindar dewi tangan seribu membuka selendang yang terikat dipinggangnya, selendang itu dikipas-kipaskannya sehingga dari kipasan itu muncul kabut energi cahaya berwarna kuning, kabut itu menyongsong kedatangan jarum-jarum laser seruni, semua jarum tersedot kedalam kabut energi dari putaran kipasan selendang.
Dengan cepat dewi tangan seribu, melenting kearah seruni dan sesaat sudah berada di hadapan seruni, dewi langsung melancarkan serangan dengan bersenjatakan selendang di tangannya, sedangkan serunipun sudah bersiap di tangannyapun sudah ada selendang warna merah pink.
Mereka bertarung lama, kembali setiap benda yang terkena benturan selendang hancur berhamburan, setiap kali selendang bertemu menimbulkan percikan energi berwarna warni, dewi dan seruni mengikuti selendang meliuk-liuk bagaikan dua ekor ular yang sedang bertarung, walaupun selendang terbuat dari kain akan tetapi laksana sebuah benda keras.
Pada satu titik kedua selendang berbelit kencang, yang memegangpun tarik-tarik menarik dengan menggunakan tenaga dalam tingkat dan energi tinggi, pada saat tarik menarik berlangsung tiba-tiba dewi tangan seribu sempat melepaskan pukulan tangan seribu dengan kecepatan kilat dan...
"wuzzzz..wuzzz..wuzzz.." beberapa tangan mengenai dada kekasih ghaibku.
Seruni terpental di sertai pekikan dan selendangnya terlepas dari tangannya, jauh beberapa meter dia terpental, melihat seruni belum siap dewi kembali melepaskan serangannya.
"Owh, reflek aku mau melompat menggapai kekasihku yang terluka, tapi tiba-tiba tanganku di pegang dan di tahan oleh panglima sepuh."
"Jangan ksatria, jangan ikut campur"
"Tapi seruni panglima...!"
"Lihatlah..."
"Owh... aku terperangah, seruni perlahan melayang di udara dengan di selimuti energi merah seperti bola berurat petir dan seruni di dalamnya"
Belum lagi hilang decak kagumku, seketika aku menjadi tersentak kulihat seekor kelelawar raksasa muncul di samping kirinya kelelawar itupun diselimuti bola energi merah seperti seruni.
"Hah....! itu... itu khodam kelelawar pagar badanku" Benar saja kata panglima sepuh, jika memiliki banyak khodam pendamping maka salah satu khodam terkuat akan menjadi pemimpin di antaranya dan bisa mengendalikan khodam lain.
"Hmmm... semoga dia tidak memanggil naga emas juga"
"Eith..dah..." baru saja aku berpikir tiba-tiba seekor naga muncul di sebelah kanannya dengan di selimuti energi merah juga.
"Satria... jangan kau panggil para khodam yang lain jangan minta mereka ikut campur dalam pertarungan, ingat ini adalah pertarungan dewi tangan seribu dan nyai seruni"
"Tidak panglima... aku tidak memanggil mereka apa lagi minta ikut bertarung"
"Oh... begitu ya, berarti seruni yang memanggilnya"
"Benar panglima"
"Kalau begitu kejadiannya berarti nyai seruni memang khodam terkuat di antara khodam pendampingmu ksatria"
"Entahlah panglima, aku sendiri belum pernah menguji kemampuan mereka selain melihat dalam beberapa pertempuranku di dalam misi"
Formasi tiga lawan satu, akankah dewi juga memanggil teman-temannya.
Sementara seruni sudah mengangkat tangannya kirinya tinggi sebagai kode serangan, melihat hal itu sang kelelawar langsung mengeluarkan sinar tajam berwarna merah dari matanya, sinar itu memembus kearah dewi tangan seribu, dewi langsung menghindar dan kembali di kejar sinar mata kelelawar seperti waktu di kejar jarum seruni.
Tajam sekali sinar itu benda apapun yang terkena langsung terbelah tanpa menghancurkan bendanya.
Sambil berlari menghindar dewi mengeluarkan pusaka kerisnya dan melemparnya keudara, seketika dari keris itu muncul seberkas sinar berwarna kuning sinar itu semakin lama semakin besar dan "blam...." muncul seekor ular besar berkaki empat panjang tak bersayap tepatnya seekor naga tapi naga ini berkepala anjing.
"Panglima naga apakah itu...?"
"Itulah naga keket...!"
Naga keket langsung melesat kearah seruni tapi sasarannya adalah sang kelelawar, pertarunganpun terjadi antara naga keket dan kelelawar raksasa.
Sementara bola energi seruni bergerak kearah dewi tangan seribu, akan tetapi sudah mendapatkan jedah dia sudah siap dengan serangannya.
"Pukulaaan... buana.. seribuuuu.....!"
Ribuan tangan energi mengarah kebola energi seruni, tak ayal seruni dihantam oleh ribuan tangan yang membentuk kepalan sampai bola energi warna merah itu ditutupi oleh energi pukulan buana seribu.
Mungkin tujuan mengeluarkan pukulan itu adalah untuk memecah bola energi yang menyelimuti seruni, tapi bukan seruni kekasih astralku namanya jika pertahanannya mudah ditembus, karena pagaran ghaib energi bola berwarna merah berurat petir itu beberapa kali kami gunakan untuk memagari rumah kediamanku saat kami dalam misi terutama jika terjadi pertempuran.
Sampai balutan pukulan buana seribu menghilang, kembali muncul seruni dalam keadaan sehat dan masih di lindungi oleh bola energinya.
Dewi mengerenyitkan keningnya pertanda dia cukup kagum dengan pagaran seruni, kembali dia mempersiapkan serangan baru.
"Ajian... bajra bayu tangan seribu..."
Dewi tangan seribu menggerakan tangannya perlahan persis seperti jurus "tai chi" putaran gerakan kedua tangan dewi sungguh mengandung energi yang sangat besar, semua benda dedaunan, debu, kerikil ikut tertarik berkumpul pada satu titik putaran di depan dewi, lama kelamaan putaran itu membesar bagaikan angin topan tornado yang membentuk kabut.
Melihat ajian itu seruni tidak hanya bertahan dengan bola energinya, kali inipun dia sudah bersiap dengan ajian segara geninya.
Api biru yang sangat panas sudah berputar horizontal mengelilingi bola energinya, entahlah apa yang akan terjadi, jika api di tiup angin ada dua kemungkinan padam atau semakin besar.
Tidak sampai di situ dewi menambah kekuatan ajiannya dengan pukulan buana tangan seribu.
"Panglima bagaimana ini?, sepertinya ini serangan pamungkas"
"Benar ksatria, setelah serangan ini berakhir kita harus menghentikan pertarungan ini karena jika lebih jauh lagi nanti akan berakibat fatal dan bisa merusak keseimbangan kedua alam"
"Benar panglima"
Persiapan dewi sudah selesai, serangan pertamanya adalah bajra bayu. Tornado bajra bayu sudah mulai bergerak kearah seruni.
Benar saja bajra bayu langsung disambut oleh segara geni, api dan angin bertemu, terjadilah sebuah pergolakan dua elemen energi yang sangat besar, lama pergolakan terjadi api tak bisa di padamkan, angin tak bisa di hentikan, dewi kembali melancarkan serangan kedua, dilepaskannya pukulan bajra bayu kearah pergolakan api dan angin.
Api seruni hampir di gulung dua energi besar dewi tangan seribu, melihat kondisi itu seruni mengangkat tangan kanananya, seketika melesatlah naga emas mendekat ke arah gulungan energi, naga emas langsung menyemburkan api dari mulutnya, tak ayal kobaran api menderu semakin besar, besar, dan lebih besar lagi.
Singkat cerita kobaran api segara geni dan api naga emas mampu melahap habis ajian bajra bayu dan pukulan buana tangan seribu.
Terlihat wajah cemas dari sang dewi, karena seruni tiba-tiba sudah berada di hadapannya dengan bola energi dan segara geni yang masih aktif, belum sempat dewi mempersiapkan pertahanan selanjutnya, seruni sudah melepaskan kembali segara geninya di sertai dengan urat petir dari bola energi yang langsung menyambar dewi tangan seribu, satu sambaran dapat mengenai sang dewi.
"aaaaaaakkkkkk" suara pekikan nyaring terdengar, sang dewi terlempar jauh ke udara dan sepertinya akan membentur sebuah batu besar, beruntung... mendengar suara pekikan dewi Naga keket yang dari tadi masih bertarung melawan kelelawar langsung melesat menyambut menyelamatkan tubuh dewi tangan seribu.
Melihat kejadian itu seruni sepertinya tidak memberikan kesempatan untuk naga keket membawa pergi dewi tangan seribu yang pastinya sudah terluka dalam parah.
"Ksatria... nyai seruni sudah kehilangan kendali segera kau hentikan dia, aku akan membawa pergi dewi tangan seribu dan jangan biarkan dia mengejarku atau dia akan berhadapan denganku"
"Baik panglima..."
Aku segera melesat mencapai seruni, karena akupun tidak ingin pertarungan ini memakan korban, karena pada dasarnya pertarungan ini hanya sekedar uji kesaktian saja dan pelampiasan ego khodam pendamping sekaligus kekasih ghaibku.
Aku tahu memang hanya cakra tirta mayaku yang bisa mendinginkan panasnya ajian segara geni milik seruni, sebelum ku menggapai seruni terlebih dahulu mengaktifkan ajian cakra tirta maya.
"Dinda... hentikan....! sudah cukup.. kau telah memenangkan pertarungan ini"
Aku langsung menggapai seruni yang sudah kehilangan kendali karena efek dari penggunaan ajian segara geni, kelihatannya setiap menggunakan ajian ini dia selalu saja kehilangan kontrol, rupanya kanjeng ibu ratu kidul memang sudah mengetahui akan terjadi seperti ini, karena itu cakra tirta maya dititipkan padaku sebagai pengontrol nyai seruni.
Aku menangkap tangan seruni dan langsung mengalirkan cakra tirta maya tanpa memberikan kesempatan seruni untuk mengambil sela.
"Dinda hentikan, tarik ajianmu...!"
Saat energi cakraku sudah mengalir ke tubuh seruni, dia langsung terkulai lemas dan hampir terjatuh, perlahan ajian segara geni dan pagar bola energi ghaibnya menghilang.
Seruni terkulai lemas, wajahnya pucat, kembali aku mengambil posisi ke belakang seruni dan mengalirkan terapi cakra untuk memulihkan staminanya, kulengketkan kedua telapak tanganku di punggungnya dan mengalirkan cakra.
"Dinda... apakah energi staminamu sudah kembali ?"
"Sudah kanda... terima kasih"
"Hmmm... dinda... beristirahatlah sejenak, rebahkan tubuhmu di dadaku.."
Dengan posisi seruni bersandar padaku.
"Dinda kuharap pertarungan seperti ini tidak pernah terjadi lagi, aku tidak ingin kau mananamkan dendam kepada dewi tangan seribu dan berjanjilah padaku dinda..."
"Kanda... semua ini terjadi karenamu, kandalah yang membuat kami bertarung"
"Iya... aku sadari itu, untuk itu aku minta maaf"
"Entahlah... semakin lama kita bersama semakin aku mengasihimu, jujur saja pada saat pertarungan tadi aku selalu merasakan kecemasan, takut jika dinda terluka"
"Tak usah kawatir kanda, aku tau dewi itu bukanlah khodam terkuat yang dimiliki panglima sepuh sriwijaya. Jadi sebelum bertarungpun dinda sudah tau kalau dinda akan mengalahkannya"
"Hmmm... kau benar-benar sudah membuat aku dan panglima kerepotan"
Karena dia masih bersandar didadaku, maka saking gemasnya terlanjurlah tanganku, kupeluk seruni dengan eratnya dan hmmm... entah apa yang dipakainya, rambutnya tercium harum sekali, belum ada farfum di alam sebelah yang seharum ini.
"Kanda... aku minta bantuanmu"
"Apa itu katakan saja..."
"Nanti setelah kanda berada di alam sebelah rendamlah mustikaku dengan menggunakan air kelapa warna hijau yang bagian kepala kelapa itu berwarna merah selama 3 malam"
"Kenapa dinda ?"
"Kanda tau kalau kekuatanku sekarang lemah karena di serap ajian segara geni dan pagaran bola energi tadi, kedua ajian itu sangatlah membutuhkan energi besar dan dengan rendaman air kelapa hijau itu akan mengembalikan kekuatanku"
"Owh... begitu, baiklah dinda"
"Sekarang mari kita pulang kanda"
"Pulang..? tidakkah ada waktu lebih lama lagi untuk kita berdua disini ?"
"Hmmmm... kalau itu terserah kanda"
"Owh... yezzzz...."
Sampai.. jumpa di part selanjutnya.
Wassalam...
*****
Selanjutnya
*****
Sebelumnya