PORTAL LADUNI (Part 25) - Sepuluh Tahun Hidup Dalam Pengaruh Gendam (lanjutan)
Sepuluh tahun kena gendam (lanjutan)
JEJAKMISTERI - Ini malam ketujuh setelah pembobolan pagar ghaib rumah ibu ratna yang terkena genda julian sang master ilmu gendam golongan hitam.
"Hmmm.... sepertinya malam ini aku akan melanjutkan misi penyelamatan ibu ratna"
"Assalamu'alaikum dinda seruni, hadir....hadir....dadir!"
"Waalaikumsalam kanda ksatria"
"Dinda malam ini kita akan melanjutkan misi pembebasan ibu ratna"
"Sebaiknya kanda"
"Mari dinda, silahkan buka portal ke ibu ratna"
Seruni langsung membuka portal astral dan blazzz..... kami sudah berada di sekitaran rumah ibu ratna, benar saja ternyata rumah itu sudah tidak di bentengi pagar ghaib lagi.
"Dinda... pagar ghaibnya sudah tidak ada, apakah kita langsung masuk saja ?"
"Tunggu kanda, sepertinya ini jebakan mustahil jika sekelas master gendam tidak mengetahui kalau pagar ghaibnya di tembus"
"Maksud dinda ?"
"Sepertinya dia sengaja tidak memperbaiki pagar ghaibnya dan menunggu kedatangan kita yang telah membobol pagarnya."
"Hmmmm... benar juga ya.., lantas kita harus bagaimana dinda ?"
"Aku merasakan di sekitar kita banyak ghaib yang bersembunyi, jadi berhati-hatilah kanda kita sudah di tunggu oleh pemilik rumah ini"
"Maksudnya julian si master ilmu gendam yang menunggu kita ?"
"Benar kanda"
"Owh...!"
"Kalau begitu kenapa dia belum muncul ?"
"Entahlah sepertinya ada jebakan di depan, kanda... aktifkanlah perisai kala cakramu dan lempar kedepan menyisir tanah, kita lihat apa yang terjadi"
"Baik dinda..."
Akupun mengaktifkan gear perisai kala cakra dan melemparnya dengan posisi menyisir tanah seperti yang di maksud Nyai seruni, dan "owh..." betapa terkejutnya aku, setiap jengkal tanah yang dilalui perisai kala cakra mengeluarkan ledakan dan asap hitam yang mengepul, lebih kaget lagi asap itu akhirnya membentuk puluhan khodam bahkan ratusan khodam pagar.
"Dinda.., kalau tidak salah semua khodam itu adalah khodam pagaran paku bumi"
"Benar kanda, itulah kelebihan pagar paku bumi, mereka menggunakan khodam bukan energi jadi yang mencoba masuk akan bertarung dengan para khodam paku bumi"
"Jadi kita akan berhadapan dengan para khodam paku bumi yang lebih mirip dengan gunduruwo itu dinda ?"
"Ya begitulah... kalau kanda berniat masuk"
"Agh... belum lagi nanti pertarungan dengan master gendam itu"
"Tapi kira-kira dimana dia menyembunyikan sukma itu dinda, apakah sukma itu ada di rumah ini ?"
"Melihat dari pemagaran yang kuat ini, sepertinya ada sesuatu yang di lindungi di dalam rumah, dan mudah-mudahan itu adalah sukma pasienmu kanda"
"Baiklah kalau begitu, aku terpaksa menerobos pagar khodam paku bumi ini"
Aku kembali memanggil gear perisai kala cakra untuk membuat jalan menghalau para khodam paku bumi yang berbaris di depanku, perisai ku lempar kearah para khodam tapi sayang ternyata para khodam paku bumi cukup cepat gerakannya mereka mampu mengelakkan terjangan perisaiku.
"Hmmmm... ini kesempatanku masuk saat merek menghindari perisai terdapat ruang seperti jalan"
Aku langsung berlari dengan cepat, niat hati ingin melewati pagar khodam paku bumi, tapi sayang saat aku berada di tengah jalan mereka cepat sekali kembali ke posisi semula.
Aku langsung diserang bertubi-tubi, para khodam ini menggunakan senjata seperti gada, pedang besar dan senjata besar lainnya.
Aku sangat kerepotan tidak mungkin aku bertarung sendirian karena jumlah mereka terlalu banyak, entah berapa paku bumi yang sudah di tanam julian si master gendam, sehingga menghasilkan khodam pagar sebanyak ini.
Aku harus memanggil teman-temanku untuk membantu pekerjaanku, sambil bertarung aku terpaksa melakukan pemanggilan.
"Salam... sahabat Batara karang mohon datang ke posisku.., assalmu'alaikum, ki tunggul kelana.., naga emas... hadir...hadir...hadiiiir....!"
Bles...bles....bles... semua sahabat yang ku panggil sekejab hadir dan langsung bertarung bersamaku, sedangkan naga emas terbang kesana kemari sambil menyemburkan api dari mulutnya.
Sambil berkomunikasi sambil bertarung.
"Ksatria... kenapa kau bertarung dengan para khodam paku bumi ini..!" teriak Batara karang.
"Aku harus menerobos masuk kerumah itu sahabat"
"Apa pula tujuanmu masuk ksatria ?" sahut ki tunggul kelana sang khodam keris naga sasra kinantan emas.
"Misiku menyelamatkan seorang perempuan yang sudah sepuluh tahun dalam pengaruh gendam"
"Aku tidak melihat kekasihmu, dimanakah khodam mustika merah delima yang galak itu ?" sahut Batara karang.
"Dia menunggu di luar arena pertarungan, mengawasi jika sang master gendam itu datang"
"Khodam-khodam ini banyak sekali, kami akan membuatkan jalan untukmu masuk kerumah itu" kata ki tunggul kelana.
"Baiklah para sahabat"
Lalu mereka membentuk formasi, Batara karang di depan dan ki tunggul kelana di belakangku, sambil mengikuti pertarungan perlahan kami maju kedepan mendekati rumah. Para khodam bergelimpangan dan musnah di tangan kedua sahabat khodamku.
Hingga akhirnya aku bisa mencapai pintu rumah, saatnya aku menerobos masuk.
"Astagaaa... banyak sekali sukma-sukma yang tertawan disini, mereka ini pastilah korban gendam dan praktek kebathinan si julian itu"
"Hmmm... bagaimana caranya aku bisa menemukan tempat sukma ibu ratna di sembunyikan ?"
"Owh... aku langsung terpikir dengan kera siluman yang baru jadi pendampingku"
"Sugriwa.. sugriwa... sugriwa... hadir...!"
Bles... sugriwa si kera siluman hadir di depanku.
"Sugriwa... aku minta kau mencari di mana sukma ibu ratna di sembunyikan"
"Keeekkkk...." sugriwa langsung berlari kesana kemari meneyelusuri setiap ruangan, setelah masuk kesebuah ruangan, "hmmmm... kenapa sugriwa lama sekali di dalam ruangan itu ?" tanyaku dalam hati.
"Apakah dia menemukan sukma ibu ratna, atau sugriwa malah mendapat masalah disana ?"
"Agh...!, sebaiknya aku menyusulnya ke ruangan itu"
Aku langsung bergerak cepat menuju ruangan tempat sugriwa berada, wow... ternyata sugriwa sedang bertarung dengan seekor monyet penjaga.
Pertarungan yang sengit, mereka bergulat dan mengeluarkan jurus yang hampir sama, tapi kelihatannya sugriwa kalah besar badannya, monyet penjaga itu lebih mirip gorila yang pandai bertarung.
Sesaat monyet penjaga mampu menangkap tengkuk sugriwa dan "owh..." sugriwa dihempaskan kedinding dan terpental jatuh.
beberapa saat sugriwa diam tak berkutik ,
"Apakah kera silumanku mati? hanya sebatas itukah kemampuannya"
aku berniat untuk menghampirinya tapi.. "owh..." sugriwa perlahan dan tertatih bangun dan melangkah lagi, setelah beberapa langkah sugriwa berhenti, sepertinya dia merencanakan sesuatu, "apa lagi yang akan dilakukannya?"
Terlihat sugriwa melakukan sebuah gerakan seperti mengeraskan badannya hingga bergetar hebat dan... owh... perlahan badannya membesar dan bulunya berubah berwarna merah dan lagi-lagi owh... banyak sekali kejutan dari kera siluman ini tubuhnya berubah yang tadi telanjang sekarang sudah memakai kain sepinggang dengan ikat pinggang berwarna kuning, di kedua lengannya terdapat sabuk yang berwarna kuning pula.
Inikah wujud aslinya?, gagah juga dia rupanya tubuhnya sekarang seukuran dengan lawannya.
Sugriwa berdiri tegap seperti manusia, dia melesat dengan cepat menerjang lawannya melanjutkan pertarungan, kembali pertarungan sengit terjadi, kali ini monyet penjaga benar-benar menjadi bulan bulanan sugriwa.
Monyet penjaga jatuh bangun dan akhirnya tak bangun lagi, melihat lawannya sudah tidak bangun lagi sugriwa bergerak melangkah ke mendekati satu sisi dinding, dia mengusap-usap dinding tersebut dan "owh..." sugriwa memasukkan tangannya kedalam dinding tersebut dan kemudian menariknya, sekali lagi aku di buatnya kaget, dia menarik kembali tangannya dan ternyata iya menarik seseorang.
Yang ditariknya seorang perempuan dan ternyata itu adalah sukma ibu ratna yang kami cari. Sugriwa berjalan kearahku sambil memapah sukma ibu ratna yang lusuh dengan wajah semrawut dan rambut tak terurus.
"Inikah sukma yang tuan ksatria cari ?"
"Wow... ternyata sugriwa bisa bicara kalau dalam penampilan seperti ini"
"Benar sugriwa, terima kasih kau sudah sangat membantuku, aku tidak menyangka kalau kau adalah pendamping yang bisa kuandalkan"
"Sudah menjadi kewajibanku tuan, karena aku sendiri yang memilih untuk mengabdi kepada tuan ksatria"
"Mari kita keluar sugriwa dan bawalah sukma itu"
"Baik tuan"
Kamipun melangkah keluar dari rumah, tapi sebelumnya aku akan melepaskan semua ikatan ghaib yang telah menahan banyak sukma disini sebagai korban dari ilmu gendam.
Setelah semua selesai kami melanjutkan langkah keluar rumah.
Saat sampai di halaman aku tidak menyangka kalau ternyata ada sosok laki-laki gagah yang sudah menungguku, dia menggunakan pakaian serba hitam ala seorang pendekar.
Sedangkan para sahabat khodamku masih bertempur melawan khodam pagar paku bumi yang makin banyak jumlahnya, bahkan terlihat beberapa khodam tambahan pasukan dari julian si master gendam.
"Berhenti di situ....!" teriak master gendam membentak.
"Apa maksud semua ini wahai... ksatria, apa pula hubunganmu dengan istriku itu, sehingga kau mengobrak-abrik kediamanku"
"Maafkan aku sahabat pendekar, seperti yang kau lihat aku sedang menyelamatkan sukma ibu ratna yang kau tukar dengan khodam gendammu"
"Hahahaha... kuakui keberanianmu, tapi kau harus membayar mahal atas kelancanganmu mencampuri urusanku, sebelum aku mengahabisimu sebaiknya kau kembalikan sukma istriku itu, dan pergilah secara baik-baik"
"Maafkan aku sahabat, ini adalah misiku pantang bagiku meninggalkan tugas yang belum selesai apalagi untuk memerangi kezholiman"
"Hahahaha... ku harap kau sudah tahu siapa aku sebenarnya, akupun pantang membiarkan orang yang sudah mengusik urusanku pergi seenaknya sebelum dia mendapat kenang-kenangan dariku"
"Bersiaplah ksatria laduni kali ini kau menemukan lawanmu"
Seketika master gendam langsung melesat ke arahku dan tanpa memberikan aba-aba dia langsung melancarkan serangan jarak dekat sehingga aku terpaksa bertarung tanpa persiapan.
Aku beruntung menguasai gerak karomahtullah, walaupun tanpa persiapan seluruh anggota tubuhku memang sudah terlatih untuk bergerak sendiri jika merasakan ancaman.
"Hmmm... pertarungan ini mengingatkanku pada pertarungan melawan arya sapta dewa juru kunci ratu gendri mayit"
Aku harus lebih berhati-hati karena lawanku adalah master ilmu gendam yang bisa saja menjebakku sehingga aku masuk kedalam alam ilusi buatannya.
"Terjagalah engkau malaikat empat, dibadan dan di nyawaku, malaikat jaga bayang, malaikat jaga reni, malaikat bayang tuan, tuan.... satu, itu mama malaikat tunggal, terjagalah engkau dikanan dan di kiriku.... tuan tidur aku jaga, aku tidur tuan jaga, jaga urat jaga sendiku, jaga kerangka tiga puluh tiga, jaga sifat empat puluh empat di badan dan di nyawaku"
Sebuah suara terdengar di telingaku, penuh tanda tanya dalam benakku, suara siapakah itu dan apa pula arti dan maksud kalimat itu, sebuah ilmukah?
Aku harus tau dulu siapakah dia yang membisikkan suara itu, tapi aku masih harus bertarung dengan master gendam ini.
"Cucuku... tidak perlu risau, itu adalah ilmu penangkal gendam milikku yang sekarang sudah ku masukkan kedalam dirimu"
"Cucu... dia menyebutku cucu ?"
"Lanjutkanlah pertarunganmu cucuku sekarang kau sudah tidak bisa di pengaruhi ilmu gendam, sekuat apapun gendam itu past akan sirna"
"Baiklah kek, tapi siapakah kakek gerangan ?"
"Aku adalah leluhurmu pendekar sangkaran besi, nyai seruni yang memintaku untuk segera datang dan memberikan ilmu penangkal gendam padamu."
"Owh... kakek leluhur pendekar sangkar besi rupanya, baiklah kek terima kasih kek"
Sekarang tidak ada kekawatiran lagi dalam diriku karena aku sudah kebal terhadap ilmu gendam apa lagi hipnotis.
"Ayo pendekar kita mulai pertarungan ini"
"Hah... sombong kau ksatria" pertarungan jarak dekatpun terjadi, rupanya ilmu bela dirinya juga silat melayu, jurus demi jurus terlewati, ku akui tenaga dalam dan energi orang ini memang kuat, sulit bagiku untuk memberikan serangan tepat sasaran, karena ilmu bela diri kami mirip sekali sehingga kami sama-sama bisa membaca arah serangan lawan.
Master gendampun menyadari keadaan ini, dia menarik langkah dan melompat mundur, seperti sedang memamggil sesuatu master gendam membaca sebuah mantra dan "blazzzz..." sebuah keris lajer muncul di gengamannya.
"Hmmmm... aura keris itu menakutkan sekali, hitam dan berbau amis darah, energinya negatif sekali dan kalau tidak salah, melihat dari bentuk dan aura kematian yang di timbulkannya itu adalah "Keris buntel mayit".
Aku harus lebih berhati-hati, keris itu haus akan darah, sepengetahuanku untuk membunuh lawannya keris itu tidak memerlukan luka besar dan tepat menikam organ vital, melainkan cukup mengeluarkan darah satu tetes dari lawannya maka kematian dipastikan akan tiba.
Aku tidak punya senjata yang berupa keris. "Hmmm...! naga sasra!" yah... aku bisa minta bantuan ki tunggul kelana, bukankah dia adalah sosok khodam keris naga sasra kinanta emas.
"Baiklah aku akan bertelepati memanggil kitunggu kelana yang saat ini sedamg sibuk bertarung dengan para khodam paku bumi"
"Assalamu'alaikum sahabat ki tunggul, kemarilah dengan wujud media keris naga sasra" aku pun melakukan pemanggilan pusaka keris naga sasra dan...blazzz.... sebuah keris naga sasra muncul di genggamanku.
"Maaf sahabat aku terpkasa mengganggu pertempuranmu dan memanggil dengan wujud kerismu"
"Tidak apa ksatria, ada apa gerangan ksatria memintaku dengan wujud keris"
"Sahabat... kau lihat keris yang ada digenggaman lawanku"
"Hmmm... iya ksatria itu adalah keris legendaris buntel mayit yang terkenal dengan nafsu membunuhnya"
"Ada berapa khodam di dalam keris itiu ki ?"
"Ada tiga nenek tua, macan hitam dan anjing siluman, yang terkuat adalah nenek tua"
"Owh... banyak juga khodam pusaka itu, apa ki tunggul mampu melayani mereka"
"Ksatria... jangan lupa aku adalah keris pusaka naga sasra kinanta emas, dari semua keris legendaris aku adalah salah satunya, maka percayakan padaku untuk menyelesaikannya"
"Baik ki... aku serahkan padamu"
Master gendam kembali melompat ke hadapanku dengan menghunus keris buntel mayitnya.
"Hahaha... ksatria rupanya kau adalah lawan seimbangku, mari kita lanjutkan pertarungan ini"
Tanpa aba-aba dia langsung menyerangku dengan kerisnya, kembali pertarungan terjadi, benar-benar mengerikan keris pusaka buntel mayit, energinya dingin sekali, setiap keris itu melewatiku udara dingin bak sembilu sampai ketubuhku.
"Beruntung aku memegang keris naga sasra yang bisa menetralisir hawa dinginnya, naga sasra seperti mengendalikan tanganku, dia seolah bergerak sendiri dan tanganku hanya mengikuti gerakannya saja"
Mendapat perlawanan yang seimbang master gendam kembali mundur, dia memegang kerisnya didepan dada, keris itu bergetar kencang, kemudian dari keris buntel mayit perlahan keluar asap kabut hitam, semakin lama asap semakin banyak dan bergumpal di depannya.
Tak disangka dari gumpalan asap kabut muncul tiga sosok khodam yaitu seorang nenek tua, macan hitam dan anjing siluman, nenek itu terlihat menyeramka sekali badannya kurus tinggal tulang berbalut kulit dengan rambut disanggul berkonde, sedangkan macan hitamnya biasa tapi karena dia macan tetap saja seram, sedangkan anjing siluman mempunyai postur tubuh aneh, tubuhnya lebih mirip hewan hiyena afrika dengan lidah yang terjulur dan liur yang menetes.
"Hmmm... ki tunggul.. apa kau juga akan keluar ?"
"Benar ksatria, aku akan keluar dengan wujud naga sasra"
Keris di tanganku terasa mengeluarkan hawa panas dan semakin panas sehingga aku merasa tanganku seperti mau terbakar.
"Ksatria lemparkan aku ke udara"
Mendengar bisikan itu aku langsung melempar keris naga sasra keudara.. setelah keris melayang di udara tiba-tiba blammm.... keris hilang dan muncul seekor ular naga raksasa berwarna kuning yang tak lain adalah sang naga sasra khodam keris alias ki tunggul kelana.
Ketiga khodam keris buntel mayit langsung melesat menuju naga sasra, dan tak ayal pertarungan satu lawan tiga terjadi, dari jumlah ini tidak seimbang sedangkan mereka sama-sama khodam keris legend.
Naga sasra cukup kerepotan, karena ketiga lawannya menyerang dari arah yang berbeda seperti sebuah formasi, cukup lama pertarungan terjadi, hingga satu celah sang nenek berhasil menanamkan sebuah pukulan ke bagian belakang naga sasra.
Naga sasra bergerak meliuk-liuk seolah sedang merasakan kesakitan yang amat sangat, karena bekas pukulan itu terlihat jelas membekas di tubuh naga sasra.
Dan...owh satu lagi gigitan macan hitam tepat di ekor naga sasra, sempat naga sasra menghempaska macan hitam tapi gigitan sudah melukai bagian ekiornya.
"Ki tunggul mundur....!" aku tidak bisa membiarkan naga sasra milik temanku itu terluka lebih parah lagi.
Mendengar teriakanku naga sasra meluncur kearahku dan langsung berubah ke wujud keris.
"Sahabat beristirahatlah sejenak pulihkan lukamu" Ku alirkan cakra tirta mayaku ke dalam keris untuk menyembuhkan luka khodamnya dan kuselipkan di pinggangku.
"Baiklah... aku akan menjajal kembali kemampuan sugriwa si kera siluman karena aku juga sebenarnya masih penasaran dengan kera yang baru mendampingiku dalam pertempuran ini"
"Sugriwaaa... kemari bawa sukma ibu ratna...!"
Sugriwa segera menghampiriku. "Sugriwa... apa kau siap menghadapi mereka ?"
"Siap tuan ksatria serahkan padaku"
"Baiklah sahabat berhati-hatilah, aku akan memanggil khodam leluhurku dulu untuk mendampingimu bertarung"
"Assalamu'alaikum leluhurku bujang belantan harimau putih hadir...hadir...hadr....!"
"Walaikum salam cucuku"
"Sahabat dampingilah sugriwa melawan ketiga khodam keris buntel mayit itu"
"Baik cucuku"
Harimau belantan melangkah mendekati sugriwa, dan eith... sugriwa langsung melompat menaiki harimauku.
Keduanya melesat kearah para khodam buntel mayit, harimau belantan langsung menyerang macan hitam dan anjing siluman, sedangkan sugriwa menghadapi nenek tua berkonde.
Kali ini pertarungan terlihat seimbang walaupun melawan dua khodam harimau belantanku tak kelihatan gentar. Lama pergulatan terjadi, satu titik harimau belantan dapat menerkam tengkuk anjing siluman, dan tak ayal leher anjing siluman lenyap di didalam mulut harimau belantan "kaaainnngg..." pekikan anjing siluman disertai lenyapnya anjing siluman dari pandangan.
Tinggal satu khodam macan kumbang tersisa aku rasa macan itupun akhirnya berakhir sama dengan anjing siluman.
Sementara sugriwa sudah memulai pertempurannya, aku sudah melewatkan satu kejutan dari sugriwa, saat ini tubuhnya sudah berbalut api merah menyala,
"Hmmmm... mungkinkah dia kera siluman api yang lumayan sering menjadi perbincangan di kalangan spiritual, karena kehebatannya ?"
Nenek berkonde terdesak hebat, semua ajian yang di keluarkan di tepis dengan mudah oleh sugriwa, melihat hal itu master gendam sepertinya akan turun tangan, dia sudah melesat menghadang sugriwa yang sudah tak terkendali, semua serangannya bisa melenyapkan lawannya.
"Hah... aku tidak bisa membiarkan sugriwa bertempur dengan julian"
"Hey... pendekar gendam... akulah lawanmu"
Segera kususul dan kembali pertempuran kami terjadi, kali inipun aku tidak akan membiarkan julian menang dariku.
"Bangsat kau ksatria laduni...." (jibril di atasku, mikail di bawahku, izrail dikananku, israfil di kiriku, tunduklah engkau wahai ksatria laduni, berfikir tiada berkehendak, hatimu jantungmu dalam gendamanku, gendamku gendam makrifat...)"
"Hmmm...benar saja seperrinya dia sudah melepas ajian gendamnya untuk menjebakku dalam dunia ilusinya"
"Baiklah saatnya ku lepaskan tangkal gendamku"
(terjagalah engkau malaikat empat di badan dan dinyawaku, malaikat jaga bayang, malaikat jaga reni, malaikat bayang tuan, tuan..... satu, itu mama malaikat tunggal, terjagalah engkau dikanan dan di kiriku..... tuan tidur aku jaga, aku tidur tuan jaga, jaga urat jaga sendiku, jaga kerangka tiga puluh tiga, jaga sifat empat puluh empat di badan dan di nyawaku)
Sebuah energi berbentuk cahaya berkabut datang menerpaku diiringi empat khodam gendam yang di arahkan julian padaku, syukur aku sudah melepaskan ajian penangkal gendamku, tubuhkupun sudah diselimuti energi cahaya berkabut putih dan aku dikelilingi oleh empat khodam yang semua berpakaian putih.
"Bangsat... kau ksatria laduni, lagi-lagi kau membuatku marah dari mana kau mendapatkan ajian penangkal gendam itu"
"Hah... tak perlu kau tau dari mana aku mendapatkannya, kita lanjutkan saja pertarungan ini"
Julian sepertinya mengambil sikap untuk bertarung jarak jauh.
Entah ilmu apa yang akan di keluarkannya, kedua tangan di putar makin lama semakin kencang dan akhirnya mengeluarkan gumpalan kabut merah berurat petir.
"Ajian kabut merah menghempas sukmaaaa..." teriakan lantang keluar dari mulut master gendam dan kabut itu langsung melesat kearahku.
"Hemmm... keempat khodam penangkal gendamku masih aktif, mereka bersiap menyambut kedatangan kabut merah berurat petir"
Dua khodam merapat di depanku dan blammm... benturan energi terjadi, kabut merah menghilang setelah berbenturan dengan energi kedua khodam pelindungku.
Serangan kembali menyusul seiring hilang kabut merah, tembakan cahaya kuning bertubi-tubi mengarah padaku, kembali kedua khodam pelindungku menyambutnya, kali ini kedua khodam membentuk energi perisai, sehingga setiap cahaya kuning yang berbenturan dengan perisai segera lenyap, tanpa satupun yang bisa menembus.
"Baiklah... lawanku sepertinya tidak akan memberikan kesempatan untukku melakukan serangan balik"
Sebaiknya aku menggunakan perisai kala cakra dan di belakangnya akan ku susul dengan pukulan tapak budha.
Setelah aktif segera ku lepas gear perisaku dengan kecepatan tinggi, satu.. dua... tiga... pukulan tapak budha mengikuti gear perisai kala cakra.
Lawanku cukup terperangah melihat kedatangan perisaiku, dia berusaha menghindar menjauh tapi sayang, kemanapun dia lari gear kala cakra tetap mengejarnya.
Aku tahu selama ini belum ada senjata yang kuat jika berbenturan dengan perisaiku, mungkin lawanku juga mengetahui kekuatan perisai gear kala cakra, karena dia berusaha sedapat mungkin menghindari benturan dengan perisaiku.
"Menyerahlah julian...! sebelum tubuhmu termutilasi oleh gear kala cakraku, ketahuilah gear itu mempunyai energi sendiri bukan dari energiku, maka dia tidak akan kehabisan energi dan akan terus mengejarmu"
Peringatanku tidak di gubriskan oleh lawanku.
"Hmmm... sepertinya aku akan mengakhiri pertempuran ini"
Ajian cakra manggilingan akan mengakhiri pertarungan ini, aku pun bersikap untuk pembangkitan ajian cakra manggilingan.
"Ajian cakra manggilingannn...!" sekejap energi besar telah terbangkitkan dan ku hempaskan kedua telapak tanganku dan.. blammm.. seketika tiga gulungan ombak energi bangkit dan mengarah ke arah julian yang masih sibuk menghindari perisaiku.
Tak ayal gulungan ombak yang berukuran cukup panjang dengan aura biru kuning langsung menggulung julian sang master gendam, disusul dengan ajian tapak budha yang mengenai tubuhnya.
"Aaaaakkkkk....!" teriakan histeris keluar dari mulutnya, tubuh lawanku terpental jauh dan jatuh tak bergerak lagi.
Aku tahu dia tidak mati, tapi untuk sementara dia butuh waktu untuk bangun.
Sementara sugriwa dan harimau belantan sudah dari tadi menyelesaikan pertarungannya, dan pusaka keris gendri mayit sudah berada di genggamannya.
Pertempuran para sahabat khodamku pun kelihatannya sudah hampir selesai hanya ada tersisa beberapa khodam paku bumi yang bertahan.
"Dinda seruni... kemarilah" seruni langsung mendekat padaku.
"Bagaimana dinda, kita sudah mendapatkan sukma ibu ratna lantas apa tindakan selanjutnya"
"Sekarang silahkan kanda netralisir pengaruh gendam di tubuh realnya wanita itu dan masukkan kembali sukmanya"
"Baik dinda"
Aku pun segera mencari lokasi ibu ratna berada, kebetulan sekali dia sedang tidur pulas di kamarnya.
"Hmmm... ini kesempatan baik untuk melakukan penetralan"
Tanpa menunggu waktu lagi aku langsung melakukan penetralan pengaruh gendam dengan energi cakra tirta maya, dan mengembalikan sukma ibu ratna, dan membacakan aji penangkal gendam lalu kutiupkan ke tubuh ibu ratna, mudah-mudahan energi ajian penangkal gendam bisa bekerja padanya.
Setelah semuanya selesai aku kembali kepada teman-temanku.
"Sahabatku semua terimakasih atas batuan kalian, bagaimana keadaanmu ki tunggul ?"
"Terimakasih ksatria aku sudah pulih kembali" jawab ki tunggul kelana.
"Baiklah... para sahabat kupersilahkan untuk pulang meninggalkan tempat ini... assalamu'alaikum...!"
semua sahabat khodamku satu persatu pergi dari lokasi.
"Sekarang sisa pekerjaan kita dinda harus kita apakan keris buntel mayit itu"
"Seperti biasa kanda, serahkan kepada leluhurmu untuk di simpan"
"Baiklah dinda aku akan menyerahkannya kepada putri gading cempaka dan paduka baginda raja maha sakti"
"Dinda silahkan buka portal ke istana putri gading kita akan menyelesaikan misi saat ini juga"
"Baik kanda" nyai seruni langsung membuka portal astral ke istana leluhurku putri gading dan.. blazzz... aku, seruni, dan sugriwa sudah berada di depan sebuah istana yang tidak lain adalah istana leluhurku paduka raja dan putri gading, kamipun melangkah masuk ke dalam istana langsung menghadap leluhurku.
"Assalamu'alaikum paduka, assalamu'alaikum putri"
"Waalaikumsalam cucuku ksatria laduni, ada apa gerangan kau datang kemari tanpa di dampingi pembimbingmu"
"Maafkan aku paduka, aku datang tanpa di dampingi panglima sepuh, kedatanganku di karenakan satu misi yang sudah kuselesaikan, dan membawa sebuah keris legendaris buntel mayit untuk disimpan di peti pusaka istana paduka"
"Hmmm... baiklah ksatria dimana keris itu sekarang ?"
"Sugriwa... serahkan keris itu kepada raja" sugriwa langsung melangkah kedepan dan memberikan keris kepada raja.
"Baiklah cucuku keris pusaka ini akan kami simpan, dan dari mana pula kau mendapatkan kera siluman ini ?"
"Dia kuberi nama sugriwa paduka, aku mendapatkannya dari pertempuranku melawan raja siluman kera persugihan, aku tidak memaksanya untuk ikut tapi dia yang menyerahkan diri untuk menjadi pendamping misiku"
"Cucuku berhati-hatilah dalam memilih pendamping ghaib, karena tidak semua makhluk ghaib yang menjadi pendamping bisa menimbulkan manfaat" sahut putri gading.
"Baik putri terimakasih"
"Kami mohon izin untuk undur diri, karena misi kami sudah selesai"
"Silahkan cucuku ksatria dan berhati-hatilah"
"Assalamu'alaikum..."
Kamipun melangkah kembali keluar istana dan seruni membuka portal untukku pulang.
"Hmmm... capek juga misiku malam ini, mudah-mudahan ibu ratna sudah lepas seratus persen dari pengaruh gendam"
Singkat cerita,
Dua hari berlalu dari pertempuran malam itu, ibu ratna datang kembali kerumahku, dia menjelaskan kalau dia sudah bebas dari julian dan akan pulang ke jakarta, mudah-mudahan keluarganya memaafkan dan menerimanya kembali.
Sedangkan julian saat ini sedang terbaring berada di rumah sakit dan dia pula yang mengizinkan ibu ratna pulang kepada keluarganya setelah ibu ratna menjelaskan semuanya, diapun menitipkan salam untukku, dan akan mendatangiku setelah dia sembuh nanti.
[BERSAMBUNG]
*****
Selanjutnya
*****
Sebelumnya