Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PORTAL LADUNI (Part 26) - Senja Sang Pembunuh Berantai (lanjutan)

"Wilimuning ratsi majini, kurajuti hati jantung .... berfikir tiada berkehendak tiada bernafsu, harus tunduk kasih, cinta birahi, rindu menangis, ingat merintih, terkenang-kenang, tergila-gila, kasih padaku ..... hak Allah...hak Allah...hak Allah." (pelet bulu perindu)


JEJAKMISTERI - "Hmmmm... malam semakin larut, tapi mataku belum juga mau terpejam, kedua buah hatiku sudah tidur pulas di bawa sang malaikat mimpi"

Dengkuran istri malam ini terasa merdu sehingga aku sulit mengabaikannya yang akhirnya membuatku tidak bisa tidur.

"Agh.... mungkin sebaiknya aku ke kamar khusus saja mungkin bisa tertidur kalau suasana sepi" fikirku dalam hati.

Akupun melangkah masuk kamar khusus ritualku, yah... biar pres... aku akan membakar satu dua batang dupa supaya aromanya menyebar ke ruangan.

Setelah dupa menyala aku mematikan lampu dan berzikir sebentar, jujur saja sebenarnya berzikir dengan gaya seperti yang aku lakukan ini lebih mirip jika di katakan bersemedi ala orang hindu mungkin.

Bagaimana tidak aku berzikir dengan menggunakan qalbu, di barengi asap dupa, kamar khusus dan gelap. Tapi yang jelas bagaimanapun caranya bagiku itu hanyalah syariat untuk mencapai makrifatullah dan menyatu dengan dzat yang telah memciptakanku (ing manunggaling kawula gusti).

Baru sebentar aku mulai dzikir..."Hmmmm... bau aroma bunga melati semerbak timbul di ruanganku" 

Owh... diakah yang datang? filingku. Tentu dewi melatilah yang datang ini, karena jika aku dalam keadaan seperti ini tidak ada khodam yang berani mendekatiku, kecuali khodam itu sudah pernah berhubungan denganku, begitu juga dewi melati ini, diapun hanya berani mengirimkan tanda bau bunga melati sedangkankan dia sendiri masih berada di luar pagar ghaib rumahku menunggu izin melewati pagar ghaibku.

"Dewi melati hadirlah..."

"Assalamu'alaikum tuan ksatria..."

"Waalaikumsalam dewi..."

"Maaf tuan kedatanganku telah mengganggu waktu istirahat tuan ksatria"

"Tidak apa-apa dewi, ada apa gerangan dewi menemuiku ?"

"Tuan... aku minta bantuan agar tuan bisa ikut denganku malam ini, karena belakangan perbuatan senja sudah semakin brutal, korban bukan hanya lelaki hidung belang, akan tetapi sudah merambah kepada anak-anak muda"

"Owh, begitukah dewi ?"

"Benar tuan"

"Baiklah dewi aku akan mengikutimu malam ini, mari bukalah portal astral ke posisi senja berada"

"Baik tuan"

"Assalamu'alaikum dinda seruni hadir....!"

"Waalaikumsalam kanda"

"Dinda... malam ini kita akan mengikuti dewi melati untuk memberhentikan misi balas dendam tuannya atau senja"

"Baik kanda"

Kamipun segera memasuki lorong portal yang sudah dibuka dewi melati dan.. blazzzzz.... tiba-tiba kami sudah berada di sebuah lokasi yang sepertinya tempat senja berada.

"Hmmm.. lokasi ini sebuah tepi pantai"

Sepertinya kali ini senja akan melaksanakan aksinya di pantai ini, kami segera mengikuti langkah dewi melati yang menuju sebuah lokasi dimana dilokasi itu terdapat sebatang pohon rindang dan besar.

"Tuan... aku hanya bisa mengantar sampai disini, tuan tunggulah sebentar karena senja dan calon korbannya akan datang ke pohon ini"

"Owh... baiklah dewi kami akan menunggu disini kalau begitu"

"Ya... tuan, berhati-hatilah karena senja saat ini sudah semakin tinggi level kebhatinannya, dia selalu mendapatkan gemblengan baru dari dewi laut utara dan malam ini adalah malam persembahannya secara langsung, karena korbannya seorang pemuda yang masih lajang"

"Baik dewi terimakasih atas informasinya"

Sekejap dewi melati sudah menghilang dari pandangan, suasana disini dingin sekali dan aura ghaibnya sangat tebal, sebaiknya aku menunggu dari posisi yang lebih jauh dari pohon, karena jika melihatku tentu senja akan mengurungkan niatnya untuk melakukan persembahan kepada junjungannya.

"Mari dinda... kita mencari lokasi aman untuk menunggu"

"Mari kanda..."

Tak memakan waktu lama, sebuah mobil mendekat kearah pohon dan berhenti beberapa meter dari pohon, lama mobil itu berhenti dan belum ada yang keluar dari mobil itu.

"Dinda kenapa mereka tidak turun dari mobilnya? apa mereka melakukannya didalam mobil itu ?"

"Bisakah dinda mengecek kedalam mobil itu dinda ?"

Mendengar permintaanku seruni hanya berdiam diri dan tidak menjawab perkataanku.

"Hmmm... kenapa dinda? ada yang salahkah ?"

"Kanda.., sebaiknya kandalah yang langsung menyaksikan apa yang terjadi di dalam sana"

"Owh... iya juga ya sekalian nonton streaming tanpa kuota"

"Tapi dinda... bagaimana jika nanti setelah melihatnya aku jadi mau...!"

"Mau apa kanda ?"

"Yah... mau melakukan ritual seperti merekalah" 

"Fokuslah pada misi kanda"

"Owh... tapi setelah misi ini aku mau kita bertamasya dulu bersamamu dinda"

"Baiklah terserah kanda, karenanya berhati-hatilah"

Baru aku mau melangkah tiba-tiba pintu mobil terbuka dan keluar dua sosok laki-laki dan perempuan yang tidak lain adalah senja dan calon korbannya.

Keduanya berjalan menuju pohon besar tapi ada yang aneh dalam penglihatanku, pohon itu sudah hilang, yang ada kenapa sebuah rumah yang gemerlap penuh lampu.

"Dinda... apa yang terjadi?, kemana pohon besar tadi"

"Iya kanda, rumah itu adalah bentuk ghaib dari pohon besar tadi dan dirumah itulah proses ritual persembahan akan berlangsung"

Setelah mereka masuk, sayup-sayup terdengar dentingan suara gamelan, dan owh... dari pinggir pantai muncul sebuah kereta dengan di tarik empat ekor kuda berwarna hitam, kereta itu di dominasi dengan warna ungu, di belakangnya diikuti beberapa orang laki-laki yang berpakaian seperti prajurit yang masing-masing membawa perisai dan senjata tombak dan pedang.

"Hmmmm... siapakah dia dinda ?"

"Jika dilihat dari warna kereta itu, dia adalah ratu laut utara kanda"

"Sepertinya kau benar dinda, karena jika dia kanjeng ibu segoro kidul, sepengetahuanku keretanya di dominasi warna hijau, dan kudanya berwarna putih"

Ternyata sudah sejauh ini pengaruh dari laut utara terhadap diri senja, ini sudah penumbalan namanya dan tidak bisa di biarkan lebih lama, aku harus segera menghentikan kesesatan senja.

"Dinda... apa yang harus aku lakukan, misi kita ini sungguh sangat berbahaya karena kita akan kembali berhadapan dengan laut utara"

"Yah... kau benar kanda, tapi di lanjutkan atau tidak misi ini semua tergantung kanda"

"Apa sebaiknya aku menghubungi panglima dulu untuk meminta pendapatnya"

"Mungkin itu lebih baik kanda, karena jika sudah melihatmu nanti ratu laut utara tidak akan segan untuk menyerangmu karena sudah mengganggu ritua persembahan untuknya"

"Baiklah kalau begitu, aku akan bertelepati dengan panglima sepuh"

Akupun membuka telepati untuk berkomunikasi dengan pembimbingku panglima sepuh sriwijaya.

"Assalamu'alaikum panglima, apa panglima bisa mendengarku ?"

"Waalaikumsalam...! ada apa gerangan ksatria melakukan telepati"

"Maaf sudah mengganggu panglima, saat ini aku sedang dalam keadaan meraga sukma ke tanah jawa"

"Hmmm... kenapa jauh sekali, ada misi apa gerangan ksatria ?"

"Aku sedang mengikuti senja pembunuh berantai yang pernah aku bantu, dia saat ini sedang melakukan proses ritual penumbalan"

"Owh... lantas kenapa tidak kau hentikan ksatria ?"

"Itulah panglima aku ragu, karena di acara ritual ini junjungannya hadir"

"Siapa junjungannya itu ksatria ?"

"Ratu laut utara...!"

"Wuaduh..., bisa dapat masalah lagi ksatria dengannya"

"Lantas bagaimana panglima, apa yang harus aku lakukan"

"Sebaiknya ksatria mundur dulu sekarang dan jangan mengganggu proses ritual itu"

"Tapi bagaimana dengan calon korbannya panglima, apa harus aku tinggalkan"

"Yah... mau bagaimana lagi, atau ksatria akan bertarung dengan dewi laut utara yang arogan"

"Ketahuilah ksatria laduni... dewi laut utara bukanlah tandinganmu walaupun kau di dampingi oleh khodam mustika merah delima tetap dia bukan tandingan kalian"

"Mundurlah dulu, cari waktu yang lain saat dewi utara tidak hadir"

"Baiklah panglima, jika itu yang terbaik kami akan mundur"

"Terima kasih atas sarannya.. Assalamu'alikum"

"Waalaikumsalam"

Aku segera mengakhiri telepatiku.

"Dinda... kita mundur sekarang dan kita cari waktu yang lain saat dewi laut utara tidak hadir"

"Baiklah kanda"

Seruni segera membuka portal untuk kami kembali.

"Tunggu dinda... aku ingin malam ini kita bertamasya dulu, selagi kita masih di tanah jawa ini, bisakah dinda membawaku ketempat dimana aku bisa mendapatkan pencerahan dan wejangan"

"Baik kanda, panggilah naga emasmu, kita akan menungganginya untuk sampai kesana"

Akupun segera menghadirkan khodam naga emasku. "Assalamu'alaikum naga emas... hadir..hadir...hadiirrrr....!" dan blazzz.... seketika khodam naga emas sudah hadir di depan kami.

Tak lama kami sudah berada di angkasa melewati hutan, gunung, sungai kabut dan berbagai pemandangan mistis lainnya. Entah kemana seruni akan membawaku kali ini.
"Aku sih... berharap ke tempat yang bisa menyejukkan hati, pinggir pantai misalnya"

Tak lama munculah pemandangan seperti yang ada dalam fikiranku.

"Yah... sebuah tepi pantai yang berkabut, tak apalah yang penting hanya aku dan seruni yang ada, biar tidak ada yang mengganggu tamasyaku bersama kekasih ghaibku ini" Celetukku dalam hati.

"Tapi... kenapa naga emas tidak menukik saat berada di atas bibir pantai... bahkan terus terbang ke tengah laut"

"Dinda... kemanakah tujuan kita ?"

"Tenanglah kanda, aku akan membawamu ketempat yang lebih indah dari yang kanda fikirkan tadi" sambil tersenyum tipis seruni meledekku.

"Owh... diapun mengerti rupanya dengan keinginanku"

Selang beberapa waktu, di depan kami terlihat sebuah titik hitam kecil di tengah laut yang semakin lama semakin dekat dan "owh...sebuah pulau kecil" disinikah kami akan berlabuh, dan menghabiskan malam ini bersama seruni di sebuah pulau lecil di tengah laut, benar-benar tempat yang ku dambakan.

"Fikiranku sudah tak menentu membayangkan apa yang akan kami alami nanti"

Pas saat di atas pulau, naga emas menukik kebawah dan mendarat di depan sebuah pondok kecil beratap rumbia, pintu pondok itu terbuka dan di dalamnya menyala sebuah lampu kecil dengan api kecil kuning yang tenang, walaupun di luar terasa tiupan angin laut yang kencang.

Karena memang dari awal seruni yang menunggangi naga emas, dia turun duluan. "Mari kanda... turunlah kita sudah sampai di tujuan"

Akupun melompat dari punggung naga emas, dan mengikuti langkah seruni menuju pondok yang beranak tangga itu.

"Salam Resi... Barata..."

"Salam... silahkan masuk dewi..."

Aku mulai bingung. "Lah.. kok seruni ngucapin salam, berarti ada penghuni lain dong... di pulau ini"

"Terus rencana tamsyanya gimana nih..."

"Agh... sudahlah.. aku ikuti saja dulu rencana seruni, dan sebaiknya rencana tamasyanya di pending dulu"

Kamipun naik anak tangga dan masuk kedalam pondok, di dalam pondok kami tidak mendapati apa-apa, sebuah ruangan kosong dengan lampu kecil di tengahnya, hanya saja di belakang lampu duduk seorang tua yang tidak memakai baju hanya kain sebatas pinggang rambut bersanggul, dengan jenggot, kumis, jambang yang sudah putih dan hampir menutupi seluruh mukanya.

Di tangannya menggenggam tasbih jumbo butirannya seukuran bola pingpong, tasbih itu bergantung di atap pondok sampai kelantai.

Mulutnya komat kamit seiring putaran butiran tasbih, tapi kata-kata yang diucapkan aku sungguh tak pernah mendengarnya.

"Salam resi barata... salam, maaf telah mengganggu keheningan resi"

"Hihihihi... tak mengapa dewi, aku senang sekali dewi mau berkunjung ke tempatku ini"

"Resi... aku datang membawa ksatriaku untuk mendapatkan pencerahan dari resi"

"Siapakah ksatriamu ini dewi ?"

"Dia adalah ksatria laduni, dari tanah sumatera resi, dia cucu dari pendekar sangkar besi, murid serunting sakti sipahit lidah, dan bimbingan dari panglima sepuh sriwijaya"

"Hihihi... itu semua nama-nama besar yang pernah ku dengar sepak terjangnya"

"Beruntung sekali dia, jika di lihat dari nama-nama tadi, tak perlu dia jauh-jauh datang ketempatku, semua ilmu dan karomah sudah lengkap pada setiap nama itu"

"Resi benar, tapi dia seorang laduni, dia butuh penjelasan, pencerahan dari para sepuh,wali, resi bahkan dewa sekalipun supaya tanggung yang ditipkan padanya bisa terlaksana tanpa mengganggu keseimbangan alam"

"Hihihi... baiklah dewi, sekarang apa yang mesti aku lakukan padanya"

"Kalau itu hanya resilah yang tau, silahkan resi..."

"Hihihi... ksatria duduklah di depan lampu, aku ingin melihat wajahmu itu"

Mendengar permintaan resi yang di panggil seruni dengan nama resi barata akupun duduk di depannya, tanpa bertanya apa-apa resi barata lantas mengucapkan mantra yang di ucapkannya dari tadi.

"Yamaraja - Jaramaya, Yamarani - Niramaya, Yasilapa - Palasiya, Yamiroda - Daromiya, Yamidosa - Sadomiya, Yadayuda - Dayudaya, Yasiyaca - Cayasiya, Yasihama - Mahasiya"

Mantra itu di ucapkannya berulang-ulang, semakin lama semakin cepat, entah kenapa mendengar mantra itu menjadi sesak dan panas, semakin lama semakin panas dan dadaku terasa terbakar, tiba-tiba blazzz.... di dadaku muncul sinar biru kuning yang membentuk seperti gear atau roda gigi, yang tidak lain adalah perisai kala cakraku.

"Kenapa perisaiku muncul saat mendengar mantra itu, kenapa resi ini mampu memanggilnya juga, siapakah resi ini" berbagai pertanyaan muncul di benakku.

"Ksatria tahukah kau dengan mantra yang ku ucapkan tadi ?"

"Tidak resi... aku baru kali ini mendengarnya"

"Hihihihi... itulah mantra perisai kala cakramu itu, tanpa mantra itu kau tidak akan bisa menyempurnahkan perisai itu dan kau tidak akan bisa menurunkan ajian kala cakra kepada siapapun"

"Tapi kenapa walaupun tanpa mantra itu, aku bisa menggunakan perisai kala cakra resi ?"

"Hihihi... yah kau benar, beberapa orang di anugerahi wadah ilmu sejak dia lahir kedunia dari yang maha pemilik ilmu termasuk engkau ksatria, sehingga kau mampu menerima transferan energi dari para leluhur dan pembimbingmu"

"Dan kelihatannya kau sendiri belum paham dengan seluk beluknya ilmu ajian perisai kala cakramu"

"Benar resi... selama ini aku hanya menggunakan-nya dan belum pernah mendapatkan pencerahan tentang ilmu ajian perisai kala cakra yang dititipkan padaku"

"Hihihihi... karena itulah dewi seruni membawamu kemari, aku yang akan mewejangmu mengenai ajian kala cakra"

"Owh... baiklah resi aku siap menerima wejangan"

"Ya harus siap, selama wejangan nanti perlahan energi, aura dan kekuatan ghaib dari ajian perisai kala cakramu akan meningkat, karena aku akan membuka semua tentang ilmu itu, seiring dengan pemahamanmu nanti maka akan bertambah kuatlah ajian itu"

"Nah... sekarang ksatria cukup mendengarkan saja, tidak perlu bertanya apa-apa sampai wejangan selesai, terima dan masukkan seluruh energi karomah kalacakra"

"Baik resi..."

Sang resi barata pun memulai wejangan dan bercerita.

Ilmu kalacakra ada digunakan untuk ruwatan sengkala. Dalam pengkultusan kepada para Wali juga ada yang mengatakan bahwa rajah kalacakra itu adalah ilmunya Sunan Kudus/Sunan Bonang yang digunakan untuk memusnahkan keilmuan Jaka Tingkir.

Legenda kalacakra ini bermula dari penulisan mantram sakti di dada Batara Kala oleh Batara Guru yang menyamar sebagai dalang Kandhabuwana.

Dibuatnya Rajah Kalacakra dimaksudkan agar siapapun yang bisa membacanya dan siapa saja yang bisa mengucapkan mantram tersebut tidak akan menjadi korban dan tidak akan diganggu oleh Batara Kala sebagai pembawa sengkala. 

Semua kejadian buruk dalam kehidupan manusia dipercaya selain sebagai suratan nasib/takdir, juga banyak berkaitan dengan yang namanya karma, bisa karma dari masa lalunya, karma dari perbuatan-perbuatannya yang sekarang, karma dari kondisi kelahirannya, juga imbas dari karma/kesialan yang dibawa oleh orang lain. Rajah Kalacakra sebagiannya digunakan untuk tujuan menangkal, mengatasi hal itu.

Filosofi Ilmu Rajah Kalacakra adalah sebuah kekuatan gaib yang merubah suatu keburukan menjadi kebaikan, adalah sebuah doa kepada Yang Maha Kuasa supaya merubah suatu kondisi yang buruk menjadi kondisi yang baik selama manusia hidup dalam kekuasaan sang waktu (Sang Kala atau Sang Hyang Kala). 

Pada perkembangan selanjutnya Ilmu Rajah Kalacakra diwujudkan menjadi mantra untuk menangkal berbagai kekuatan magis jahat yang dapat mengganggu keselamatan lahir dan batin. Selain digunakan untuk melindungi diri dari gangguan dan serangan gaib makhluk-makhluk halus, juga memberikan perisai pagaran gaib kepada para penggunanya agar terhindar dari segala keburukan atau ketidak-nyamanan dalam kehidupan. Oleh karena itu Rajah Kala Cakra sering digunakan dalam ruwatan-ruwatan tradisi jawa dengan membacakan mantra-mantranya. Di India sendiri upaya ruwatan dan bersih diri masih banyak dilakukan, terutama berupa ritual khusus di sungai Gangga.

Rapalannya berbunyi: 
"Yamaraja - Jaramaya, Yamarani - Niramaya, Yasilapa - Palasiya, Yamiroda - Daromiya,
Yamidosa - Sadomiya, Yadayuda - Dayudaya, Yasiyaca - Cayasiya, Yasihama - Mahasiya"

Bunyi mantranya dilakukan dengan pembalikkan dalam membacanya, karena bunyi maknanya dimaksudkan sebagai upaya membalik keadaan, membalik kondisi yang buruk menjadi baik, dan sifatnya menundukkan, bukan menyerang balik.





1. Yamaraja - Jaramaya: siapa yang menyerang berbalik menjadi berbelas kasihan.
2. Yamarani - Niramaya: siapa yang datang dengan niat buruk akan berbalik dan menjauhi.
3. Yasilapa - Palasiya: siapa yang membuat kelaparan berbalik memberi makan.
4. Yamiroda - Daromiya: siapa yang memaksa berbalik memberi kebebasan dan keleluasaan.
5. Yamidosa - Sadomiya: siapa yang berbuat dosa berbalik berbuat kebajikan.
6. Yadayuda - Dayudaya: siapa yang memerangi berbalik membawa damai.
7. Yasiyaca - Cayasiya: siapa yang menyengsarakan berbalik membawa kesejahteraan.
8. Yasihama - Mahasiya: siapa yang berbuat merusak berbalik sayang dan memelihara.

Ilmu kalacakra yang berlatar belakang keilmuan agama Hindu atau Budha, selain sebagai upaya membebaskan manusia dari karma jelek, ilmu kalacakra adalah salah satu jenis ilmu kebatinan (sejenis ilmu sukma sejati) yang banyak dianut oleh kalangan resi, yang tidak digunakan untuk menyerang, tetapi bersifat menundukkan yang dilakukan berdasarkan cinta kasih, menjadikan dirinya sendiri sebagai tumbal, yang menerima perbuatan jahat orang lain tetapi tidak membalasnya dengan perbuatan yang juga jahat, tidak membalas kemarahan dengan kemarahan, tidak membalas pukulan dengan pukulan, dsb. Ilmu ini adalah ilmu kesaktian tingkat tinggi (kalau tidak, maka seseorang akan hancur lebur tubuhnya ketika menerima dirinya diserang dengan aji kesaktian). Jenis ilmu ini juga salah satunya yang dulu dianut oleh Puntadewa (pemimpin para Pandawa).

Kebanyakan ilmu kalacakra yang beredar di dimasa ini adalah bersifat ilmu gaib dan ilmu khodam yang untuk menguasainya dilakukan dengan mewirid amalannya, atau dengan transfer energi khodam, tapi tidak dilandasi dengan filosofi yang orangnya harus penuh dengan cinta kasih untuk tidak membalas perbuatan jahat seseorang, karena lebih diunggul-unggulkan keampuhannya sebagai ilmu kesaktian, sebagai ilmu pertahanan sekaligus untuk menyerang. Kebatinan keilmuannya tidak sejalan lagi dengan filosofi dasar ilmu kalacakra, sehingga dalam prakteknya selain dijadikan benteng gaib, ilmu ini juga digunakan sebagai kesaktian gaib untuk menyerang, atau dengan sengaja digunakan untuk melunturkan keilmuan seseorang. 

Dimasa ini dikatakan bahwa Ilmu Kalacakra adalah salah satu ilmu gaib yang digunakan pada masa lalu untuk menangkal ajian kesaktian lawan, menyerang balik kekuatan gaib musuh dan memiliki kekuatan menyerang makhluk halus hingga terluka parah. Dan sesuai dengan sugesti "rajah" kalacakra, maka kekuatan energi ilmunya dipusatkan/ditempatkan di dada. Ilmu Kalacakra juga digunakan untuk menangkal, mengusir makhluk halus jahat dengan cara memasang rajahnya di tempat-tempat yang diperkirakan ada makhluk halusnya.

Beberapa kegunaan Ilmu, Rajah Kalacakra dalam dunia keilmuan gaib yang dikatakan orang pada jaman sekarang adalah untuk:
- Menangkal segala serangan ilmu gaib.
- Menaklukan gangguan makhluk halus Jin, Gondoruwo, dsb. 
- Menjauhkan diri dari segala perbuatan buruk dan kejahatan.
- Membalik niat jahat orang lain agar menjadi niat yang baik.
- Menundukkan amarah musuh, dendam dan iri hati.
- Membuat pagaran gaib rumah, toko, dan sebagainya.
- Menolak segala bala (karma jelek), baik yang akibatkan oleh orang lain ataupun akibat dari perbuatan sendiri.
- Menjauhkan segala kesialan dan membalik hal-hal buruk menjadi baik.

Beberapa pihak mengajarkan ilmu rajah kalacakra ini dengan cara membaca mantranya (diwirid) dengan jumlah bacaan 21x, 41x, 313x, dsb, ditambah dengan laku tertentu, ada laku puasa dan tirakatnya.

Mantranya berbunyi: 
"Yamaraja - Jaramaya, Yamarani - Niramaya, Yasilapa - Palasiya, Yamiroda - Daromiya,
Yamidosa - Sadomiya, Yadayuda - Dayudaya, Yasiyaca - Cayasiya, Yasihama - Mahasiya"

Karena bersifat ilmu gaib dan ilmu khodam, mantra itu hanya akan bekerja dengan baik pada orang-orang yang telah menerima khodam ilmunya (diijazahkan) atau yang telah menerima transfer energi dan yang mempunyai kekuatan sugesti pada amalannya. Cara menurunkan/mengijazahkan ilmu rajah kalacakra juga dapat dilakukan dengan cara menuliskan rajah gaib atau rajah energi di dada seseorang. Tetapi bagi yang ingin belajar sendiri, belajar jarak jauh, dan belum mendapatkan khodam ilmunya, atau belum menerima transfer energi, dengan usahanya sendiri membaca/mewirid amalan itu mungkin tidak akan banyak berguna. Sekalipun ada kegaiban setelah membacanya, biasanya tidak besar kekuatannya.

Kegaiban dari ilmu gaib dan ilmu khodam berasal dari kekuatan sugesti amalan-amalan, doa dan mantra, atau kekuatan kegaiban dari khodam ilmunya saja, bukan dari kekuatan kebatinannya, dan tidak didasarkan pada olah batin/sukma. Dengan demikian pada saat mengamalkan ilmu di atas, seseorang harus hapal dengan bacaan mantra/amalan ilmunya, dan keberhasilannya sangat bergantung pada pemberian/transfer khodam/energi, sehingga penganut ilmu gaib dan ilmu khodam akan banyak bergantung kepada guru yang memberi ilmu.

Rajahan/asma'an kalacakra itu harus sering diwiridkan amalan/doanya supaya terus terjaga kekuatannya, tidak bisa dianggap sekali dibuat akan terus kuat kegaibannya dan berfungsi selamanya, apalagi yang bersifat transfer khodam/energi, karena kekuatan gaibnya menyatu dengan sugesti pemakainya. Sama juga dengan ilmu gaib/khodam, jika jarang dibaca amalannya, kekuatan gaibnya akan memudar.

Sebagai kekuatan gaib asma'an, seharusnya ilmu rajahan itu juga digunakan sebagai sarana doa dengan cara si pemakainya sering membaca ulang doa/mantranya atau membaca ulang doa yang tertulis dalam rajahan itu dengan tangannya menyentuh dan bergerak mengikuti bentuk tulisan/gambar rajahannya, untuk mengsugesti supaya kekuatan gaib rajahan itu tetap hidup dan energinya tetap kuat. Semakin kuat dan sering seseorang menuangkan doa/sugesti ke dalam gaib rajahan itu, kegaibannya akan semakin kuat. 

Praktek ilmu/rajah kalacakra pada keilmuan dalam negeri, dari beberapa orang yang menerima pengijazahannya bentuk ilmunya adalah berupa perisai energi di depan dada. Perisai energi di depan dada seperti itu hanya cocok untuk melindungi kita dari serangan yang datangnya dari arah depan, cocok untuk pertarungan adu energi yang posisinya saling berhadapan. 

Kelemahannya, posisi perisai energinya yang di depan dada itu tidak dapat melindungi kita dari serangan yang datangnya dari arah belakang, samping kiri-kanan, atas, bawah, dsb. Dan kalau kita masuk ke tempat-tempat angker yang banyak berisi makhluk halus yang tidak baik, perisai itu tidak dapat melindungi kita dari gaib-gaib yang ada di lokasi itu. Pagaran energi yang baik bentuknya membungkus objek yang dipagari.

Praktek lain ilmu/rajah kalacakra pada keilmuan dari orang yang menerima pengijazahannya, bentuk ilmunya ada yang selain berupa perisai energi di depan dada, juga ditambahkan khodam pelindung. Bentuk keilmuan ini lebih baik daripada sekedar perisai energi yang pasif diam saja, karena khodamnya itu juga akan ikut melindungi orangnya. 

Amalan mantra/rapalan ilmu/rajah kalacakra cukup baik untuk digunakan bersugesti dalam membuat pagaran gaib, baik membuat pagaran gaib dengan kekuatan sukma/kebatinan sendiri maupun dengan bantuan khodam, untuk membentuk sifat energi dan cara kerja pagaran gaibnya, dan pagaran gaibnya disugestikan memancar atau dipadatkan menjadi bola energi dengan jari-jari 2 meter, 3 meter.

Jika kita membuat pagaran gaib dengan kekuatan sukma/kebatinan sendiri, sambil memancarkan/membentuk bola pagaran gaib kita amalkan mantra kalacakra.

Jika kita membuat pagaran gaib dengan bantuan benda gaib berkhodam, sugestikan benda gaibnya membuatkan kita pagaran gaib, dengan menggenggam bendanya kita wiridkan aji kalacakra supaya khodamnya membuat pagaran gaib yang sifat-sifatnya sama dengan aji kalacakra.

Begitu juga kalau kita membuat pagaran gaib dengan menggunakan khodam ilmu/pendamping, sugestikan langsung kepada khodamnya itu (misalnya yang posisinya di sebelah kanan kita) supaya membuatkan kita pagaran gaib dan kita wiridkan aji kalacakra supaya khodamnya membuatkan pagaran gaib yang sifat-sifatnya sama dengan aji kalacakra.

Mewiridkan kalacakra hanya dilakukan ketika kita membuat pagaran gaib, supaya batin kita atau khodamnya membuatkan pagaran yang sifat-sifatnya sesuai dengan isi amalan kalacakra. Mewirid ulang ajian kalacakra hanya dilakukan ketika memulihkan pagarannya, mungkin 3 bulan, 6 bulan atau setahun kemudian.

Dalam mewirid amalan kalacakra sebaiknya dilakukan dengan kepekaan rasa, sehingga apakah mewirid amalannya cukup 1x, 10x, dsb, nantinya dicocokkan dengan penilaian kita sendiri, apakah kondisi pagarannya sudah sesuai dengan keinginan kita itu. Kalau dianggap masih kurang pas nantinya wiridannya kita tambah lagi. 

Begitu juga di hari-hari yang lain, kalau kita rasakan pagarannya kurang sesuai dengan harapan kita... kalau perlu tambahkan kekuatan pagarannya sambil diwiridkan lagi mantranya.

Ilmu-ilmu yang sejenis dengan aji kalacakra juga banyak diajarkan dalam keilmuan kebatinan kejawen, namanya saja yang berbeda-beda. Banyak orang yang benar mendalami kebatinan, baik kebatinan kanuragan maupun yang mengikuti penghayatan kebatinan melalui aliran-aliran kebatinan kejawen yang mengajarkan kesejatian manusia, dalam dirinya sudah terkandung suatu kegaiban yang ketika pasrah menerima dirinya diserang dan dianiaya, justru dirinya tidak dapat diserang, tidak dapat disentuh, tidak dapat dikenai pukulan. Dengan berpegang pada filosofi segala bentuk kekuatan jahat dan kesombongan manusia akan luluh dan tunduk pada perbawa pengayoman, kebaikan, dan kerendahan hati, bila seseorang berniat memberi pelajaran kepada penyerangnya, orang itu hanya perlu mengkonsentrasikan batinnya saja, mengsugesti kegaiban sukmanya saja, bahwa ketika ada seseorang menyerangnya, maka orang penyerangnya itu akan kehilangan kekuatannya, kehilangan ilmunya, diam mematung tak dapat bergerak, lumpuh tak dapat berdiri. Kegaiban mereka juga dapat memusnahkan keampuhan ilmu gaib dan ilmu khodam (ilmu sihir dan guna-guna). 

"Nah... ksatria itulah wejangan ilmu kalacakramu, kekuatan kalacakramu sudah tumbuh berlipat-lipat, saat pertempuranmu nanti kau tidak hanya bisa melepaskan satu gear perisai tapi bisa puluhan gear perisai kalacakra"

"Dan kau sudah bisa menurunkan ataupun mentransferkan energi kala cakra kepada orang lain yang kau kehendaki"

"Sekarang... mari kita keluar pondok sebentar untuk mengetes peningkatan ajian perisai kalacakramu"

Kamipun segera keluar pondok, dan aku diminta untuk mengeluarkan perisai kalacakraku.

"Ayo ksatria keluarkan perisaimu"

Mendengar permintaan resi barata aku mengaktifkan perisaiku, dan.. blazzzz... perisaiku muncul, di depanku berputar kencang tapi aku melihat ada perubahan pada perisai itu.

"Lihatlah ksatria perisaimu yang sekarang apakah sudah mengalami perubahan ?"

"Iya resi... pada perisai itu, yang tadinya polos sekarang terdapat tulisan aksara-aksara mantra yang mengeluarkan sinar putih, dan aku merasakan kekuatan yang berlipat-lipat"

"Sekarang kau panggil satu lagi perisai dengan cara yang sama"

"Blazzz... satu lagi perisai muncul"

"Panggil lag..."

"Blazzz..."

"Lagi..."

"Blazzz"

Begitulah sampai ada sembilan perisai yang muncul di hadapan kami.

"Kendalikan semua perisai itu, arahkan ke tengah laut"

Bak piring terbang, semua perisai ku arahkan ketengah laut, mereka berterbangan kesana kemari sesuai sugestiku.

"Cukup kesatria, tarik dan simpan lagi semua perisai itu"

"Teruskanlah misi-misimu sebagai penyeimbang alam ghaib dan nyata, ingatlah jika di duniamu banyak aktifis ghaib apa lagi di dunia ghaib sendiri tentu lebih banyak, dan ilmu yang ada di duniamu tidak seberapa banyak jika di bandingkan dengan ilmu di dunia ghaib, karena memang semua ilmu kebhatinan tingkat tinggi, pusaka tingkat tinggi, mustika semua di simpan di alam ghaib ini dan menunggu manusia yang mampu meminangnya"

"Pesanku padamu wahai ksatria laduni DI DIBALIK KEKUATAN YANG BESAR ADA TANGGUNG JAWAB YANG BESAR, ILMU YANG SEMPURNA ADALAH ILMU YANG DIIRINGI OLEH RASA TAKUT YAITU TAKUT KEPADA YANG MAHA PENCIPTA"

"Sampai disini apakah ada hal yang ksatria tanyakan ?"

"Ada resi, ajian kalacakraku wujudnya tidak berbeda dengan wejangan resi, tapi aliranku dari kewalian karenanya aku tidak menggunakan mantra yang resi wejangkan tadi, untuk membangkitkan ajian itu aku diminta mewiridkan kalimah tasbih dan tauhid, apakah itu tidak bertentangan resi ?"

"Hmmm... tidak ksatria, mantraku adalah kata lain dari wiridmu, ingatlah sebelum agamamu datang maka mantrakulah yang dipakai, dan setelah kedatangan agamamu yang dibawa para wali maka di rubah dengan wiridmu, yang terpenting adalah isinya, maknanya, karomahnya dan itulah sebabnya kau bisa langsung menerima ajian kalacakra ini dariku"

"Dan jarang sekali ada yang mendapatkan ajian kalacakra yang berbentuk perisai aktif sepertimu kecuali dia mendapat titipan karomah dari dewa wisnu, karena itu cakra sudarsanalah induk dari perisai kalacakramu"

"Sampaikan salamku resi barata, penguasa ajian penghancur Kalacakra kepada para leluhur dan pembimbingmu"

"Baik resi"

"Dewi... kemarilah, kau sebagai pendamping sekaligus kekasih ksatria laduni jika nanti kalian bisa memiliki keturunan kirimlah dia padaku walaupun hanya sebentar agar dia bisa mendapatkan pencerahan dariku, meskipun bapaknya nanti bisa menurunkan ajian kalacakra padanya"

"Baik resi terimakasih"

"Resi barata sempat menyinggung keturunanku dengan Nyai seruni mungkinkah kami akan mempunyai keturunan ?" fikirku dalam hati.

Agh... sudahlah aku tidak mau memikirkan hal itu. Itu urusan nanti.

"Resi... kami mohon pamit undur diri, sekali lagi terimakasih atas wejangannya"

"Silahkan dewi"

"Salam...!"

Kamipun melangkah menuju ke naga emas tunggangan kami.

"Dinda... kemana lagi kita ?"

"Kita pulang kanda"

"Pulang kerumah, kok cepat, kitakan belum bertamsya"

"Nanti akan datang waktunya kanda, saat ini aku kawatir sepertinya ada yang tidak beres di rumahmu yang mengancam anakmu"

"Hah...! benarkah itu dinda? siapa yang berani melakukan hal itu"

"Entahlah aku belum tahu siapa dan untuk apa, karenanya kita mesti pulang kekuatan itu sangat besar dan pasti bisa menembus pagar ghaib kediamanmu"

"Owh... baiklah dinda, mari kita pulang"

Kami segera naik ke punggung naga emas, tidak jauh dari tempat resi, seruni langsung membuka portal astral menuju rumahku, dan.. Blazzzz......"

[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close