Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PORTAL LADUNI (Part 28) - Pesugihan Cupu Mahkota Naga Raja

"Bejis lekau anjing kumbang, harimau belang ku tunggangi" (penggerung harimau sumatra)


JEJAKMISTERI - Suatu sore aku didatangi oleh seseorang sebut saja kokoh. Kokoh datang bersama istrinya dengan menggunakan pajero sport dakkar putih.

"Permisi...!"

Mendengar ada suara mobil berhenti didepan pagar rumah dan ada orang yang memanggil istriku langsung keluar.

"Yah.. ada apa pak ?"

"Dang Dinarnya ada mbak ?"

"Owh... ada pak, mari silahkan masuk" sembari istriku membuka pintu pagar, kokoh dan istrinya memberikan sebuah bungkusan kepada istriku.

"Ini mbak ada oleh-oleh"

"Oh.. iya pak terimakasih, mari masuk pak" kokoh dan istrinya mengikuti istriku masuk ke ruang tamu rumahku.

"Tunggu sebentar ya pak, buk saya panggil dang Aryanya dulu" istrikupun masuk ke dalam.

"Dang! ada tamu"

"Iya" akupun melangkah ke ruang tamu menemui kokoh dan istrinya.

"Owh... kokoh ya, lama ga jumpa ko, gimana kabarnya sehat ?"

"Sekarang sehat dang"

"Kok sekarang sehat koh, berarti kemarin-kemarin sakit dong..." ledekku sambil ketawa kecil.

"Itulah dang... salah satu tujuan saya dan istri kesini, selain untuk silaturahmi"

"Kalau ga salah setelah hari itu sudah tiga tahun ya koh kita ga jumpa"

"Benar dang"

"Dulu pernah ngambil sesuatu dari saya apa ya koh, saya lupa"

"Itu dang, cupu mahkota naga raja"

"Owh, iya ya, hmmm... terus gimana sekarang koh perkembangannya ?"

"Itulah dang, puji syukur... baru setahun saya memegang cupu itu semua harta saya sudah kembali, hutang-hutang saya sudah lunas, dan perusahaan kontraktor saya kembali berkibar"

"Baguslah kalau begitu"

"Lantas sekarang apa lagi masalahnya koh semuakan sudah beres sesuai dengan keinginan kokoh ?"

"Sekali lagi saya minta bantuan dang dinar, saya khilaf dan ingkar janji dang"

"Maksudnya gimana nih, saya belum nyambung koh"

"Bener dang, dulu kan dang dinar bilang kalau saya hanya boleh menggunakan bantuan cupu naga raja itu selama satu tahun"

"Iya koh, bener"

"Nah waktu perjanjian setahun tiba sebenarnya saya sudah siap berhenti menggunakannya dan mau mengubur cupu itu ketepi laut, tapi karena saya cerita dulu sama istri saya ini, istri saya melarang saya menguburnya atau mengembalikannya, dia minta agar jangan di kembalikan dulu dan masih ingin memakainya selama tiga tahun dia takut kalau cupu itu dikembalikan nanti bangkrut dan miskin lagi, sehingga akhirnya saya mengurungkan niat mengembalikannya kelaut"

"Astagaaa... jadi sekarang cupu itu masih ada di tangan kokoh ?"

"Benar dang"

"Lantas apa yang terjadi koh ?"

"Saat ini harta kami memang banyak dang, bahkan melebihi dari yang dulu sebelum kami bangkrut, tapi tahun kedua anak saya yang perempuan kecelakaan dan sekarang kakinya di amputasi, pada tahun ketiga ini anak saya yang laki-laki meninggal dengan cara yang tidak wajar dang mayatnya kurus kering dan hangus padahal sebelum meninggal badanya sehat dan berisi"

"Waduh kenapa baru datang sekarang koh ?"

"Saya malu dang"

"Kalau kokoh yang mati apa masih bisa malu ?" aku naik pitam juga akhirnya.

"Maaf dang, maafkan kami bantulah kami dang"

"Terus siapa yang memberitahu kalau itu penyebabnya cupu mahkota naga raja ?"

"Kami sempat datang ke orang pintar juga dang, dia juga yang membantu membuang cupu itu, tapi setiap dibuang hanya selang satu malam cupu itu sudah kembali lagi kerumah saya dang, beberapa kali orang pintar itu membuangnya selalu kembali, hingga akhirnya orang pintar itupun mati mengenaskan seperti keadaan anakku, tubuhnyapun terbakar"

"Hmmm... sudah sejauh itu rupanya"

***

Sedikit cerita awal kedatangan kokoh kekediamanku.

"Criiiiiinnnngggg.....!" dering telponku.

"Ya hallo... assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam dang! ini saya hilman yang tempo hari datang kerumah dang dinar"

"Owh... iya pak hilman, ada apa yah ?"

"Begini dang, apa nanti malam dang dinar ada di rumah"

"Ada pak hilman"

"Saya mau datang kerumah dang, bawa teman bisnis saya yang katanya saat ini sedang membutuhkan bantuan siapa tahu dang dinar ada solusinya"

"Boleh, datang aja dulu tapi habis waktu isya saja supaya waktu ngobrolnya rada panjang"

"Oke dang, nanti kami datang setelah waktu isya"

Singkat cerita, malam itu pak hilman datang kerumahku bersama temannya.

"Gimana kabarnya pak hilman ?"

"Baik dang, dan Allhamdulillah semua lancar"

"Baguslah kalau gitu"

"Oh.. iya dang, ini teman yang saya ceritakan tadi siang"

"Kokoh dang" sahut kokoh memperkenalkan dirinya.

"Koh... ceritain aja apa hajat kamu, siapa tahu dang dinar ada solusi dan saya yakin dang dinar bisa bantu"

"Iya pak hilman" jawab kokoh.

Kokoh mulai bercerita:
"Begini dang, saya ini adalah seorang pengusaha kontraktor, sebelumbya usaha dan perusahaan saya baik-baik saja, kehidupan saya dan keluarga juga lebih dari cukup, tapi dalam setahun ini usaha saya ngedrop berbutar 360 derajat, saya mengalami bangkrut semua proyek saya gagal, sedangkan pengeluaran perusahaan sangat besar, sehingga saya terpaksa mencari hutangan untuk menutupi kebutuhan perusahaan, hutang bank, hutang pribadi skala besar semua saya ambil, hingga akhirnya sampai ketitik penghabisan, saya tidak mampu lagi membayar hutang-hutang saya karena kondisi perusahaan tak kunjung membaik, semua hutang sudah jatuh tempo saya terpaksa menjual dan menggadaikan aset perusahaan saya, hingga semuanya ludes, anak istri sekarang tinggal di rumah mertua karena takut selalu di datangi team penagih hutang yang bertampang beringas dan sikap kasar, dan jika tidak ada perbaikan ekonomi rumah tangga saya terancam berantakan dang"

"Owh.. begitu ya koh, berat juga yah..."

"Bukan berat lagi dang, saya rasanya sudah tidak sanggup lagi mau gila rasanya"

"Nah itu kokoh tahu solusinya"

"Maksudnya dang ?"

"Iya solusi kalau di tagih hutang"

"Gimana dang, kasih tahu saya caranya"

"Iya kalau penagih hutang datang, kokoh pura-pura gila saja, pasti mereka ga jadi nagihnya"

"Agh... dang dinar ini bisa saja, bantulah saya dang apapun syaratnya pasti saya penuhi"

"Hehehe.... sabar koh"

"Benar dang, saya yakin dang dinar punya solusinya, seperti dang dinar telah membantu saya" selah pak hilman.

"Okelah kalau begitu, saya coba telusuri dulu bisa atau tidaknya, tunggu sebentar yah"

Akupun segera meminta saran dari khodam pendampingku.

"Assalamu'alaikum dinda seruni hadir....hadir...hadir....!"

"Waalaikumsalam kanda ksatria ada apa gerangan ?"

"Dinda, mungkin dari tadi dinda sudah mendengar perbincangan kami, bagaimana menurut dinda apa yang harus aku laukan ?"

"Ditepi laut pantai selatan ada sebuah kerajaan ghaib yang dipimpin oleh seorang ratu yang bernama dewi laksa, dan dewi laksa adalah sahabatku, dia juga di kenal sebagai dewi kekayaan duniawi, saat ini dia masih memiliki sebuah cupu yang bernama cupu mahkota naga raja, barang siapa yang memegang cupu itu akan mendatangkan kekayaan yang berlimpah, tapi tentu saja di balik itu ada perjanjian yang harus disepakati"

"Apakah dinda bisa menemaniku bertemu dengan dewi laksa?, sepertinya media cupu mahkota naga raja itu bisa mengatasi masalah orang ini"

"Bisa kanda"

"Baiklah kalau begitu dinda, terimakasih atas sarannya"

Akupun segera menutup penelusuranku dan kembali berbincang dengan kedua tamuku.

"Bagaimana dang hasil penelusurannya, adakah solusi untuk saya ?" dengan wajah penasaran.

"Ada koh, tapi saya belum bisa memastikan bisa atau tidak dipakai karenanya nanti saya akan mencoba menyelaminya lebih dalam"

"Baiklah dang, saya tunggu hasilnya, kalau ada persyaratan yang membutuhkan dana dang dinar bilang saja jangan sungkan karena ini kebutuhan saya"

"Kalau dana sudah pasti ada koh, tapi untuk nominalnya saya belum tahu, nanti akan saya smskan ke kokoh kalau sudah tahu apa saja sarana yang harus dipakai untuk mewujudkan media itu"

Singkat cerita setelah mendengar penjelasan dariku pak hilman akhirnya puas dan kokoh pulang dengan membawa harapan.

Malam harinya aku berencana untuk melakukan penelusuran lebih dalam mengenai cupu mahkota naga raja, bila memungkinkan aku akan membawa pulang cupu tersebut.

Jam 10 malam, aku sudah berada di kamar khusus ritualku.

"Assalamu'alaikum dinda seruni hadir...hadir....hadir....!"

"Waalaikumsalam kanda ksatria"

"Dinda... malam ini kita akan melanjutkan penelusuran media cupu mahkota naga raja, apa dinda siap ?"

"Baik kanda, kita akan pergi ke istana dewi laksa"

"Silahkan dinda buka portalnya"

Tanpa banyak bicara seruni langsung membuka portal astral ke istana dewi laksa dan.. blazzz... kami sudah berada di depan gerbang sebuah kerajaan.

Di depan pintu gerbang berdiri tiga penjaga yang masing-masing memegang sebuah senjata dan perisai.

Kami melangkah gontai mendekat ke arah penjaga gerbang.

"Pengawal....! sampaikan kepada ratumu dewi laksa, katakan aku Nyai seruni ingin menenmuinya" seruni meminta kepada salah satu pengawal.

Pengawal gerbang itu hanya menganggukkan kepala dan berlari masuk kedalam istana, tidak lama dia kembali lagi.

"Silahkan masuk Nyai, kanjeng ratu menunggu di kebun bunga istana"

"Mari kanda, ratu dewi laksa sudah menunggu"

Kami berjalan menelusuri istana, berbagai macam bentuk penghuni istana ini ada manusia berkepala buaya, ada yang separuh ular separuh manusia, ada anak kecil berlarian kesana kemari, tapi saat mereka melihat kami mata mereka semua menatap dengan tajam.

Pada satu sisi istana kami menghentikan langkah sejenak dan kembali berjalan memasukui sebuah gang atau lorong, tak lama berjalan di lorong tibalah disebuah tempat yang kami tuju yaitu sebuah taman bunga.

Di tengah taman itu berdiri sebuah pondok kecil tak berdinding, yang dikelilingi oleh tumbuhan bunga yang sedang mekar dan mengeluarkan bau wangi semerbak.

Setelah dekat dengan pondok aku melihat ada seorang perempuan duduk, dia menggunakan pakaian berkemben sebatas dada dan sebuah selendang sutra kuning terselimpang di dadanya, dia memakai sebuah mahkota kecil di kepala dengan pusat mahkota seperti ular kobra.

Dengan kemben sebatas dada, terlihat betapa kulitnya mulus, kuning langsat dan owh... kencang.

"Diakah yang bernama dewi laksa, cantik sekali dia!, aku berfikir sejenak kenapa kecantikan wanita di alam astral ini sangat sepurna, sehingga siapapun lelaki yang melihatnya aku jamin tak kan mampu memalingkan muka" pikirku dalam hati.

"Ehemm....!" terdengar suara deheman dari sebelahku, siapa lagi kalau bukan dinda seruniku, dia tahu semua pikiranku.

"Salam dewi laksa !"

"Salam nyai seruni sahabatku dan selamat datang kembali di istanaku"

"Terimakasih dewi"

"Lama tak jumpa, ada misi apa gerangan nyai datang ke kediamamku ini dan siapa pula gerangan ksatria yang bersamamu"

"Benar dewi, aku datang bersama ksatria laduni ksatria yang saat ini sedang kudampingi"

"Sesungguhnya kami datang karena sebuah misi yang diemban oleh ksatria laduni"

"Hmmm... rupanya sampai sekarang kau masih menjadi pendamping ghaib para ksatria manusia yang terpilih"

"Begitulah dewi"

"Baiklah nyai, apa yang kau butuhkan dariku, apakah kesaktianmu tidak cukup sehingga membutuhkan bantuanku"

"Ini bukan yang berhubungan dengan pertarungan dewi, sehingga membutuhkan kesaktian, tapi berhubungan dengan kekayaan harta duniawi dan bagiku kaulah yang mempunyai kemampuan itu, sesuai dengan julukanmu sebagai dewi kekayaan"

"Apakah ksatriamu itu yang membutuhkan kekayaan harta duniawi? lantas media apa yang dia inginkan,untuk ksatria seperti dia apapun akan kukabulkan nyai" sambil tersenyum dewi laksa melirik kearahku.

"Hahaha... dewi bukankah kau tahu kalau para ksatria seperti dia tidak membutuhkan kekayaan harta yang berlebih, pun jika dia yang membutuhkan aku sendiri bisa menghadirkan untuknya"

"Hmmm... sepertinya nyai mempunyai hubungan khusus dengan ksatria yang satu ini, benarkah nyai ?" tanya dewi laksa dengan nada ingin tahu.

"Tidak dewi, dia sama dengan kesatria-kesatria sebelumnya aku hanya sebagai khodam pendamping"

"Hahaha kau jangan bohong nyai, kita sudah lama bersahabat aku tahu dari caramu memandangnya, dan bukankah tadi kau memegang tangannya"

"Aku juga suatu saat berkeinginan berpetualang mendampingi seorang ksatria pilihan sepertimu" lanjut dewi laksa.

"Baiklah dewi aku menyerah, ksatria laduni adalah kekasihku"

"Hahaha... aku memang sudah menduga nyai"

"Kembali kemisi kami dewi, kami membutuhkan media cupu mahkota naga rajamu"

"Hmmm... baiklah nyai, dari dahulu aku tidak bisa menolak permintaanmu, tapi perlu kau ketahui bahwa media yang kau inginkan adalah penarik kekayaan tingkat tinggi, untuk memegang cupu mahkota naga raja tentunya manusia yang meminangnya akan terikat dengan perjanjian ghaib"

"Baiklah dewi kami setuju"

"Kalau begitu bawalah sukma manusia yang akan meminangnya kemari untuk melakukan perjanjian ghaib"

"Kanda... aku akan menjemput sukma kokoh kemari dan kanda tunggulah disini"

"Baik dinda"

Serunipun membuka portal dan..blazzz.... dalam sekejap seruni hilang dari pandangan mata.

Tinggalah aku bersama dewi laksa di sebuah pondok yang dikelilingi bermacam bunga yang sedang mekar, sesaat aku hanya berdiam diri tanpa bicara, yah... mungkin ada beberapa pikiran negatif di otakku..

"Ksatria kemarilah" suara dewi laksa sentak membuyarkan lamunanku.

Seperti terkena hipnotis tanpa perlawanan aku mendekat duduk di samping dewi laksa.

Walaupun bergerak mendekat duduk di sampingnya aku masih bisa mengendalikan mataku, aku tidak menatap kearah dewi laksa.

"Ksatria...! kenapa kau memalingkan matamu dariku, bukankah itu sama saja dengan tidak menghargaiku sebagai tuan rumah ?"

Kupikir benar juga apa yang dikatakannya, akupun memalingkan wajahku dan menatap ke dewi laksa.

Tapi ada yang aneh...!, bau... yah... bau harum ini bukanlah berasal dari kembang mekar di sekelilingku, kenapa bau ini menusuk sampai ke otakku, sedikit terasa pusing tak lama pusingku hilang.

Aku merasa kenapa tubuhku merasakan sensasi aneh, mendadak otakku kotor bayangan mesum ada di kepalaku.

"Kenapa?, kenapa aku merasakan sensasi seperti saat sedang bersama istriku"

"Keringat mulai keluar dari kulitku karena menahan sensasi yang sebenarnya sangat sulit untuk di tahan"

Sejenak aku masih bisa berpikir, ini...ini...agh...! sialan aku baru menyadari, aku terkena gendam birahi, siapa lagi yang mengeluarkan ilmu ini kecuali dewi yang ada di depanku, tapi apa tujuannya.
Secara diam-diam aku membangkitkan energi cakra tirta maya dan ku alirkan keseluruh tubuh sambil membaca aji penangkal ilmu gendam yang kudapat dari leluhurku pendekar sangkar besi waktu bertarung dengan pendekar gendam.

"Terjagalah engkau malaikat empat di badan dan dinyawaku, malaikat jaga bayang, malaikat jaga reni, malaikat bayang tuan, tuan....... satu, itu mama malaikat tunggal, terjagalah engkau dikanan dan di kiriku........ tuan tidur aku jaga, aku tidur tuan jaga, jaga urat jaga sendiku, jaga kerangka tiga puluh tiga, jaga sifat empat puluh empat di badan dan di nyawaku" untuk menetralisir efek gendam birahi dewi laksa.

Setelah aku merasa normal kembali, aku mendongakkan kepalaku, dan apa yang kulihat.

"Astaga....!" bagaikan disambar petir disiang hari. Sentak jantungku berdegup kencang dengan pemandangan yang ada di depanku, keindahan alam yang sangat menakjubkan dan sempurna penciptaannya.

Dewi laksa yang tadinya duduk sekarang berdiri didepanku berpakaian seperti seorang ratu, kini mengenakan baju putih sutra, tapi yang menjadi masalah bagiku baju sutra putih yang dipakainya sangatlah tipis dan tembus pandang. Terlihat olehku kalau dia tidak menggunakan penutup alias dalaman.

Gunung-gunung, lembah, hutan rimba di tutupi kabut tipis yang dihembus angin sepoi agh...! sungguh aku tak pandai menggambarkannya semoga para sahabat bisa mewakiliku menggambarkannya.

"Berdirilah ksatria..." suara lembutnya seakan terdengar bagaikan seruan hentakan teriakan.

"Serbuuuuuu....!" saat aku dalam pertempuran. Aku tak mampu berdiri karena mungkin ksatria kecilku sudah mendahuluiku berdiri, sehingga hanya duduk dan terdiam seribu bahasa.

"Ksatria lihatlah aku, apa kau tidak menginginkan sesuatu dariku?, aku tahu kau adalah manusia biasa seperti manusia lain yang mempunyai nafsu serakah duniawi"

"Hahaha... lihatlah, semua istanaku terbuat dari emas murni, kau bisa membawa apa saja dari sini bahkan kau bisa membawaku"

"Tidak dewi, aku tidak membutuhkan apa-apa"

"Bagaimana dengan serunimu itu, apa kau takut dia marah ?"

"Hmmm... dewi, aku tidak takut kalau seruni marah yang aku takutkan adalah aku kehilangan dia"

"Ksatria jangan kawatir jika kehilangan dia maka aku akan menggantikannya bersamamu menjalani misi-misi spiritualmu"

"Kau benar nyai, kau bisa menggantikan posisinya sebagai khodam pendampingku tapi kau tidak bisa menggantikan posisinya sebagai kekasihku"

"Owh... begitukah ?"

"Benar dewi, maka kembalilah kewujudmu yang tadi, bagaimana jika seruni tiba-tiba muncul"

"Hahaha... kau jangan kawatir ksatria karena serunimu ada dibelakangmu"

Kembali aku di buat senam jantung, aku memalingkan badan ke belakang, tanpa kusadari kalau seruni sudah berada di belakangku bersama sukma kokoh. Dan saat aku memutar kembali, dewi laksa sudah berpakaian seperti awal kami bertemu.

"Owh... maafkan aku dinda tak mengetahui kehadiranmu"

"Tak mengapa kanda, aku memang memagari badanku supaya kau tidak merasakan kehadiranku"

"Maksudnya bagaimana ini dinda ?"

"Hmmm... ksatria sebenarnya kekasihmulah yang meminta aku melakukan hal tadi, dia memberikan kesempatan padaku untuk mengujimu selagi dia menjemput sukma laki-laki itu"

"Benarkah itu dinda ?"

"Benar kanda"

"Hahaha... kalau tanpa seizin kekasihmu yang arogan ini, mana berani aku mengganggumu ksatria, akupun tidak ingin berakhir seperti dewi tangan 1000"

"Agh... aku dikerjain rupanya, untung aku bisa menahan dan tidak tergoda dengan rayuan dewi laksa, yah... sebenarnya sih bukan tidak, tapi belum tergoda hehehe..."

"Baiklah dewi kita kembali ke misi" seruni kembali mengalihkan pembicaraan.

"Baik dewi, apakah ini manusia yang menginginkan media cupu mahkota naga raja itu ?"

"Benar dewi"

"Mari bawalah dia, kita pergi ke altar perjanjian" jawab dewi laksa sambil berjalan, dan kami mengikutinya dari belakang.

Berhenti di satu sisi istana, terdapat sebuah altar bulat berbentuk sebuah meja tanam terbuat dari batu berwarna hitam, kami menghampiri meja batu itu, belum lama kami duduk di pinggiran altar batu, datang beberapa orang yang berpakaian seperti dayang istana, mereka masing-masing membawa sebuah nampan yang berisikan kembang, dan dayang yang paling depan membawa nampan yang berisikan sebuah media berwarna kuning, media itu mirip sebuah mahkota yang di sekelilingnya terdapat ukiran seekor naga.

"Hmmm... itukah media yang disebut cupu mahkota naga raja" pikirku.

Dewi laksa naik ke atas altar "kemarilah kau wahai anak manusia" sambil menunjuk ke arah kokoh.

Kokohpun menyusul naik ke atas altar.

"Duduklah dengan bersilah dan katakan permohonanmu"

Kokoh menuruti perintah dewi laksa lalu berkata,
"Yang mulia Ratu kekayaan berilah aku kekayaan yang melimpah, kembalikan semua hartaku yang hilang"

"Hahaha... anak manusia, jika aku memberikan keinginanmu apa yang akan kau berikan padaku ?"

"Apapun itu yang mulia ratu akan aku berikan dan aku korbankan asalkan keinginanku terkabul"

"Hahaha... ketahuilah sebelum kau memantapkan niatmu, sudah banyak sekali anak manusia yang datang meminta kekayaan padaku, dari sekian banyak itu hanya beberapa orang saja yang bisa menepati janjinya, karena yang datang kemari adalah golongan manusia serakah dan lupa diri, kalian selalu mencari jalan pintas untuk mencapai puncak kejayaan, sehingga banyak yang lupa dengan ketentuan Gusti Allah"

"Sekali lagi aku ingatkan padamu, kaupun sudah menempuh jalan pintas di luar ketentuan penguasa alam ini, maka aku yang kau mintai pertolongan berhak menguasai hidup dan matimu"

"Tapi itu hanya berlaku jika kau nantinya ingkar terhadap perjanjian yang akan kita sepakati"

"Apakah kau siap ?" bentak dewi laksa.

"Saya siap yang mulia ratu, saya tidak mau hidup dalam kemiskinan" jawab kokoh.

"Baiklah, aku sudah memberi peringatan padamu dan keputusan ada di tanganmu"

"Dayang... kemarikan cupu mahkota naga raja"

Dayang membawa nampan berisi cupu melangkah naik ke atas altar menyuguhkan nampan kepada dewi laksa. Dewi laksa mengambil cupu mahkota naga raja dari nampan.

"Peganglah cupu ini dan angkat setinggi kepalamu"

Dewi laksa perlahan tubuhnya mengangkat kakinya tak lagi menapak ke meja altar.

"Anak manusia yang lupa...! saat ini kau akan melakukan perjanjian ghaib denganku, apakah kau bersedia ?"

"Bersedia yang mulia ratu" jawab kokoh dengan nada penuh keyakinan.

"Dengarlah baik-baik dan ingatlah!, kau akan kuberi kesempatan untuk menggunakan bantuan dari khodam cupu mahkota naga raja, cupu ini mempunyai kekuatan untuk menarik kekayaan dunia datang padamu, masalah hidupmu akan tuntas dengan cupu ini, itulah yang akan kau dapatkan"

"Perjanjiannya...! pertama kau harus merawat cupu ini dengan baik, setiap malam jumat kliwon kau berkewajiban memberi sesajian untuknya, dan jika kau lalai dia akan memperingatkanmu. dengan caranya sendiri."

"Kedua... kau hanya bisa menggunakannya dalam waktu satu tahun di duniamu, maka maksimalkanlah waktu satu tahun itu, setelah waktu satu tahun habis kau harus mengembalikaannya dengan cara menguburnya kembali ke tepi pantai ini"

"Jika kau melalaikannya khodam cupu naga raja berhak mengambil imbalan darimu sesuai kehendaknya"

"Itulah perjanjiannya"

"Wahai khodam cupu naga raja masuklah ketempatmuuu...!"

Dari arah istana muncul sebuah sinar kuning bergerak dengan cepat. blaaammmm...! sinar itu masuk kedalam cupu yang dipegang kokoh, aku sendiri tidak sempat melihat wujud sosok asli khodam tersebut.

"Nah...! anak manusia yang lupa, cupu itu sudah siap menunaikan tugasnya dan ingatlah semua perjanjian yang telah disepakati dan pulanglah"

"Baik yang mulia ratu" jawab kokoh.

Perlahan tubuh dewi laksa turun, dan para dayang menaburi kokoh dengan bunga-bunga yang ada di dalam nampan.

Selang waktu karena ada rasa penasaran di dalam benak, aku bertanya kepada seruni.

"Dinda dalam perjanjian tadi, jika kokoh lalai dalam perjanjian maka khodam akan mengambil imbalan, berbentuk apakah imbalan itu ?"

"Kemungkinan nyawa kanda"

"Owh, berat juga sangsinya jika lalai, mudah-mudahan kokoh tidak lengah dan lalai dengan perjanjian ghaib yang dibuatnya"

"Semua ada resikonya kanda, tapi jika dia tidak lengah dia akan aman dan tentram, tapi sayang semua manusia yang sudah memutuskan untuk meminta bantuan kepada bangsa kami biasanya manusia serakah dan tidak berserah diri kepada ketetapan Yang Maha Agung"

"Sahabatku Nyai seruni dan ksatria laduni, perjanjiannya sudah selesai bawalah kembali anak manusia ini dan pulangkanlah dia ke jasadnya"

"Baik dewi, terimakasih atas bantuannya"

"Kami undur diri dewi" jawabku.

"Silahkan ksatria, datanglah kemari kapanpun kau mau pintu istanaku selalu terbuka untukmu sebagaimana sahabatku Nyai seruni"

"Terimakasih dewi" jawabku singkat.

"Dinda kembalikanlah sukma kokoh, aku akan pulang untuk mewujudkan cupu mahkota naga raja"

"Baik kanda" jawab seruni sambil membuka portal astral.

Singkat cerita kami meninggalkan istana dewi dengan membawa cupu mahkota naga raja.

Keesokan harinya aku menelpon kokoh untuk mengambil media yang diinginkannya sembari mengulas kembali perjanjian yang sudah dibuat di alam astral.

***

Kembali ke kokoh dan istrinya yang sudah kayaraya tapi lalai.

"Itulah yang aku takutkan kokoh pasti lalai dan menganggap remeh dengan perjanjian ghaib hanya karena kokoh tidak bisa melihatnya dengan mata kepala sendiri secara zhohir"

"Semua sudah terlambat kalau begini ceritanya, aku ragu apa bisa menghentikan karma kokoh ini, karena sudah menjadi hak khodam dan dewi laksa untuk mengambil imbalan jika kokoh lalai dan ingkar"

"Bagaimana dang, mohon selamatkan keluarga saya sekali lagi dang" dengan wajah memelas.

"Entahlah koh, apakah kali ini saya bisa membantu atau tidak"

"Saya harus kemana lagi selain ke dang dinar, percuma saya memiliki harta banyak jika anak-anak saya menjadi korban dan hidup dalam ketakutan entah kapan giliranku diambil mereka"

"Itulah akibat dari orang yang serakah, dari pertama bertemu saya sudah mengira kalau kokoh ini terlalu mencintai harta benda duniawi dan takut sekali dengan yang dinamakan kemiskinan sehingga kokoh menempuh jalan pintas, meninggalkan ketetapan Yang Maha Pemurah dan penyayang sebenarnya itulah kemiskinan sejati yaitu miskin iman, maaf saya harus berkata lebih kasar dan mungkin dalam koh"

"Tak apa dang, semua itu benar dan saya akui, bahwa saya memang sudah terlalu lama dan jauh dari jalan yang di ridhoi-NYA, berilah kesempatan saya untuk memperbaiki diri dang"

"Koh...!, kesempatan itu bukan dari saya tapi dari Allah, ingat Allah akan memberikan kesempatan kepada hambanya untuk bertobat sebelum nafasnya hanya tinggal sebatas kerongkongan"

"Saya ini hanyalah manusia biasa yang kebetulan dititipi setetes ilmu dari yang Maha Kuasa, semua itu penuh dengan tanggung jawab yang terkadang saya berhadapan dengan maut hanya untuk membela orang-orang ingkar seperti kokoh ini...!" suaraku semakin meninggi.

Aku benar-benar marah dengan manusia satu ini, tanganku bergetar dan dadaku panas pertanda salah satu ajianku aktif karena di sulut oleh emosi.

"Istighfar anakku...!"

Sayup kudengar suara lembut ditelingaku, jauh tapi suara kata-katanya jelas terdengar.

"Hmmm... ini suara kanjeng ibu cirebon" pikirku.

"Assalamu'alaikum kanjeng ibu"

"Waalaikumsalam anakku ksatria laduni"

"Maafkan aku kanjeng ibu, aku terbawa emosi dengan perilaku manusia ini"

"Sikapi dengan baik anakku, tidak ada masalah yang tidak ada solusinya"

"Kanjeng ibu benar, tapi bagaimana manusia ini melibatkan aku dalam masalah dengan dewi laksa, apa yang harus aku lakukan kanjeng ibu berilah sedikit petunjuk"

"Temuilah dewi laksa dan minta keringanan darinya"

"Baik kanjeng ibu, aku akan menemui dewi laksa dan memintakan keringanan untuk manusia ini"

Mintalah leluhurmu putri gading dan baginda maharaja sakti untuk membantumu.

"Hmmm... benar juga, bukankah kerajaan dewi ghaib dewi laksa berada di lokasi kerjaan leluhurku"

Kembali ke kokoh.
"Baiklah koh, saya akan mencoba untuk bernegoisasi dengan dewi laksa untuk meminta keringanan untuk kalian sekeluarga"

"Terimakasih dang, terimakasih banyak, pokoknya apapun yang dang dinar butuhkan bilang saja jangan sungkan dang jangan sampai dang kekurangan sarana apapun"

"Maaf koh, kalau aku minta imbalan maka kokoh tak akan sanggup memenuhinya, dan satu lagi, aku dan keluargaku tidak makan makanan yang berasal dari perbuatan seperti kokoh lakukan, maka simpanlah uang kokoh itu"

Mendengar itu, kokoh dan istrinya hanya terdiam dan terunduk.

"Sekarang pulanglah kokoh kerumah karena saya ada pekerjaan lain"

Kulihat istrinya meneteskan air mata di depanku, sebenarnya aku sendiri tidak begitu tega melihatnya, yah... mungkin tadi kata-kataku lumayan kasar dan nada suaraku tinggi, tapi biarlah demi menyadarkan orang seperti mereka ini kurasa tak mengapa juga.

Singkat cerita, malam ini aku kembali akan menyelam keistana dewi laksa.

"Assalamu'alaikum dinda seruni hadir....!"

"Waalaikumsalam kanda ksatria"

"Dinda malam ini kita kembali ke istana dewi laksa"

"Tapi sebelumnya kita akan pergi ke istana baginda maharaja sakti untuk meminta bantuannya"

"Baik kanda"

Seruni langsung membuka portal astral dan.. blaaazzzz... kami sudah berada di dalam istana leluhurku dan berjalan menuju ruang singgasana.

Kedua leluhurku rupanya tahu akan kedatangan kami, mereka sudah menunggu di atas kursi singgasana.

Aku dan seruni membungkukkan badan.

"Assalamu'alaikum baginda"

"Assalamu'alaikum putri"

"Waalaikumsalam" jawab mereka serentak.

"Ada apa gerangan cucuku ksatria laduni kau datang kemari ?"

"Maafkan aku baginda, aku datang tanpa memberi tahu karena ini mendesak"

"Hmmm... ceritakanlah apa kebutuhanmu"

Akupun mulai bercerita dari awal bertemu kokoh sampai akhirnya menjadi masalah.

"Karena itu baginda, aku diberi jalan oleh kanjeng ibu cirebon menemui baginda dan putri untuk menemaniku meminta keringanan dari dewi laksa atas kelalaian yang sudah terjadi"

"Hmmm... cucuku ksatria laduni, ini adalah pelajaran berharga bagimu, tidak semua manusia yang datang padamu harus kau bantu, telusuri dahulu apakah manusia itu benar-benar bisa mempertanggung jawabkan perbuatannya atau tidak"

"Apalagi ini jika berhubungan dengan penghuni alam ghaib, tidak ada yang mereka berikan tanpa imbalan apalagi jika berhubungan dengan harta benda dunia"

"Perjanjian ghaib yang dibuat adalah untuk mengikat manusia, karena tanpa perjanjian mereka tidak berhak untuk mengmbil tumbal manusia, perjanjian ghaib adalah alat bagi mereka untuk mendapatkan keinginan mereka dari manusia, jika perjanjian sudah terikrar maka mereka hanya menunggu manusia itu lalai, terkadang mereka sengaja membuat manusia lupa dengan perjanjian dan terlena dengan kekayaan yang mereka dapatkan"

Mengenai permintaanmu kami akan mencoba mendatangi dewi laksa di istananya, masalah terkabul atau tidak kami tidak bisa memastikan karena kami tidak bisa memaksa dewi laksa memcabut perjanjiannya karena itu sepenuhnya adalah hak dia.

"Terimakasih baginda bagiku itu saja sudah cukup" jawabku.

"Sekarang pergilah kau keistana dewi laksa dan mintalah terlebih dahulu keringanan darinya"

"Baik baginda, kalau begitu aku undur diri"

"Pergilah" jawab baginda maharaja sakti.

"Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam"

Aku dan seruni pergi meninggalkan istana leluhurku menuju istana dewi laksa.

Saat sudah berada di istana dewi laksa seperti pertama kali datang kami tetap meminta penjaga gerbang memberi kabar kepada ratunya, dan kami kembali menemuinya di taman bunga.

"Salam ratu dewi laksa...!" ucap seruni.

"Salam sahabatku Nyai seruni dan selamat datang kembali di istanaku"

"Ada apa gerangan nyai beserta ksatria laduni datang ke istanaku ini ?"

"Iya dewi, kami datang dengan misi yang sama seperti waktu itu"

"Hmmm... media apa lagi yang di butuhkan nyai ?"

"Kami datang dengan manusia yang sama yang memegang cupu mahkota naga raja waktu itu"

"Apa lagi urusanmu dengannya nyai ?"

"Kau benar dewi, sebenarnya tidak ada lagi urusanku dengannya, tapi ini urusan dan misi ksatria laduni"

"Kalau begitu apa misimu kali ini wahai ksatria laduni" dewi laksa bertanya padaku.

"Dewi, kau mungkin sudah tahu dengan misiku kali ini, karena orang yang memegang cupu mahkota naga raja, sudah lalai dengan perjanjiannya"

"Hahaha... kau benar ksatria, dan sekarang sesuai dengan perjanjian hidupnya adalah milikku dan tahun ini adalah tahun ketiga, maka waktunya aku mengambil sukmanya untuk kujadikan budak di istanaku"

"Dewi... bukankah kau sudah mengambil satu anaknya, apa itu belum cukup ?"

"Hah...!, cukup katamu?, apakah dia juga cukup dengan harta yang dia dapatkan dariku ?"

"Untuk itulah aku kembali datang dewi, aku minta keringananmu untuk melepaskan kokoh dari perjanjian maut yang kalian sepakati"

"Ksatria laduni, kau orang yang terpilih memiliki keuatan dan kelebihan, maka jadilah ksatria sejati dengan tidak menarik ucapanmu, dan biarkanlah yang mestinya terjadi"

"Kau benar dewi, tapi ini adalah tanggung jawabku juga, aku hanya minta keringanan darimu untuk kokoh hanya itu dewi"

"Hahaha... jika permintaanmu ku kabulkan entah berapa banyak nanti yang akan datang meminta keringanan sepertimu, maaf kastria aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu, mintalah yang lain mungkin aku bisa membantu"

Rupanya negosiasiku menemui jalan buntu, mungkin saatnya aku minta bantuan kepada baginda maharaja sakti.

"Assalamu'alaikum baginda, hadirlah...!"

"Waalaikumsalam" sekejap paduka baginda maharaja sakti sudah hadir di tempat kami berada didampingi oleh putri gading.

Dewi laksa terkesima dan langsung melakukan sembah sujud, kepada leluhurku.

"Selamat datang baginda, ada apa gerangan baginda dan putri gading datang ke istanaku tanpa memberikan pesan terlebih dahulu"

"Tak mengapa dewi, kehadiranku diundang oleh ksatria laduni"

"Kalau boleh saya tahu, apa hubungan baginda dengan ksatria ini ?"

"Dia adalah keturunanku dewi" jawab baginda.

"Owh, maafkan saya paduka baginda saya tidak tahu"

"Baiklah dewi, kami tidak bisa berlama-lama disini, kedatangan kami adalah untuk meluruskan misi spiritual ksatria laduni, bukankah dia sudah meminta keringanan darimu ?"

"Benar baginda"

"Lantas apakah begitu sulit bagimu untuk mengabulkannya ?"

"Maaf baginda, saya tidak bisa memberikan keringanan karena itu sudah melanggar aturan alam kita"

"Kalau begitu apa yang harus dilakukan ksatria laduni agar keinginannya terkabul dewi ?"

"Ada paduka, ksatria laduni harus bertarung dengan salah satu ksatria kerajaanku jika dia menang dia bisa membebaskan manusia itu dari perjanjian maut."

"Hmmm... baiklah dewi, ksatria...! itulah syarat atas keinginanmu, apa kau siap ?"

"Naaf baginda hamba belum belum selesai, syarat pertarungannya adalah ksatria laduni tidak di perbolehkan menggunakan perisai kala cakra"

"Aku siap baginda, aku tidak akan menggunakan gear perisai kala cakraku" Kali ini aku akan bertarung tanpa senjata dan ajian kala cakra.

"Hmmm... apakah di alam astral ini semua diselesaikan dengan pertarungan, yah... beginilah perkerjaan penjelajah alam astral, disini tidak ada sogok menyogok, jilat menjilat dan saling menjatuhkan, semua diselesaikan secara jantan dan satu lagi disini tidak ada perebutan jabatan seperti dunia kita" pikirku.

"Mari kita pergi ke arena pertarungan" ajak dewi laksa.

Kamipun mengikuti arah dewi laksa melangkah, menuju arena pertarungan yang di katakannya.

Sampai di satu sisi istana, kami berhenti disebuah tanah lapang berpasir.

"Di sinilah kau akan bertarung ksatria laduni" sahut dewi laksa.

"Baiklah dewi, mana ksatriamu" jawabku.

"Hahaha... rupanya kau sudah tidak tahan untuk bertarung, panglima hazam... hadirlah....!" teriak dewi laksa.

Tak lama, tiba-tiba angin kencang berputar menggulung pasir seperti puting beliung di tengah gurun pasir, perlahan puting beliung hilang dan muncullah ksatria yang di panggil panglima hazam oleh dewi laksa, panglima ini berbadan kurus ceking, dengan rambut panjang terurai sampai ke pinggang.

Karena lawanku sudah menunggu di tengah arena akupun segera melipat kedua tanganku dan menunduk kepada baginda untuk mohon izin bertarung, baginda hanya menganggukkan kepala, aku melesat ke arah lawanku.

"Mari sahabat panglima hazam, seranglah aku sesuka hatimu...!"

Tanpa menjawab teriakanku, panglima hazam melesat kearahku laksana anak panah lepas dari busurnya dan langsung menyerangku dengan tangan kosong.

"Wuuttt, wuut" Sambaran tangannya menegeluarkan aura dingin yang keras, nyatanya lawanku ini bukan panglima biasa dia mempunyai energi yang sangat tinggi, karena beberapa kali sabetan tangannya meleset, dia melompat tinggi dan turun dengan posisi kepala di bawah, gerakan tangannya cepat sekali sehingga mengeluarkan suara menderu, saat dekat ke tubuhku serangan langsung di lancarkan, gerakan tangannya bolak balik tiada hentinya, sehingga membungkusku dalam serangan yang mematikan, sasarannya semua titik vital yang jika terkena sekali saja di pastikan aku akan ambruk.

Meskipun dia tidak menggunakan bantuan senjata tapi jari-jari tangannya melebihi kekuatan dan ketajaman sebilah golok bahkan pedang.

Dalam waktu lima menit saja aku sudah terdesak, karena dari tadi aku hanya mengambil posisi bertahan sehingga menyebabkan aku selalu bergerak mundur, akibanya ruang gerakku semakin sempit dan kepepet karena ternyata di belakangku ada sebuah batu besar yang membatasi gerak mundurku.

Aku tidak bisa bertahan dengan posisi ini lebih lama lagi, batasku adalah batu di belakangku, sedangkan serangan panglima hazam semakin menggila, sabetan tangannya bak ribuan anak panah yang menderu tiada hentinya.

"Dug!" Punggungku sudah menyentuh batu besar di belakangku, saatnya bagiku untuk membuka serangan.

"Hiiiyaaaaa....." ku hentakkan kedua tanganku kedepan membuat serangan balasan, tapi tak kusangka pada saat itulah panglima hazam berkelit kekiri dan breeet...! robeklah lengan bajuku dan dua jari panglima hazam mengenai lengan kiriku dengan meninggalkan dua goresan bekas kukunya.

Rasa perih dan ngilu serta merta menjalar kesekujur tubuhku, nyatalah kalau kuku itu sebenarnya senjata lawanku ini, kuku itu mengandung racun yang luar biasa.

"Hmmmm... aku harus mundur menjauh untuk menetralisir racun ini" pikirku.

"Hufff... hiyaaaa" aku melompat menjauh dan dengan cepat mengalirkan energi cakra tirta maya keseluruh tubuh.

"Syukur aku mempunyai ajian cakra tirta maya, sehingga pada dasarnya semua jenia racun bisa ku netralkan dengan cakra ini"

Melihat aku masih dalam keadaan baik-baik saja setelah terkena racunnya, panglima hazam kembali melesat dan menghantamkan kedua tangan-nya, tanpa persiapan aku langsung menyambut serangan itu dan ajian pukulan tapak budha mengalir otomatis di tanganku.

Dua pukulan yang mengandung energi sangat besar bertemu duuuaaarrrr... laksana bertemunya dua batu besar.

Si panglima terpental jauh, karena terdorong oleh energi tapak budhaku, dan akupun tersurut beberapa langkah.

Bukan main geramnya panglima hazam yang mungkin jarang mendapatkan lawan yang setara dengannya.

Terlihat dia meluapkan emosinya, diangkatnya batu besar yang tadi berada di belakangku sekarang berada di belakangnya, di lemparkannya batu itu ke arahku, saat batu itu sudah hampir sampai padaku, aku langsung melesat menghindar dan.. duuuarrr... batu itu mengenai batu lainnya di dekatku, tak bisa kubayangkan bagaimana jika batu itu tadi mengenaiku.

"Hmmm... aku unggul satu langkah, ternyata panglima ghaib ini gmpang sekali tersulut emosinya, mungkin semakin ku buat kesal maka emosinya akan semakin naik dan akan lebih mudah bagiku untuk mengalahkannya, soalnya aku tidak di perbolehkan menggunakan perisai kala cakra aku harus mencari cara lain untuk mengeksekusinya" pikirku.

Panglima hazam diam sejenak sepertinya dia akan melakukan pemanggilan dan.. blazzzz... benar saja sebuah pedang berukuran besar muncul di tangannya.

Aku yakin dengan adanya senjata di tangannya, serangan yang di lancarkan tentu akan lebih dahsyat, dengan tangan kosong saja dia berhasil melukaiku apalagi jika sudah ada senjata di tangannya.

Belumpun sempat aku membuat strategi 'hiyaaaa....' teriakan lantang panglima hazam menerjang ke arahku, kembali pertarungan kami terjadi, lagi-lagi aku kerepotan menghadapi serangan lawanku.

Sabetan pedangnya cepat sekali, silat melayu yang kugunakan hanya mampu untuk bertahan, tak ada kesempatan satu kalipun untuk ku melakukan serangan balik.

Satu titik waktu 'aaggghhh...' saat aku mengelakkan sabebatan pedang ke leherku, saat itulah sebuah bogeman mendarat di dadaku.

Aku tersurut beberapa langkah kebelakang 'huh....!' nyeri juga rasanya dadaku, tapi aku tidak merasakan kalau bogeman tadi membahayakanku.

"Agh...!, pertarungan ini membuatku kesal juga, sudah dua kali aku diberinya kenang-kenangan namun aku belum bisa memberi kenangan balik, malu juga rasanya disaksikan oleh baginga maharaja sakti dan adindaku nyai seruni, hmmm... apakah dewiblaksa sengaja mempermalukan ku dengan melarangku menggunakan perisai kala cakra" pikirku.

"Hmmm... bukankah aku pernah dititipi ilmu usuran besi oleh kakek leluhurku pendekar sangkar besi saat aku menundukkan seruni dan waktu pertama aku bertemu dengan leluhurku itu, yang jika sudah diaktifkan akan membuat aku kebal terhadap semua senjata yang terbuat dari besi, seperti keris, pedang, golok"

"Baiklah... tapi bagaimana aku belum diberitahu kunci pengaktifannya"

"Cukcuku...!, ikuti kata-kataku..." sebuah suara yang tidak asing bagiku, siapa lagi kalau bukan leluhurku pendekar sangkar besi.

"...sanggau pejerau pitungatus, tahan tikam sangkar besi, berderai baja di langit, turun serta baju besi, min... guru besi, akulah pemakai baju besi, berkat Laaillahailallah......"

Rupanya leluhurku tahu kalau saat ini aku membutuh kunci ilmu busuran besinya, setelah pembacaan kunci ilmu selesai aku merasakan terjadi sesuatu dengan tubuhku, seluruh kulit badanku terasa menjadi tebal dan kebas tidak seperti tidak bisa merasakan apa-apa jika disentuh, aku yakin inilah reaksi energi ilmu ajian usuran besi yang kuncinya baru kuterima.

"Baiklah panglima mari kita lanjutkan pertarungan ini"

"Hiiiyaaaa...." aku melesat kedepan menuju lawanku, tanpa ragu aku membuka serangan, aku sudah tidak kawatir jika nanti terkena sabetan pedang lawanku.

Aku membalas semua serangan panglima dan dalam titik waktu.. "triiiinnngggg...!" lenganku beradu dengan pedang panglima hazam, benturan terjadi kuat sekali sehingga menimbulkan suara berdering bak dua logam keras berbenturan.

Jujur saja aku sebenarnya terperangah dengan kejadian barusan dan takjub dengan ajian usuran besi yang ternyata sangat berguna untukku.

"Hah...!, sekarang giliranku di atas angin tanpa ragu akan terluka, kulancarkan serangan terbaikku, sabetan-sabetan pedang sekarang sudah tak ku elakkan, semua kusambut dengan tangkisan, satu kesempatan kudapat, tangan kiriku menangkis sabetan pedang dan bogemku arahkan ke leher panglima"

"Jedug..." bogemku berhasil mendarat di leher lawanku, panglima tersungkur, pedangnya berhasil kurebut dan "trang...!" pedang ku hajar dengan tinju dan patah menjadi dua.

"Bangunlah panglima, pantang bagiku menyerang lawan yang sedang jatuh"

Panglima kembali bangkit dan mundur beberapa langkah, dia bersiap seperti akan mengeluarkan sebuah ajian.

"Pukulan penghacur sukmaaa....!" teriak nyaring panglima hazam.

"Hmmm... dari namanya sepertinya ajian ini khusus untuk menghadapi lawan-lawan yang berasal dari dunia real, karena lawan dari dunia real lah yang berbentuk sukma sedang lawan dari dunia astral murni ghaib"

Dihentakkannya kedua tangannya, dunia larik sinar hitam muncul melesat cepat kearahku, aku terpaksa melompat jauh untuk menghindari kedua sinar yang datang.

Kupersiapkan energi untuk melepaskan pukulan tapak budha, sedangkan panglima hazam kembali melepaskan dua sinar hitam penghancur sukma, pukulan tapak budha kulepaskan dengan energi total "hufff...hiyaaaa" bles..bles...bles... tiga bayangan energi tapak budha kulepaskan memapas dua sinar penghancur sukma.

"Jedaarrrrr" saat berpapasan kedua energi terdengar suara ledakan, dua tapak budhaku lenyap bersama dua sinar penghancur sukma.
Naas bagi panglima hazam satu pukulan tapak budhaku lolos dang menyongsong panglima hazam.

Panglima hazam terperangah dan "....aghhhhh....!" panglima hazam tak sempat menghindari tapak budhaku. Dia kembali terpental beberapa langkah kebelakang.

Kali ini dia bangkit dengan cepat, dan kembali melakukan posisi pemanggilan "hmmmm... senjata apa lagi yang akan digunakannya, aku sudah mulai berniat untuk mengakhiri pertarungan ini, kuharap ini senjata pamungkasnya sehingga aku bisa mengeksekusi secepatnya"

"Blazzzz..." sebuah tombak muncul di tangan panglima hazam dan bersiap untuk dilemparkannya kearahku, aku yakin itu bukanlah tombak biasa karena tombak itu mengeluarkan cahaya berwarna kebiruan, dan bentuk gagangnya bersisik seperti ular.

"Ini adalah senjata jarak jauh, trisula siwa yang akan menyambutnya" Aku berniat memanggil trisula siwa, kebetulan bagindamaharaja sakti sang pemilik sebenarnnya ada di sini, aku melihat kearah leluhurku itu, diapun mengerti keinginanku dan menganggukkan kepala.

"Salam dewa siwa, omm swastiastu, trisula siwa muncullah...!"

"Blazzz..." sebuah trisula berwarna kuning yang mempunyai bandul gendang kecil di gagang dekat matanya muncul di genggamanku.

Disisi lain lawanku sudah melemparkan tombaknya, tombak melesat dengan cepat, kupapas dengan lemparan trisula dan tidak lupa kusertai dengan ajian tapak budha.

Kedua senjata berpapasan di tengah "duarrttt....!" ledakan kembali terjadi, sebenarnya ajian tapak budhalah yang berbenturan dengan tombak panglima hazam, sedangkan trisulaku tetap melesat kearah lawanku.

Panglima hazam kembali terperangah, trisulaku pas mengarah kelehernya, detik-detik akan tewasnya sang panglima kerajaan dewi laksa tiba.

Sesaat trisulaku sampai keleher lawanku "bles...bless...!" dua sinar kuning yang kulihat berasal dari jentikan jari baginda maharaja sakti. "tranggg...." sinar itu mengenai trisulaku sehingga trisulaku sedikit berbelok dan nyaris menancap di leher panglima hazam.

"Hentikan pertarungan....!" sebuah teriakan nyaring berasal arah belakagku yang tidak lain adalah suara dewi laksa.

"panglima hazam... kembalilah ke tempatmu dan berisirahatlah..." teriakan susulan dewi laksa.

Mendengar perintah junjungannya, panglima hazam lekas melesat kearah istanah dan menghilang. Akupun kembali ke hadapan baginda, dewi laksa dan seruni yang dari tadi menyaksikan pertarungan kami.

Aku membuka suara sambil membungkuk menjura "baginda maafkan aku, kenapa pertarungan di hentikan, bukankah belum ada pemenangnya ?"

"Kaulah pemenangnya ksatria laduni, bukankah begitu dewi ?" jawab baginda sambil melihat kearah dewi laksa.

"Benar baginda, ksatria laduni adalah pemenang pertarungan tadi, terima kasih telah menyelamatkan panglima hazam, karena aku tahu kehebatan trisula itu jauh diatas senjata-senjata yang dimiliki panglimaku"

"Nah... kalau begitu kabulkanlah permintaan ksatria laduni"

"Baiklah baginda, dengarlah wahai ksatria laduni... aku membebaskan manusia yang kau bawa untuk memegang cupu mahkota naga raja, dari perjanjian ghaib atas kelalaianya"

"Terimakasih dewi"

"Dan kuburlah benda itu di tepi pantai tempat kerajaanku berada"

"Baik dewi"

"Baiklah semua sudah selesai, aku akan kembali ke istanaku"

"Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam"

Baginda maharaja sakti melesat dan menghilang dari pandangan mata.

"Sahabatku dewi laksa, kamipun undur diri untuk kembali" sahut seruni.

"Baiklah Nyai, silahkan, untukmu ksatria, pintu istanaku selalu terbuka" jawab dewi laksa bibir tipisnya tersenyum penuh misteri dibalik ucapannya, seruni membuka portal astral blazzz...kami melompat kedalam lorong portal"

Singkat cerita, keesokan harinya aku memanggil kokoh dan istrinya datang kerumahku, cupu mahkota naga raja kuambil alih dan kukubur di tempat yang sudah ditentukan dewi laksa.

"Keabadian hanya kekayaan iman, harta benda adalah semu hanya sebatas makan, mimum, pakai dan lihat. sedangkan kekayaan iman ada di dalam hati yang paling dalam, yaitu di dalam qalbu ada hati, di dalam hati ada nur, di dalam nur ada sir, di dalam sir ada rahasia, wallauhualam"

SALAM RAHAYU

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close