PORTAL LADUNI (Part 3) - Pertarungan vs Khodam Kunti
Pada tahap ini banyak sekali peristiwa gaib dan pertempuan gaib yang akan terjadi, dikarenakan aliran yang aku jalani adalah laduni dan bersifat titipan maka semua ilmu yang aku dapatkan akan di uji disini, aku di uji dengan jumlah penyakit atau pasien sebanyak 21 orang. Dari 21 inilah nanti akan dilihat sudah setinggi apa kemampuan spiritual dan supranaturalku, Kejadian-kejaadian ini nyata aku jalani, cerita akan banyak berhubungan dengan individu dan dan nama suatu daerah dan untuk melindungi privasi individu lain maka nama dan tempat akan sedikit disamarkan.
Cerita ini nanti juga mungkin berkaitan dengan agama atau kepercayaan tertentu, tapi penulis tidak bermaksud untuk membentuk suatu dogma atau pengkultusan sebuah ajaran agama tertentu. Mari kita sikapi dengan fikiran dewasa, dan apabila nanti terjadi pertentangan antara pemahaman penulis dan pembaca, penulis mohon agar pertentangan itu cukup di dalam hati saja dan anggap ini hanya sebatas cerita fiktif belaka.
Salam rahayu.. Selamat berpetualang di dimensi astral bersama saya.
PERTARUNGAN DENGAN KHODAM KUNTI DARI BALI
JEJAKMISTERI - Sore itu, sehabis maghrib aku duduk bersantai dengan anak dan istriku, di teras samping rumahku, tidak seperti biasanya karena biasanya aku menghabiskan waktu senggang antara adzan magrib dan isya aku habiskan di sajadah dengan berzikir/wirid untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tiba-tiba ada sebuah sepeda motor matic parkir di depan rumahku, motor itu ditumpangi sepasang suami istri dan seoarang perempuan sekitar umur 17 tahunan. "Assalamu’alaikum… mas numpang nanya ini rumahnya pak Dinar yah.."
”Waalaikumsalam iya benar pak, saya orangnya, masuk pak..” sambil aku menunjuk kearah pintu teras depan rumah, lantas kupersilahkan duduk mereka duduk berbaris bersandar di dinding. Memang ruang tamu rumahku tidak di lengkapi kursi atau sofa, biar lebih luas dan enak hanya di kasih ambal oleh istriku dan sebuah meja pendek bebentuk bundar.
Dengan nada yang pelan dan menghiba laki-laki itu bercerita tujuan mereka datang kerumahku, mereka dulu tinggal di tanggerang banten dia kerja di salah satu pabrik sepatu, dan anak yang dibawanya itu adalah anak tertuanya. Sekarang mereka sudah memutuskan pulang dan membangun rumah di Bengku*lu, adapun yang menjadi fikiran mereka adalah anaknya itu sebut saja indah (nama samaran), pada waktu masih di tangerang dia mengalami kejadian pelecehan seksual oleh tetangganya yang sudah berumur, dia hampir diperkosa untung saja kejadian itu bisa digagalkan karena ada yang melihatnya.
Nah, setelah kejadian itu Indah selalu berdiam diri, tidak mau bicara, bahkan sering menangis sendiri seperti kesurupan, dan sudah tidak mau datang kesekolah lagi padahal sebentar lagi dia ujian SMA. Demi anaknya itu mereka memutuskan untuk pulang dari perantauannya ke kampung halaman, namun setelah beberapa bulan tinggal di be*gkulu anaknya tidak ada perubahan sama sekali bahkan pakaian sekolahnya pun dibakarnya sendiri, "dua hari yang lalu saya bertemu dengan seseorang katanya coba bawa anakmu ke rumah bang Dinar terus dia menunjukkan alamat ini seperti itu bang ceritanya."
Oh.. saya juga sempat berfikir siapa yang memberitahu dia itu dia sudah bilang ciri-cirinya tapi tetap aku tak bisa menerka orangnya. "Begitulah bang.. kami sekeluarga minta bantuannya bang, supaya anak kami bisa normal lagi, karena kasian sebentar lagi dia mau ujian sekolah paling tidak dia bisa ikut ujian dulu bang"
Setelah itu,aku menjawab,
"Gini pak saya tidak punya ilmu atau pengalaman tentang urusan beginian, tapi jika bapak yakin saya akan mencoba semampu saya atas dasar ikhlas karena Allah. Semoga do’a kita di ijabah-Nya."
"Iya bang kami yakin ini petunjuk buat kami bang, kami sudah menemui beberapa dukun dan orang pintar tapi tidak ada perubahan malah tingkah laku indah makin aneh." katanya.
"Sebentar ya pak…" kataku memberi isyarat untuk tenang. Dalam hati aku bingung harus berbuat apa ini ujian pertamaku, belum ada pengalaman lalu aku mengambil hp dan Headset untuk menelpon pembimbingku.
“Hallo.. Assalamu’alaikum dang… walaikum salam ada apa din?"
Kuceritakan kalo aku didatangi orang dan tujuan orang tersebut datang.
Dia hanya menjawab, “Ya.. lanjutkanlah..." tambah bingung aku jadinya.
“Din… saya akan mengawasi kamu dari sini, keselamatan kamu dan keluarga sudah kami yang bertanggung jawab, tenang saja, kamu lakukan apa yang kalbumu katakan nanti, mintalah agar Allah memberikan petunjuk itu.” katanya.
"Baik dang..!"
Lalu aku minta indah duduk di depanku, awalnya dia tidak mau karena memang dari tadi dia menatapku dengan sorotan tatapan tajam dan liar yang penuh dengan kebencian entah apa penyebabnya aku sendiri tak tahu. Setelah di bujuk ibunya akhirnya diapun menuruti duduk di depanku, aku memejamkan mata dan konsentrasi, hanya do’a yang bisa aku panjatkan untuk meminta agar sang illahi memberikan petunjuk padaku, sejenak aku brkonsentrasi dan tiba-tiba blas…..! aku seolah sedang melihat sebuah televisi yang berlayar datar dan lebar tapi tv-nya masi berwarana hitam putih.
Di layar tersebut aku melihat sosok indah, seolah sedang memutar video flashback gambarnya mundur sampai ke satu titik yaitu waktu pelecehan yang terjadi padanya, gambar itu di mulai kembali, beberapa kejadian terekam disitu, sampai pada suatu titik yang agak aneh menurutku, disitu dia sedang duduk di bawah pohon besar seperti pohon beringin di sekeitarnya ada beberapa pohon seroja, dan di belakang indah berdiri sesosok perempuan berbaju putih, rambutnya terurai, hmmm… pikirku disinilah dia mulai diikuti oleh makhluk astral itu. Disisi lain aku juga melihat beberapa wujud yang sama, kelihatannya lokasi tersebut memang tempatnya kampung kuntilanak pikirku.
Aku langsung menutup layar tersebut dan membuka mataku, aku ingin membangkitkan makhluk yang ada di dalam diri indah supaya bapaknya bisa berdialog dengan makhluk tersebut, tapi nanti dia akan kesurupan pikirku, agh… biarlah yang penting orang tuanya bisa puas, Aku lantas mulai dzikir di dalam bathinku, beberapa saat terlihat indah seperti gelisah dan kepanasan, tangannya seperti mengejang, dan tiba-tiba aku di kagetkan ada suara muncul dari dalam bathinku, “Cukup...! jangan kau bangkitkan di rumahmu karena nanti ada efek ke keluargamu, bangkitkan iya di rumahnya” seketika aku langsung hentikan dzikirku, aku tau itu adalah suara seruni, aku tidak berani melawan perintahnya karena sepertinya seruni memperingatkan ada efek negatifnya.
Lalu kusampaikan kepada bapaknya,
"Ini prosesnya tidak bisa dilakukan sekarang, besok sehabis isya saya yang akan datang kerumah bapak, untuk melanjutkannya."
"Iya bang" jawabnya, terus dia bertanya,
"Untuk malam besok apa yang harus kami siapkan bang.?"
Kembali aku membatin dan kudengar suara seruni,
"Kembang 7 rupa harus ada kantil dan melati, minyak misik hitam, minta di sediakan kamar khusus" itu katanya lalu kusampaikan pada mereka, singkat cerita mereka pun pamit pulang.
“Pengetahuan yang besar adalah pengetahuan yang diiringi dengan rasa takut”. (Al-Hikam)
Sesampainya dirumah indah aku langsung disambut oleh bapaknya, kulihat di dalam ada beberapa orang sepertinya tetangganya.
“Indah-nya ada di kamarnya bang” suara ibunya sambil menunjuk ke sebuah kamar.
"Biarkan saja bu" jawabku.
"Apa pesanan saya sudah di siapkan pak?"
"Sudah bang, itu semua sudah siap dikamar itu,"
"Baik pak aku numpang ke kamar mandi ya untuk wudhu, karena tadi aku kentut di jalan." aku ditemani bapaknya ke belakang kamar mandi untuk berwudhu.
Aku masuk sendirian di kamar yang sudah disiapkan oleh yang punya rumah sesuai pesanan sarana yang di pesan sudah siap di dalam sebuah nampan, aku mengambil sebuah dupa kerucut dari tasku dan kubakar. Lampu kamarnya terang sekali jadi supaya lebih konsentrasi kumatikan lampunya. Sesaat aku duduk bersila, suasana mulai terasa aneh, angin sayup sudah mulai terasa berhembus menerpa tubuhku, beberapa kelebatan bayangan mulai terlihat dan tiba-tiba blas… aku sudah berada di sebuah lokasi hutan yang lembab sedikit sekali cahaya matahari yang bisa masuk, hutan ini terselubungi kabut dan suhunya dingin sekali, sampah dedaunan yang jatuh tebal sekali dan terasa lembab laksana habis diguyur hujan. Yang lebih kaget lagi ternyata keberadaanku bersama seruni, iya memegang tangan kiriku, itu kusadari setelah iya melepaskan tanganku.
Sekitar 100 meter kami melangkah tanpa tau arah, kami hanya mengikuti kearah lokasi yang lumayan terang saja, sampai dilokasi itu pemandangan mistis pun kami temui, tidak kurang seukuran lapangan bola kaki kami melihat hamparan batu-batu besar yang diselimuti lumut dan sangat licin jika dipijak. Ditengah lapangan ada sebuah batu yang datar dan berbentuk altar yang berada di bawah sebatang pohon karet merah yang akar anginnya sudah sampai ketanah, disana kami melihat ada seorang gadis yang sedang bermain di atas ayunan yang terbuat dari akar pohon tersebut, aku bertanya kepada seruni, "Apakah gadis itu indah? iya benar." jawab seruni.
"Kalau begitu ayo kita bawa dia pulang." kataku.
"Tunggu.. lihat di diatas pohon itu.." sambil seruni menunjuk keatas pohon, benar saja aku melihat beberapa sosok perempuan lagi, beberapa berpakaian putih dan ada juga yang berpakaian merah menyala.
"Gadis itu sekarang berada dalam pengawasan mereka, mereka bertujuan untuk menjadikannya sebagai teman anggota mereka, salah satu sukmanya sudah dibawah kesini dan sukma di dirinya sudah digantikan oleh salah satu dari mereka." mendengar penjelasan seruni aku tau ini akan terjadi pertempuran dengan bangsa dedemit yang sebenarnya, karena tugasku adalah membawa pulang sukma indah.
"Kita akan mendekatinya berhati-hatilah karena mereka sudah mengetahui kedatangan kita." kata seruni sembari bergerak kedepan, entah dengan lincahnya aku melompat dari batu-kebatu tanpa terpeleset, badanku terasa ringan sekali dan mampu mengimbangi pergerakan seruni, sekitar 20 meter berjarak dengan indah tiba-tiba sesosok wanita perpakaian putih menyambut kami dengan serangan yang sempat membuatku kaget dan hampir mengenaiku, sontak seruni langsung menepis serangan itu dengan selendangnya, "jangan lengah" kata seruni. Sedikit rasa malu mendengar perkataan seruni, "aku di lindungi seorang wanita." pikirku.
Baiklah memang seharusnya ini pertempuranku, sesaat aku berdo’a agar diberikan kekuatan oleh sang pemilik kekuatan. Musuh kami sudah bertambah menjadi 3 orang, dengan lincahnya kami bertarung sambil beberapa pukulan kami sudah bersarang di tubuh lawan, selendang seruni menari kesana kemari, mengibas, setiap kibasan selendang itu menimbulkan sinar berwana merah, dua lawanku telah behasil aku lumpuhkan dan terbang kembali ke atas pohon, lalu turun lagi dua, tiga, empat sosok wanita yang semua berpakaian berwarna merah, pikirku sepertinya yang berpakaian merah ini lebih hebat dari yang berpakaian putih tadi.
Benar saja mereka menyerang tidak menggunakan fisik, dari posisi kuda-kudanya sepertinya mereka sedang bersiap-siap untuk mengeluarkan sebuah ajian serangan jarak jauh, dan perlahan dari tangan mereka yang mereka satukan keluar asap kabut berwarna hitam, asap itu bergerak kearah kami, melihat hal itu akupun sudah menyiapkan ajian kala cakraku yang bisa di pakai sebagai perisai membentengi kami, sinar kala cakraku sudah mulai bergerak kedepan membentuk sebuah gear atau roda gigi yang besar berputar dengan kencangnya, dan kabut hitam tadi menerpa perisaiku dan blas…. kabut tersebut menjadi buyar, kuarahkan perisaiku kearah keempat perempuan itu, secepat kilat kala cakraku menghantam mereka tanpa sempat mengelak kabur keatas pohon seperti yang sebelumnya, terdengar teriakan histeris dari mereka dan tiba-tiba menghilang. Dan kala cakraku kutarik mendekat kearah kami lagi.
Dari atas yang paling tinggi turun sesosok lagi perempuan yang berpakaian merah, tapi agak sedikit berbeda perempuan ini cantik sekali, hampir mengalahkan kecantikan seruni, pakaianya sedikit dihiasi dengan manik-manik berwarna emas, yang satu ini tidak langsung menyerang kami,
"Kalian telah membinasakan empat saudariku, maka salah satu dari kalian harus tinggal disini sebagai gantinya." katanya dengan suara keras.
"Tujuan kami kemari bukan untuk mencari permusuhan dengan bangsa kalian, kami hanya ditugaskan membawa sukma anak manusia yang kalian tahan disini, maka izinkanlah kami membawanya pulang, kasihanilah orang tuanya, di dunianya dia mempunyai masa depan sebagai manusia normal, jangan kalian siksa dengan menawan sukmanya, apa salah dia.” jawabku.
"Tidak anak itu sudah menjadi milik kami, kami yang telah menghiburnya dari kesedihan yang disebakan oleh bangsa kalian sendiri, jika ingin membawaya maka kembalikan keempat saudari kami."
"Berbicara percuma mereka bukan golongan yang bisa di bujuk, kalahkan dia itulah caranya, selama kau bertarung aku akan mengambil gadis itu." kata seruni.
Tiba-tiba sebuah sinar hitam sudah mengarah padaku, dengan cepat kami menghindar, seruni sengaja melompat lebih jauh dari arena pertarungan agar dia bisa bergerak ke arah indah, serangan terhadapaku datang bertubi-tubi seolah tidak memberikan kesempatan untukku memberikan serangan balik, aku hampir terkena serangan berkali-kali. Dengan bermodalkan perisai kala cakra aku berusaha menepis semua serangan jarak jauh itu, sinar hitam, kuning, biru bergantian menyerangku, aku berpikir adakah ilmu atau ajian lain yang kumiliki? aku teringat waktu itu aku juga dititipi sebuah keris oleh paduka maharaja sakti, seketika aku membatin dan ku panggil keris itu, dan blas… keris itu sudah berada di tanganku, ku arahkan kala cakraku kearah lawanku dengan secepat kilat perisai itu melesat, tapi bisa dihindari oleh lawanku, lalu kucabut kerisku dan tiba-tiba keluar cahaya kuning melesat ke arah lawanku, dua seranganku bisa di tepisnya, kembali aku membatin agar khodam keris itu muncul dan membantu dalam pertarunganku, dan seketika munculah seekor ular naga bersayap, "inilah lawanmu wahai ratu kuntilanak." pikirku.
Naga emas itu langsung menyerang lawanku bertubi-tubi, kulihat dia mulai kerepotan melawan serangan nagaku, saat ada kesempatan aku langsung mengarahkan perisai kala cakraku yang dari tadi memang masih aktif menunggu perintahku, dan benar saja kala cakraku bisa mengenai dada perempuan itu, ia terpental jauh dan tidak kembali seperti telah melarikan diri. Disisi lain seruni sudah berhasil membopong sukma indah. Dan kami segera pergi meninggalkan tempat itu kearah hutan tempat pertama kali kami muncul. Dan sesaat kami sudah berada di kamar rumah tempat aku duduk bersilah, kubuka mataku tapi aku tidak melihat sosok seruni dan indah.
"Cepatlah keluarkan makhluk yang ada di dalam dirinya." terdengar suara seruni olehku.
Aku langsung bergegas keluar kamar dan meminta agar indah segera di bawa keluar dari kamarnya, sambil meronta-ronta indah di bawa keruang tamu, aku langsung meminta segelas air dan air itu kuberi asma ayat kursi dan al-fatiha, dan aku alirka tenaga murniku, lalu kusuruh di minumkan dan di usapkan ke ubun-ubunnya, kutarik keluar makhluk yang ada didalam tubuhnya dan sesaat terdengar suara pekikan yang nyaring yang cukup membuat merinding yang ada disitu, dan tubuhnya pun lemas terkulai, pikirku dia sudah keluar dan sukmanya sudah kembali.
Terima kasih ya Allah engkau telah memberikan kekuatan agar aku bisa menyelesaikan tugasku.
***
Pertempuran dengan jin timur tengah (turunnya ajian cakra manggilingan dari sunan kalijaga)
"Barang siapa yang menjadikan burung gagak sebagai dalil, maka ia akan membawanya melewati bangkai-bangkai anjing." (iman Asy Syafi-i)
Tiga hari selang peristiwa pertempuran dengan ratu kuntilanak. Siang itu aku menerima telpon dari sesorang,
"Hallo assalamu'alaikum.."
"Walaikum salam.." jawabku.
"Ini pak Dinar kah?"
"Iya, ada apa ya bu ?"
"Gini pak saya saya disuruh pak war*in dari jam*i menghubungi bapak, katanya dia tidak bisa datang Ke bengkulu," mendengar nama itu aku langsung tau kalau ini adalah masalah gaib. Minimal ngobatin orang sakit.
"Dia ngasi nomor hp bapak ke saya,"
"Iya bu memang ibu ada masalah apa ?"
"Panjang ceritanya pak, ini masalah suami saya, sekarang dia lagi sakit, apa bapak bisa datang kerumah saya sekarang ?"
"Oh,, iya bu ini saya lagi kerja saya bisa datang nanti malam habis isya bu gimana ?"
"Baiklah pak tidak apa-apa nanti saya sms kan alamatnya, benar ya pak kami tunggu dirumah kami,"
"Baik bu." balasku.
Jam 4 sore aku sudah pulang dari kerja, aku berpikir sebaiknya aku menelpon pembimbingku dulu untuk meminta petunjuk darinya karena ini adalah informasi dan rujukannya. Panjang lebar kami berbincang banyak saran-saran yang kudapatkan darinya yang belum tentu aku dapatkan dari seorang guru sekalipun, ternyata bagiku bukanlah hanya sekedar pembimbing tapi lebih bahkan sepatutnya dia menyandang gelar guru bagiku.
"Dinar..! ini ada petunjuk dari kanjeng sunan kalijaga yang juga merupakan guru saya, nanti setelah sholat maghrib kamu duduk sebentar dan siapkan hp dan headset, saya akan mentransfer ajian cakra manggilingan, yang dulu saya dapatkan dari beliau, mungkin auranya agak panas, saya akan mentransfer separuh dari energi ajian cakra manggilingan dan untuk memperkuatnya nanti kamu lakukan sendiri." “Baik dang..” jawabku. Hati-hati dalam deteksi gaib, malam ini lawanmu lumayan berat, bila perlu gunakanlah ajian cakra manggilingan itu, apa lagi kalau nanti lawanmu banyak.
Aku bersiap-siap untuk menuju rumah ibu yang menelponku tadi siang, benar saja ternyata aku sudah di tunggu oleh keluarga besar mereka, kulihat di ruangan tamunya agak ramai tapi itu semua anggota keluarganya. Di sebelah dinding ruangan kulihat ada sebuah tempat tidur dan di atasnya ada seorang lelaki paruh baya yang seperti sedang sakit, aku langsung di suruh menghampiri lelaki yang terbaring itu. Lelaki itu tidak tidur iya selalu mengigau tapi tidak jelas apa yang di katakannya, tangannya mengipas-ngipas seperti kepanasan, sorot matanya kosong, rupanya dia sudah tidak bisa mengenali orang lagi. Aneh juga padahal katanya baru tiga hari sakit tapi sudah tidak bisa mengenali orang-orang terdekatnya, kalau melihat dari fisik ia masih cukup sehat, badanya tidak kurus, masih gempal dan perutnya pun masi buncit normal dan tidak keras, hanya saja kulitnya memang sudah sangat pucat apalagi kalau memang dia tergolong mempunyai kulit putih.
Kucoba meminta air segelas dan kualiri dengan tenaga murni, air tersebut kusuruh di minumkan dan di usapkan kedadanya, ternyata sangat sulit untuk menyuruhnya minum setengah gelas saja, terpaksa pakai sendok makan seperti bayi, dan dadanya setelah di usap dengan air tersebut menimbulkan warna merah, melihat hal itu aku langsung mundur dan meminta istrinya untuk menceritakan awal mula kejadiannya, kemudian istrinya bercerita, Suaminya baru pulang dari umroh ke tanah suci, tapi dia berangkat tidak pamitan dengan keluarganya orang tua, istri dan anak-anaknya. Dan setelah pulang sesampainya di rumah tiba-tiba dia ambruk dan sampai sekarang belum bisa sadar pikirannya.
[BERSAMBUNG]
*****
Selanjutnya
*****
Sebelumnya