Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PORTAL LADUNI (Part 4) - Pertarungan vs Jin Timur Tengah dan Turunnya Ajian Cakra Manggilingan

Assalamu'alaikum, salam sejahterah, omswastiastu..

Part ini berisikan cerita lanjutan 'Part 3' dimana dimulainya penggemblengan ilmu pengobatan non medisku, di part ini aku kehilangan sahabat karib-ku, hal ini menyebabkan hilangnya kepercayaan diriku sebagai seorang spiritual laduni karena ketidak mampuanku untuk menyelamatkan sahabatku sendiri.

Disini pun banyak pelajaran yang ku terima, betapa penyakit yang di sebabkan faktor non medis bisa menjadi penyakit medis yang sangat berbahaya bagi keselamatan orang yang terkena. Bahkan bisa menyebabkan kematian, pada dasarnya memang mahkluk gaib tidak bisa secara langsung membunuh manusia karena berbeda secara alam dan fisik mereka tidak bisa menyentuh tubuh kita dan sebaliknya, tapi jangan lupa kalau kita juga mempunyai tubuh astral yang terkoneksi dengan tubuh fana kita, yang bisa menjadi media makhluk lain untuk menanamkan bibit penyakit, sehingga penyakit yang di timbulkan itulah nanti yang akan membunuh kita, jadi yang membunuh bukanlah makhluk gaibnya tapi penyakitnya.

Mungkin ada agan-agan yang sependapat denganku.. bagi yang tidak ya tidak apa, mari kita nikmati pertualangan ke dimensi astral berikutnya.


JEJAKMISTERI - Mendengar cerita tersebut aku mencoba menembus ke dalam batin lelaki tersebut, yang kudapatkan hanya pemandangan aneh, sebuah padang pasir yang sangat luas, cahaya matari terik, tak ada tanda-tanda kehidupan di sana, langsung kututup penerwanganku, sepertinya orang ini sudah mati pikirku, tapi siapa yang ada didalam jasadnya? kenapa dia masih seperti bernafas walaupun tersengal-sengal dan sesak, secara kasat mata dia masi hidup. Terus apakah mungkin aku mengatakan keluarganya kalau dia sudah mati sedangkan menurut penglihatan mereka dia masih hidup, tentu nantinya aku yang mereka bilang sakit bukan suaminya. Jadi bingung harus mengatakan apa, sejenak aku berfikir sambil terdiam... akhirnya aku beranikan memberi penjelasan, "Bu... keberadaan saya disini ditugaskan pembimbing saya untuk membantu menyelesaikan permasalahan ini, tapi hasilnya nanti saya tidak bisa memprediksi karena semua sudah ada yang maha menentukan hasil setiap usaha yaitu gusti Allah, bapak bisa saja sembuh tapi bisa juga tidak, dan kemungkinan terburuk bapak akan meninggal, apa ibu dan keluarga siap menerima semua kemungkinan itu, karena pada dasarnya bapak ini di siksa jin dari timur tengah karena dia kualat dengan perbuatannya yaitu pergi ketanah suci dengan niat ibadah tapi tanpa ridho keluarga dan orang tua, jadi mereka marah kepada bapak."

"Kami siap bang, apapun yang terjadi kami ikhlas kalau itu sudah di gariskan yang maha kuasa."

"Baiklah bu.. tolong siapakan sebuah sajadah karena saya mau sholat hajat dahulu, dan tolong nanti selama saya duduk berzikir jangan ada yang mengganngu apa lagi sampai membangunkan saya."

"Baik bang.." kata istrinya, lalu aku kebelakang dan berwudhu dan mereka segera menyiapkan tempat sholatku di sebuah ruangan atau kamar. Aku pun langsung sholat sunnah dan berzikir untuk berkonsentrasi kusalami seruni agar segera datang kuletakkan cupu mustikanya di depanku, dan berdo'a "ya Allah yang maha kuasa, tolong bukakan takbir gaib agar hamba bisa menyelesaikan tugas hamba," dan belum lama setelah kulepaskan do'a suasana dingin dan hembusan angin sayup sudah mulai terasa menerpaku tiba-tiba blas.... aku sudah berada di sebuah padang pasir.

Suasana terik dan panas, dari kejauhan terlihat sebuah tonggak kayu di atas padang pasir, aku dan seruni melangkah kearah tonggak tersebut, kulihat seruni dengan kulitnya yang kuning mulus, bersih hanya menggunakan kemben sebatas dada, dan sebuah selendang terikat di pinggangnya, sedikit rasa melankolisku timbul, demi menemaniku dia seperti tidak merasakan panas terik ini, owh.. kasihan juga gadis secantik ini harus ikut merasakan teriknya matahari di padang pasir, ingin rasanya aku membuka bajuku dan kuselimutkan padanya untuk mengurangi rasa terik yang seakan bisa membuat otak di kepala kita mendidih, seruni kembali membuka suara,
"Aku hanya akan menemani dan melihat kamu bertarung, kali ini aku tidak di perbolehkan ikut bertarung itu pesan dari panglima sepuh sriwijaya, keluarkanlah semua kemampuanmu dan menangkan sukmanya, ingat musuh didepan jauh lebih kuat dari ratu kuntilanak itu."

"Hmmmm... aku akan bertarung sendirian, sedangkan kulihat di depan ada segerombolan jin padang pasir yang bertubuh kekar dan rata-rata berkepala botak, berkulit hitam." Kembali rasa keraguan itu muncul di batinku, untuk menghilangkan suasana mengerikan ini aku mencoba bercanda kepada seruni,
"Seruni bolehkah aku memanggilmu dengan sebutan dinda? dan kamu memanggilku kanda atau kakang ?" tidak ada jawaban dari seruni, malah berkata seolah tidak mendengar pertanyaanku.
"Melangkahlah kedepan mereka sudah menunggumu.

Sebuah pemandangan mengerikan ada di depanku sekelompok makhluk bertampang kasar, badan kekar, hitam dan berkepala botak, hmmmm... baru aku mau membuka mulut mau bertanya, tiba-tiba hembusan angin kencang bercampur kabut pasir mengarah padaku, kabut itu sudah ada di depanku penglihatanku kabur dan dari kabut itu bermunculan jin-jin padang pasir yang langsung mengarahkan berbagai macam senjata padaku, tombak, pedang, tasbih semua ada ditangan mereka. Tanpa ada komando dan aba-aba mereka langsung menyerangku.

Gerak karomatullah ku langsung aktif semua hunusan tombak, pedang bisa ku tepis hingga beberapa waktu aku belum bisa merobohkan satu pun diantara lawanku, aku sedikit menggerutu seandainya seruni ikut bertempur tentu aku tidak akan serepot ini, tapi apa boleh buat ini adalah pertempuranku. Terpaksa aku memanggil perisai kala cakraku, dengan munculnya perisaiku aku lumayan terbantu beberapa sudah tumbang dan hilang saat terkena hantaman perisaiku yang terus berkeliling mengelilingiku, hingga akhirnya mereka semua hilang. Belum sempat aku berhenti, datang lagi dengan tiba-tiba segerombolan jin padang pasir, kali ini mereka tidak langsung melakukan serangan, mereka seperti membentuk sebuah formasi perang. Mereka menyerangku satu persatu, satu dua serangan lalu mundur masuk formasi lagi, begitu seterusnya secara bergantian, hmmmm... aku berpikir kalau seperti ini tidak akan ada ujungnya, mereka tidak berkurang satu pun.

Teringat olehku pesan panglima sepuh sriwijaya, mungkin saat inilah aku menjajal kekuatan ajian cakra manggilingan yang baru dititipkan padaku. Aku langsung melompat mundur sekita 10 meter, Aku berdo'a agar di berikan kekuatan ajian cakra manggilingan, Kuangkat tanganku keatas dengan posisi jari terbuka, tiba-tiba tanganku bergetar kencang dan terasa panas sekali karena di selubungi oleh sinar energi berwana merah menyala seperti api, dan kuhempaskan tanganku ke tanah pasir, dengan tiba-tiba timbullah sebuah gelombang energi sepanjang 50 meter, persis seperti ombak laut yang menerjang karang di pantai, gelombang energi itu menyapu gerombolan jin yang ada di depanku laksana gelombang tsunami yang maha dahsyat, mereka semua terpental dan mnghilang seiring dengan hilangnya mereka, nampaklah olehku tonggak tempat sukma pasienku di tahan. Dan di ikat dengan kondisi yang sangat lusuh dan lesu, lantas kulepaskan ikatannya dan kupapah kearah seruni yang tadi hanya berpartisipasi sebagai penonton.

Seruni tersenyum melihatku, dia pegang tanganku pertanda kalau kami akan kembali ke dunia nyata, kurasakan tangannya dingin sekali seakan dia sedang mengalirkan semacam energi murni lewat tanganku, energi itu menjalar ke seluruh badanku, sampai suasana terik dan panas ini menjadi terasa sejuk bagiku. Owh... ternyata dia baik juga pikirku, serasi dengan parasnya yang cantik hatinyapun cantik.

Lalu seruni mengibas-ngibaskan selendangnya sehingga membentuk sebuah kabut pasir memutar disekeliling kami semakin lama kabutnya semakin pekat, lebih pekat lagi dan.. blas..., kami sudah berada kembali diruangan tadi, aku langsung membuka mata dan mengusap mukaku  kulihat dupa yang tadi aku nyalakan sudah hampir habis. Akupun berdiri meninggalkan ruangan gelap itu.

Dengan langkah terburu-buru tanpa berkata-kata dengan orang-orang yang berada di ruangan itu, aku menghampiri lelaki yang terbaring itu, kulihat kedalam batinnya tanda-tanda kehidupan memang sudah tidak ada lagi, aku beranikan untuk mengeluarkan makhluk gaib padang pasir yang ada ditubuhnya, dengan tanpa perlawanan sepertinya dengan ikhlas makhluk itu keluar dan berpamitan untuk pulang ke nergeri asalnya dan berjanji tidak akan mengganggu anak manusia lagi.

Niatku ingin memasukkan kembali sukma yang kubawa pulang ini, tapi tentulah nanti dia akan keluar lagi karena di dalam jasadnya sudah tidak ada unsur utama kehidupan yaitu roh... tubuh lelaki didepanku sudah tidak bergerak lagi, pertanda sudah tidak ada tanda kehidupan, hmmmm... dengan berat hati aku ceritakan kepada istrinya bahwa suaminya sebenarnya sudah meninggal 3 hari sejak iya masih di tanah suci, dan yang berada didalam bandanya selama ini adalah makhluk halus bangsa jin sakti dari timur tengah.

Mereka menahan salah satu sukmanya dan menggantikan dengan bangsa mereka sehingga jin itu bisa menopang jasad seperti masih hidup. Inilah sebuah pelajaran jika kita berniat beribadah terutama umrah dan bahkan haji sekalipun, berangkatlah dengan restu, istri, anak, orang tua, keluarga, dan bahkan tetangga, dengan harapan do'a restu tersebut bisa membantu keselamatan kita dalam perjalanan hingga kembali lagi kerumah.

Bagiku malam itu sungguh terasa berat, banyak sekali makna yang terkandung dalam proses pengobatan yang aku lakukan malam ini.

***

Sahabat karib yang tidak bisa aku selamatkan

"Rinduku menyatu dengan detak jantungku, syair-syair cinta beriringan menzohirkan sebuah cahaya menyinari relung hati yang gelap hampa, cahaya itu menembus dimensi hati yang tak terjangkau pikiranku, yang ada hanya bayang-bayang merasuki mimpiku, tapi aku tetap bertahan selama dirimu ada di dekatku"

Khususon sahabatku, adikku: Edo arla ibarokatil alfatiha...

Ya... dia adalah teman karibku dia sudah menjadi saudara bagiku. Cerita ini yang tahu hanya aku dan keluarganya saja, sesi ini kupersembahkan untuknya semoga saat ini dia berada di tempat yang layak disisi-Nya aamiin!

Memang beberapa kali waktu di tempat kerja kalau bertemu denganku dia sering mengeluhkan rasa sakit di bagian hatinya. Hingga satu malam aku mendapatkan sebuah pesan BBM darinya.. criing.. tanda ada pesan masuk lewat BBM kulihat ternyata pesan dari Edo, kubuka pesannya ternyata isinya sebuah photo dia sedang terbaring di tempat tidur sebuah rumah sakit dengan kata tambahan,
"Bang edo masuk rumah sakit, sinilah bang,"
"Ku tanya rumah sakit mana, ruangan mana ?"
"Di rumah sakit propinsi ruangan edelweis." balasnya, malam itu aku langsung menuju ke RS tersebut.

Betapa terkejutnya saat kulihat dia terbaring sambil menahan sakit di dadanya, terlihat wajahnya pucat pasi di tambah kulitnyapun memang tergolong putih, saat aku mendekat dia tau kalau aku sudah hadir di dekatnya, aku tidak tega mau bertanya kepadanya langsung, lalu kuberanikan diri bertanya pada ibunya,
"Bu menurut hasil keterangan dokter sakitnya apa ?"
"ejala liver bang." katanya.

Hmmmm... pikirku seharusnya melihat kondisi seperti ini bukan gejala lagi jika iya terkena liver atau penyakit dalam lain seharusnya sudah bisa di pastikan apa jenis penyakitnya agar bisa langsung ditindak lanjuti, tapi kenapa hasil cuman gejala...? Kurasakan memang agak aneh, saat kupegang bagian sakitnya sedikit kualiri cakraku, sesaat kutanya ada pengurangan gak rasa sakitnya, dia menjawab ada bang itu terlihat juga gerakannya juga sudah tidak terlalu menahan rasa sakit, nafasnya pun sedikit teratur.

Aku tidak bisa berlama-lama berada di rumah sakit, karena kalau sedang berada di lingkungan rumah sakit kepalaku pusing, mungkin akibat efek dari bau-bau obat-obatan yang menyengat, pembimbingku sebenarnya juga pernah berpesan kalau kita berada dirumah sakit maka, hal ini akan terjadi karena banyak sekali aura-aura negatif di lingkungan rumah sakit, karena di sana berbagai macam penyakit medis dan non medis berkumpul dan untuk kita yang sensitif akan cepat sekali terasa efeknya, bisa-bisa kita muntah di tempat.

Tidak lama aku berpamitan pulang, do... abang pulang dulu, semoga kamu cepat sembuh jangan lupa berdo'a dan istighfar begitu pesanku, terlihat sebenarnya dia masih menginginkanku berada disana lebih lama, lalu aku berpesan kepada orang tuanya,
"Bu.. nanti kalau sudah keluar dari RS segera kasi tahu saya karena ini bukan hanya penyakit medis, selama non medisnya belum di buang maka penyakit medisnya tidak akan kelihatan oleh alat dokter, maka dari itu diagnosa dokter hanya mengatakan gejala."
"Iya bang, dari kemaren sepertinya hanya diberi obat penahan sakit aja belum ada tindakan lain, baik bang nanti kami kerumah kalau sudah diperbolehkan pulang."

***

Singkat cerita 3 hari setelah aku berkunjung ke RS edo dan orang tuanya datang ke rumahku,
"Bang edo udah di suruh pulang sama dokter kemaren siang makanya baru sempat sekarang datang kesini." kata ibunya membuka pembicaraan.

"Terus gimana udah ada perubahan sakitnya selama di rumah sakit ?" tanyaku.
"Itulah bang sepertinya edo hanya di beri obat penghilang rasa nyeri aja, sudah seminggu dari RS sampai sekarang edo belum bisa BAB kentut pun belum." katanya.

"Gini bu, setelah saya lihat sebenarnya memang edo ada penyakit medis akan tetapi penyakit itu sekarang di selimuti kabut gaib, sehingga alat medis tidak bisa menembus kabut tersebut karena itulah medis tidak bisa memberikan kepastian organ apa yang sakit sehingga mereka hanya mediagnosa melalui gejala yang ditimbulkan saja."

"Terus gimana bang, sekarang semua kami serahkan ke abang bagaimana baiknya."
"Sebelumnya saya akan mendeteksi gaibnya dulu bu, nanti baru kita melakukan pembersihan gaib, setelah pembersihan baru cek-up lagi kerumah sakit mudah-mudahan bisa kelihatan penyakit medisnya."
"Iya bang, kami sekeluarga serahkan smuanya ke abang nanti apapun yang di perlukan jangan sungkan untuk mengatakannya."
"Iya bu.." jawabku.

Seperti biasa pada malamnya aku langsung memperisiapkan diri untuk menuju pertempuran ujian kemampuan spiritualku, terkadang timbul dalam pikiranku, kenapa proses jalannya penggemblenganku cukup berbeda dengan para spiritual lainnya, hampir semua spiritual itu mempunyai sosok guru dan biasanya mereka keluaran pondokan atau padepokan, sementara aku tidak di pondok apa lagi padepokan, dan yang kujalani ini bukanlah proses belajar keilmuan, aku langsung diterjunkan kelapangan tanpa ada bekal ilmu yang dipelajari terlebih dahulu dari seorang guru.

Agh… sudahlah mungkin inilah jalanku, mungkin prosesnya berbeda tapi tujuannya sama yaitu untuk membantu sesama manusia dan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Aku menstarter motorku untuk menuju rumah sahabatku yang dalam keadaan terbaring sakit dan membutuhkan bantuanku, itulah yang ada dalam pikiranku saat ini.

Belumlah keluar dari gang rumahku tiba-tiba terdengar suara seperti ada yang pecah dari bawah motorku, dan motorku terkunci ban belakang tidak bisa berputar, aku turun untuk melihat yang terjadi dengan motorku dan aduuuuh… bukan ban yang pecah tapi tromolnya pantas saja kalau tidak bisa berputar bannya. Sejenak aku berfikir pertanda apakah ini, aku membhatin kulihat ada sesosok makhluk berbadan tinggi besar di belakangku seolah sedang mengawasi gerak gerikku.

"Assalamu’alaikum… maaf sahabat siapa gerangan ?" sosok itu tidak menjawab salamku.. dia langsung memalingkan muka dan melesat menghilang dari pandanganku.

Tanpa menunggu lama aku kembali kerumahku dan menukar sepeda motorku dengan motor istriku, aku yakin makhluk yang kulihat tadi bukanlah dari golongan baik dan dia di perintahkan untuk menghalangi perjalananku, berusaha untuk menenangkan diri, kubuang semua bayangan yang timbul akibat pikiran negatifku dan berdo’a agar proses pengobatanku malam ini berjalan lancar.

Singkat cerita aku sudah sampai di rumah teman karibku,
"Buk… tolong siapkan ruangan untuk saya ritual sebentar."
"Baik bang." lalu ibunya menyiapkan sebuah ruangan untuk tempatku ritual.
"Sudah bang." nanti selama saya di kamar itu tolong jangan di ganggu ya bu, pak, kalian jaga aja edo mungkin dia nanti akan terasa kepanasan siapkan aja kipas angin tapi tidak usah kencang-kencang kipasnya.

Setelah berpamitan untuk berwudhu aku langsung menuju kamar yang sudah disiapkan tadi, kulihat sekeliling ruangan itu,
"Hmmmmm aura disekitarku terasa biasa saja, belum ada tanda-tanda kedatangan ghaib." pikirku.

Seperti biasa aku segera membakar sebatang dupa gunung kawi untuk mentrapi ruangan karena dengan bau dupa yang seperti bau bunga melati itu juga membuat aku sedikit rileks, pekerjaanku malam ini agak rumit, karena aku harus memulai dengan pendeteksian gaib kembali.

Yah… mungkin kali ini aku harus menggunakan ilmu baruku yaitu ilmu pemanggilan sukma, ini pertama kali aku menggunakannya, Auzubillah.., bismillah.., astghfirullah... ashaduallahillah.., Alluhummasalia ala.., Ya Allah mohon pertolonganmu untuk menhadirkan.., ibarokatil alfatiha.., sirullah, zatullah sfiatullah.., hadir.., hadir.., hadir...

Assalamualakum saudaraku... walaikum salam sukma Edo sudah duduk bersila di depanku, betapa terkejutnya aku, di dadanya tertancap sebuah keris berwarna hitam dan selebar kain putih seukuran serbet berada di ujungnya, kain itu membentuk seperti tabir menutupi semua organ dalamnya.

"Hmmmm... ternyata kain itu yang menghalangi alat medis, sehingga penyakit-nya tidak terdeteksi dengan tepat, dan keris itu yang membuat luka dan infeksi organ dalamnya." Beginilah cara kerja ilmu santet pikirku, ini pasti media yang digunakan dalam bentuk photo, photo itulah yang di tusuk dengan keris atau sejenisnya sehingga menimbulkan luka di fisik korbannya, dan awalnya karena ini serangan secara ghaib maka tubuh gaib atau sukmalah yang menjadi korban.

Sedangkan untuk fisik dzahirnya biasanya hanya terkena semacam bintik merah atau hitam dan bintik inilah yang nantinya akan menjadi besar dan menimbulkan semacam infeksi dari organ yang terkena, dan biasanya membunuh proses waktu yang cukup lama agar bisa dirasakan efeknya. Karena rasa sakitnya akan dinetralisir oleh gaib yang menyertai dan membawa serangannya. Dan untuk di deteksi alat medispun tidak bisa akurat karena ditutupi oleh bangsa gaib.

Karena itulah terkadang saat ketahuan penyakitnya oleh pihak medis tingkat keparahannya sudah mencapai stadium tinggi dan sudah sulit untuk di sembuhkan. Begitulah sebenarnya cara kerja penyakit yang disebabkan oleh faktor non medis sehingga bisa menjadi medis, apalagi jika tujuannya pelakunya untuk melihat korban tersiksa itu bahkan bisa lebih lama dan bertahu-tahun baru bisa di deteksi akurat oleh pihak medis, lain hal dengan serangan dengan menngunakan jin lansung tanpa media. Biasanya korban akan mati mendadak, contohnya dengan neggunakan santet banas pati.

Kembali ke sukma Edo, jika kulihat penyakitnya sangatlah parah dan rupanya sudah bertahun-tahun iya mengidapnya, hanya saja efek sakitnya kurang dirasakan dan hilang jika meminum obat penahan nyeri saja, dan rasa sakit itu pun tidak terus menerus, sehingga iya lalai untuk cek-up ke dokter karena menganggap penyakitnya hanya sakit biasa.

Aku yakin setelah dilakukan pembersihan dan tabir gaibnya di buang kondisinya akan benar-benar drop dan kebali kerumah sakit, karena penyakit medisnya sudah stadium tinggi. Tapi mau bagaimana lagi ini adalah resikonya, bagaimanapun perbuatan orang yang mengirimnya harus di hentikan.

[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close