Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PORTAL LADUNI (Part 31) - Pelangi Senja di Langit Jakarta


JEJAKMISTERI - Sering kali kejadian serupa kami ulangi, aku benar-benar terlena dengan situasi ini, keindahan dan kebahagiaanku saat bersamanya sungguh di luar dugaanku, di tambah lagi perhatian yang dalam ia tunjukkan padaku.

Setiap malam libur ku habiskan dengannya dan selalu pulangnya pagi, ternyata sudah tiga bulan aku menjalin hubungan dengannya tanpa memikirkan apa yang akan terjadi di hari depan.

Ini bulan keempat nah... disinilah mulai awal terjadinya perseteruan kami, pagi itu saat aku bangun dari tidur entah kenapa kepalaku terasa pusing dan perutku mual-mual terasa mau muntah, kupikir aku terkena masuk angin atau salah makan sehingga tidak terlalu kupikirkan apa yang terjadi.

Sampainya aku di tempat kerja ternyata hal itu terulang lagi, kebetulan rina temanku melihatku "senja kamu kenapa sakit ya.."

"Enggak apa-apa ntah kenapa dari tadi pagi aku mual-mual tetus"

"Waduh jangan-jangan kamu hamil"

Celetuk rina sambil sedikit tertawa "ya enggak mungkinlah emang aku hamil sama siapa" jawabku berbohong.

Saat mendengar celetukan rina sempat saja jantungku terasa seakan berhenti berdetak, dan mukaku pucat seakan darahku berhenti mengalir, aku benar-benar takut kalau yang dikatakannya itu benar.

Untuk memastikan kecemasanku, sepulang kerja aku mampir ke sebuah apotek dan aku beli satu buah tespek alat pengetesan orang hamil. Sesampainya di rumah kubaca petunjuk cara penggunaannya dengan cermat supaya tidak terjadi kesalahan cara pengetesannya.

Ku praktekkan sesuai dengan petunjukknya dan saat kulihat hasilnya garis dua dengan tanda positif, aku tertegun, apa yang telah aku lakukan selama ini, ternyata benar aku sedang hamil anaknya bang Rizal. Aku harus memberitahukan ini kepadanya kalau aku sedang mengandung anaknya.

Hari itu adalah hari kamis, hmmm... aku baru bisa ketemu bang Rizal nanti pada waktu sabtu malam karena biasanya dia selalu mengajaku untuk keluar.

Menghabiskan waktu dua hari lagi sungguh terasa sangat lama, sebenarnya aku tidak perlu terlalu kawatir bukankah Rizal sudah berjanji akan bertanggung jawab denganku.

Singkat cerita malam minggu pun tiba, sorenya rizal menelponku untuk bersiap-siap karena dia mau ngajak jalan nanti malam, aku akan memberinya surprise malam ini, hanyalan pernikahan dan kebahagiaan hidup berumah tangga bersama bang rizal memenuhi kepalaku.

Malam itu, kami sengaja pergi ke sebuah taman di pinggir kota, aku memberanikan diri untuk menceritakan yang terjadi padaku.

"Bang aku ada berita surprise" kataku.

"Wuidiih.. tumben, surprise apa ? jadi penasaran aku" jawabnya.

"Aku hamil bang."

Ternyata perkataanku benar-benar surprise dia terkejut bukan kepalang dan terdiam.

"Kenapa bang"

"Kita harus segera menikah bang, aku tidak mau perutku menjadi besar tanpa di dampingi seorang suami, abangkan sudah janji untuk tanggung jawab"

"Kamu benar senja aku akan bertanggung jawab, tapi tanggung jawabku bukan menikahi kamu" aku kaget mendengar jawaban itu.

"Tapi kenapa bang ?"

"Sekarang aku jujur sama kamu sebenarnya aku sudah menikah dan punya anak, tidak mungkin aku menikah lagi"

Seperti petir menyambar ku, "apa abang sudah punya anak istri maksudnya bang, kenapa abang tidak mengatakan dari semula, dan kenapa pula abang berani menggangguku" sedikit keras suaraku karena memang emosi sudah mulai naik ke kepalaku.

"Terus bagaimana dengan nasibku dan calon bayi ini bang...!"

"Kamu tidak usah kawatir, bayi itu kita gugurkan saja, nanti kita cari bidan atau dukun yang bisa menggugurkannya, masalah biaya kamu tidak usah kawatir saya semua yang tanggung."

"Kita tidak mungkin menikah, aku sudah punya anak istri"

"Tidak bang aku tidak mau menggugurkan bayi ini pokoknya kita harus menikah, aku tidak apa-apa walau harus menjadi istri kedua kamu bang"

"Bagaimanapun aku tidak akan menikahi kamu, aku tidak akan menghancurkan keluargaku karena seorang seperti kamu, bukankah selama ini kamu juga menikmati saat bersamaku, dan uang ya... uang bukankah selama ini setiap habis berkencan aku selalu memberi kamu uang" katanya.

"Jadi selama ini abang menganggab aku abang bayar"

Sungguh sakit hatiku mendengar kata-katanya, singkatnya malam itu terjadi pertengkaran panjang di antara kami, keputusan dan tanggung jawab yang kuinginkan tidak ku dapatkan, aku pulang sendiri dengan memesan ojek online, dan ku tinggalkan dia sendiri.

Keesokan harinya aku berkerja seperti biasa, hari ini rizal tidak memesan makanan dan kopi ditempatku kerja. Dua hari berlalu dan pada hari ketiga aku dipanggil oleh bosku keruangannya.

"Senja... saya minta maaf demi keberlanjutan rumah makan ini saya harus memecat kamu, ini pesangon dan gaji terakhir kamu, mulai besok kamu tidak usah masuk kerjalagi, dan carilah tempat kerja yang lain"

"Kenapa ibu memecat saya bu, apa salah saya" tanyaku kepada bosku.

"Saya sebenarnya tidak ada masalah dengan kamu, tapi pak rizal orang pabrik mengancam saya, jika kamu masi kerja di sini semua karyawan pabrik akan di larangnya makan disini, dan jika ketauan mereka akan di pecatnya. Itulah alasannya senja... ibu harap kamu bisa maklum sama ibu" lanjut bosku.

Penjelasan bosku semakin membuat bathinku hancur.
Dan adik-adikku, aku sudah tidak bisa membantu keuangan keluargaku lagi, di tambah lagi dengan masalah kehamilanku yang pelakunya tidak mau bertanggung jawab
Ingin aku teriak sekencang-kencangnya, terkadang terpikir apakah sebaiknya aku gugurkan saja kandunganku, atau bagaimana. 

Waktu terus berjalan usia kandunganku semakin bertambah mungkin tidak lama lagi perutku yang buncit akan terlihat.

"Oh tuhan apa yang harus aku lakukan beban ini terlalu berat"

Saat itu bulan ramadhan dan menjelang hari raya idul fitri, aku kebetulan sedang duduk di depan rumahku, seseorang lewat dan menegurku.

"Hey... senja ngapain melamun sendirian!"

Oh.. ternyata dia santi, tentanggaku temanku dia baru pulang dari perantauan kalau tidak salah dia merantau dan bekerja di Bengkulu, katanya sih kerja di hotel.

"Hey... san, kamu kapan pulang ?"

"Kemaren sore baru nyampai"

"Ooh.. gimana kerjanya lancar?, banyak dong oleh-olehnya"

"Ya begitulah, eh.. senja kamu masih kerja di rumah makan yang kemaren kan ?"

"Enggak san... aku sudah berhenti"

"Loo.. kok berhenti, emang udah dapat kerjaan baru dimana ?"

"Belum san, aku belum dapat kerjaan lagi"

"Kalau belum ada kerjaan pasti, kenapa kamu berhenti"

"Aku bukannya berhenti tapi di pecat"

"Kok bosnya tega banget,e mang kamu salah apa ?"

"Agh... sudahlah san.. ga usah di bahas, bikin pusing kepala saja"

"Eh.. san, kamu di bengkulu betah ya sepertinya kerjaan kamu enak disana"

"Iya sih.. aku sudah tiga tahun, kalo di bilang enak ya namanya kerja sama orang mana ada yang enak, di sana aku kerja di hotel"

"Santi... aku boleh ikut kamu kerja di bengkulu ga"

"Beneran kamu mau, kalo mau kebetulan sebelum pulang bosku nitip kalo ada tetangga atau teman di kampung yang mau kerja aku di suruh ajak nanti kalo ke bengkulu lagi"

"Bener san.. aku mau kerja apa juga aku mau, yang penting aku tinggalin dulu nih.. Batam"

"Yaudah kalo kamu mau nanti kamu ikut, nanti satu minggu setelah hari raya aku balik lagi ke bengkulu, kamu siap-siap aja"

Singkat cerita satu minggu setelah hari raya idul fitri kamipun berangkat ke Bengkulu, sebuah kota yang belum pernah aku bayangkan bagaimana bentuknya.

Tiga hari tiga malam perjalanan kami menggunakan bis menuju Kota Bengkulu, menjemput impianku dan melupakan masalalu, ini kali pertama aku meninggalkan kampung halamanku, yang mungkin nantinya cukup lama bahkan bisa kutinggalkan selamanya.

Singkat cerita kamipun sampai ke bengkulu, kami turun di bis yang kami tumpangi, dan melanjutkan perjalanan dengan memesan taksi, sepanjang jalan kulihat dari jendelah kaca mobil, ternyata kota ini masih sangat sejuk dan tidak ada satupun pabrik dan kebisingannya yang kulihat.

Sepertinya memang tempat inilah yang kubutuhkan untuk menenangkan diri. Perjalanan dengan taksi menempuh perjalanan sekitar 1.5 jam dan berhenti di sebuah rumah. Kami pun turun dan santipun membayar ongkos taksi.

"Senja... ayo kita masuk kerumah dulu"

Kamipun memasuki rumah tersebut yah memang terlihat kurang terawat hanya ada satu orang ibu-ibu setengah baya, sepertinya dia yang mengurus rumah.

"Ini rumah siapa san ?"

"Ini rumah singgah biasa kami sebut sebagai rumah luar, rumah ini untuk tempat istirahat sementara para karyawan hotel yang datang dari jauh, sebelum mereka mulai kerja" jelas santi.

"Besok saya akan ketempat kerja dulu dan menemui bos, untuk merekomendasikan kamu sementara kamu disini dulu, itu ada bu imah yang menemani kamu"

Keesokan harinya pada sore hari santi sudah bersiap-siap pergi dari rumah.

"Senja aku pergi dulu ya, kamu istirahat aja dulu, kalo perlu apa-apa minta sama bu imah saja, dia memang di suruh untuk melayani tamu di rumah ini.

"Iya sant"

"Senja aku mau tanya dikit, kamu masi perawan ga" aku kaget dengan pertanyaan itu.

"Kenapa kamu nanya itu sant, emang perawan atau tidak ngaruh sama kerjaan"

"Iya sih kalo masih perawan nanti gajinya gedean"

"masa sih..?, agh... sudahlah, kujawab saja iya, kan malu juga kalo aku ternyata sudah tidak perawan.

"Iya aku masih perawan sant"

"Owh... oke. Aku pergi dulu yah" santi pun keluar dari rumah.

Dua hari aku beristirahat di rumah singgah itu, santi belum juga memberikan gambaran tentang pekerjaan.

Sampai sore ketiganya aku beranikan diri untuk bertanya kepada santi,
"Santi gimana udah ada kabar tentang kerjaan ?"

"Udah, kalau kamu sudah siap, mulai malam besok kamu boleh ikut aku kerja"

"Beneran sant"

"Iya, pokoknya besok kamu berdandanlah semaksimal mungkin karena kamu akan bertemu dengan bos"

"Oke siap boss.."

Besok malamnya aku sudah bersiap untuk memulai hari kerja pertamaku, kami di jemput oleh sebuah mobil ayla warna merah.

Mobil yang kami tumpangi melaju melewati dalam kota, dan terus... sampai  pinggiran kota, hmmmm... ternyata hotel tempatku akan bekerja berada di area dekat pelabuhan laut kota ini.

Sampai di pertigaan jalan, mobil kami mengambil jalur kanan dan masuk ke jalan yang masih belum diaspal beton jalannya masih koral dan batu kerikil.

Suasana sepanjang jalan ini gelap tidak ada penerangan lampu jalan, dan di pinggir jalan kenapa hutan bakau pikirku.

"Agh... sudahlah aku tidak mau berfikir yang aneh-aneh buktinya santi kerasan bekerja disini, mungkin hotel ini khusus disediakan untuk para bos-bos kapal dipelabuhan" aku mencoba menerka yang baik-baik saja.

Jauh juga sekitar satu kilometer kami menempuh jalan berbatu ini, dan akhirnya mobil kami berhenti di depan sebuah pintu portal, pintu ini di jaga oleh orang-orang berbadan tegap dan besar mobil kami pun masuk kedalam.

Aneh... ini kok lingkungannya rumah cafe semua, suara-suara musik dangdut koplo terdengar dari semua rumahnya, lampu-lampu disco dan remang, banyak orang berlalu lalang, dan perempuan-perempuan duduk-duduk di depan rumah seperti sedang menunggu seseorang.

Terus hotelnya mana, yang ku bayangkan tadi sebuah hotel mewah di tepi pantai, yang ada hanya rumah-rumah cafe yang berisik dengan suara musik koplo.

Mobil kami berhenti di depan sebuah rumah.
"Nah kita sudah sampai, ayo senja kita turun"

Akupun turun mengikuti santi, dan kami langsung masuk kerumah itu, alangkah kagetnya aku melihat orang-orang di dalamnya yang sedang duduk menghadapi meja-meja yang di atasnya terdapat berbagai macam minuman beralkohol dan di temani oleh para wanita-wanita seumurku, santi langsung membawaku ke sebuah kamar.

"Nah senja kamu istirahat dulu disini, ini kamar di siapkan untuk kamu jadi anggap saja ini rumah kamu, aku leluar dulu yah"

Sungguh jauh dari bayanganku, kamar ini kecil sekali, hanya ukuran 3x3 meter dengan satu tempat tidur, dan lampu yang redup, aku membaringkan tubuhku sambil berfikir tempat apakah ini, suara musik, minuman, para lelaki, dan wanita, owh... aku pusing.

"Tuk..tuk..tuk" suara pintu kamar di ketuk seseorang, itu pastilah santi "masuk aja san.. pintunya ga terkunci"

Pintu kamarku pun di buka, kebetulan aku sedang berbaring di kasur menghadap ke dinding, aku tidak melihat santi apa bukan yang masuk kamar, dan tiba-tiba dari arah belakangku ada seseorang memeluk tubuhku tercium olehku bau minuman alkohol, akupun membalikkan badanku, owh sungguh terkejut diriku ternyata seorang laki-laki bertampang seram, sudah pasti seorang bapak-bapak.

Kamu siapa, aku meronta untuk melepaskan pelukannya, pergi keluar dari kamarku.

"Tenang manis.. jangan galak-galak, jatahmu sudah aku berikan kepada santi."

"Jatah apa pak, pokonya jangan sentuh saya, saya mohon pak keluarlah dari kamar ini"

"Iya manis... saya akan keluar kalo sudah selesai" kembali dia berusaha menyentuhku.
Aku tepis tangannya, tapi dia tidak menyerah terus berusaha menggerayangiku. Lama dia berusaha tapi aku tetap mempertahankan tubuhku, aku beranjak dan mau keluar untuk menemui santi. 

Tangannya cepat sekali menangkapku."kamu mau kemana, layani saya dulu baru kamu boleh keluar" dia mendahuluiku ke pintu dan menguncinya lalu kuncinya dia masukkan kekantong celananya.

Dengan beringas dia menangkap dan mendekap tubuhku, aku tak kuasa meronta, laki-laki ini mabuk dan sudah di rasuki nafsu maksiatnya.

Dia mengangkat tubuhku ke atas tempat tidur, di tindih dan di lucutinya pakaianku, dia menggerayangiku seperti seeokor harimau sedang memcabik-cabik mangsanya, aku tidak punya tenaga untuk meronta.

Akhirnya sebuah benda tumpul besar terasa sekali menghujamiku,  dia bisa melepaskan hawa nafsunya terhadapku, aku hanya bisa menangis selama kejadian itu berlangsung, setelah selesai melampiaskan hawa nafsunya laki-laki itu seperti marah dan bicara padaku.

"Kamu berbohong, santi bilang kamu masih perawan tapi ternyata sudah tidak perawan lagi, sialan si santi, saya sudah bayar mahal untuk keperawananmu, kamu harus mengembalikan uang saya"

"Saya tidak menerima uang sepeserpun pak, demi tuhan saya tidak tahu kalau santi menjual saya"

"Ya setiap gadis perawan disini di bayar lima belas juta untuk satu malam, saya juga sudah bayar lima belas juta malam ini kepada bos rumah ini kamu harus mengembalikan uang saya pokoknya"

"Tidak.. saya tidak menerima uang itu pak"

"Sudahlah mana ada orang yang sudah masuk kesini yang bicara jujur, sebelum ketempat ini kamu taukan ini tempat apa"

"Saya tidak tau pak saya sudah ditipu sama santi"

"Pokonya saya tidak mau tau kalau kamu tidak punya uang untuk mengembalikan uang saya kamu saya laporkan ke polisi karena sudah menipu saya"

"Jangan pak saya mohon jangan laporkan saya ke polisi" 

Aku juga menjadi ciut dengan ancaman orang ini, maklumlah selama ini aku belum pernah berurusan dengan polisi sekalipun, aku takut karena sebenarnya aku juga berbohong kepada santi waktu dia menanyakan apakah aku masih perawan atau tidak dan aku bilang masih perawan, ternyata inilah maksud dari santi menanyakan hal itu padaku, disini keperawanan di bayar mahal dan orang yang membawa perempuan perawan akan di beri bonus besar.

"Lantas kamu mau mengembalikan uang saya pakai apa"

"Saya akan bayar pak, saya akan berusaha mencari uang untuk mengembalikan uang bapak"

"Begini saja, saya tidak akan melaporkan kamu, tapi setiap saya datang kesini kamu harus menemani dan melayani saya dan tanpa bayaran dan uang saya tidak usah kamu kembalikan lagi, gimana kalau tidak mau kamu harus kembalikan uang saya atau sekarang saya telpon polisi untuk menjemput kamu"

"Jangan pak, baiklah saya akan turuti kemauan bapak"

"Nah begitukan lebih baik, sekarang saya mau pulang dulu, besok lusa kamu harus nepati janji, sebelum saya datang nanti saya akan telpon dulu, kalau saya tidak datang kamu boleh melayani tamu-tamu disini, tapi kalau saya datang kamu khusus melayani saya"

"Baik pak" 

"Oh yah... nama kamu siapa"

"Senja pak"

"Baiklah senja.. nama saya romi kamu boleh panggil saya bang romi"

Laki-laki yang bernama romi itu langsung keluar, aku kembali merebahkan tubuhku dan meratapi nasibku, aku benci dengan takdirku aku benci dengan semua orang, aku benci dengan rizal, dialah penyebab semua ini, aku akan membalas semua ini, yaaaa... aku akan membalasmu rizal keparaaaat... akan kubunuh kamu, tunggulah pembalasanku.

Tanpa ada suara ketukan tiba-tiba pintu kamar terbuka dan ternyata santi yang masuk.

"Senja.. kamu kenapa kok nangis" dan pertengkaran antara aku dan santipun terjadi.

"Santi jangan sok prihatin kamu, jangan pura-pura tidak tahu apa yang sudah terjadi padaku, kenapa kamu tega melakukan semua ini kenapa kamu menipu saya"

"Senja bukankah kamu yang mau ikut sama saya"

"Iya tapikan kamu bilang mau kerja di hotel makanya aku mau ikut, tapi bukan di tempat seperti ini"

"Iya senja, sekarang aku jujur sama kamu, aku tidak kerja di hotel, aku kerja disini kamu tau aku kerja sebagai apa... aku bekerja sebagai pelacur..."

"Tidak ada perusahaan yang mau memperkerjakan orang seperti kita yang tidak punya pendidikan"

"Iya tapi bukan berarti harus melacur kan"

"Kamu benar memang tidak harus melacur, tapi mau kerja apa? kerja di rumah makan atau pabrik, kamu sendiri sudah merasakan gimana, seenaknya orang membuang kamu"

"Kamu tidak udah naif senja.. kamu butuh uang kan ?"

"Maka disinilah tempat kita bisa mengumpulkan uang dan kalau pulang kampung bawa uang banyak maka kita akan di hargai dan di anggap sukses di perantauan tampa mereka peduli apa kerja dan bagaimana cara kita mengumpulkan uangnya"

"Sudahlah senja kalau kamu mau pulang pulang saja ga apa-apa tapi ingat apa yang kamu temui di kampung hanya masalah dan ejekan orang karena kita terlahir dari keluarga miskin, adilkah ini untuk kita ?"

"Ini uang hasil kamu malam ini ada lima juta dari bos.. terserah kamu mau apakan mau beli barang apa juga atau mau beli tiket untuk pulang terserah kamu"

Lama pertengkaran kami terjadi, sampai kami capek berbalas-balas omongan sampai akhirnya kami diam sendiri-sendiri dan santipun keluar dari kamar.

Sudah tiga bulan aku disini bekerja sebagai pelacur berteman dengan minuman, musik keras, para lelaki hidung belang setiap malam silih berganti ku temani, hari-hari ku lalui dengan penuh kesengsaraan, tubuhku mentalku semua hancur disini, pernah sekali aku berusah untuk kabur, tapi sia-sia lewat portal aku di tangkap dan diseret kembali ke dalam komplek lokalisasi ini.

Semoga tuhan mendengar jeritan hatiku ini, dan memberikan pertolongan padaku, karena berada di tempat ini dan bekerja sebagai wanita penghibur bukanlah keinginanku, aku di jebak dan tidak bisa keluar, sementara kandunganku semakin besar dan mungkin sebentar lagi akan ketauan karena melihat perutku yang buncit.

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close