Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PORTAL LADUNI (Part 33) - Dinar Sang Ksatria Laduni

"Sumpah bukanlah takdir, takdir tidaklah baku selain lahir dan mati, Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang kecuali orang itu yang merubahnya, aku akan melawan arus takdirku, karena hanya sampah dan ikan mati yang mengikuti arus"


JEJAKMISTERI - Suatu malam seperti biasa aku sudah bersiap-siap untuk melayani tamu, tapi entah kenapa malam ini terasa kemalasanku muncul dan memutuskan untuk hanya berdiam di kamar saja, dan kebetulan sepertinya malam ini sepi pengunjung mungkin pengaruh dari akhir bulan alias tanggal tua, jadi anggaran para lelaki hidung belang  untuk hura-huranya sudah habis.

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, dan benar-benar tidak ada tamu, pikirku ada juga paling hanya satu atau dua dan cukuplah teman-teman pelacur yang lain yang melayani atau santi, jadi malam ini aku bisa tidur. 

Belumlah sempat aku memejamkan mata, tiba-tiba pintu kamarku di ketuk.

"Tuk tuk tuk"

"Senja kamu sudah tidur" itu suara santi yang memanggilku.

"Belum san... masuk aja" santipun masuk ke kamarku.

"Senja di luar ada bang riko langgananku"

"Terus kenapa san ?"

"Bang riko bawa bos dan teman-temannya ada lima orang, yang lain sudah ada yang nemani tapi yang satunya belum ada teman, kamu tolong temani yah.. tenang aja kelihatannya dia bukan peminum karena dia duduk sendiri dan tidak gabung sama teman-temannya, tapi bang riko minta agar ada yang temani dia ngobrol aja"

"Iya nanti saya temani dia, orang ciri-cirinya gimana nanti saya salah duduk lagi"

"Dia duduk sendiri di pojok"

"Yaudah aku keluar lagi yah nanti di cariin lagi sama bang riko"

Aku pun bersiap untuk keluar keruangan tamu, kulihat ada satu meja penuh dengan minuman dan si riko dan teman-temannya ditemani santi dan teman-temanku. Kulihat lagi di sebelah pojok ada seorang laki-laki duduk sendirian sambil memegangi hp nya.

"Hmmm... orang itu yang dimaksud santi" dan akupun menghampirinya.

"Malam bang... kok sendirian ga gabung sama teman-temannya? minumannya mana bang masa kesini minumnya teh botol"

"Saya tidak minum alkohol mbak" jawab lelaki itu singkat.

"Terus ngapain masuk ketempat ini, orang datang kesini semua minum bang dan berjoget ria"

"Saya kesini ikut bos sama teman-teman kerja aja, kebetulan bos yang minta saya ikut"

"Oooh syukur deh kalo abang ga minum, saya juga ga mesti minum malam ini"

"Namanya siapa bang ?" ku ulurkan tangan dan menyebut namaku. 

"Saya senja bang"

"Nama saya Dinar mbak"

"Owh, namanya seperti nama perempuan bang" ledekku.

"Yah, mau gimana lagi, saya nyaman dengan nama itu" jawabnya dengan tanpa melihat kearahku.

Awalnya sih kaku, aku seolah ngobrol sendiri karena bang dinar hanya menjawab pertanyaan saja dan tidak mau membuka diri, tidak seperti para lelaki yang pernah kutemani, biasanya baru ngobrol sebentar pura-pura mabuk dan udah ngajak ngandang.

Lama kami berbincang sedangkan santi dan tamunya serta teman-temannya sudah pada masuk kamar. Tiba-tiba sebuah pertanyaan membuat aku kaget bukan kepalang.

"Mbak senja sedang berbadan dua ya ?"

Aku terdiam kenapa orang ini bisa tahu kalau aku sedang hamil padahal tidak ada yang tahu selama ini walau santi sekalipun.

"Owh... siapakah orang ini, dia bisa tahu kalau aku berbadan dua padahal suasana lampu remang-remang dengan cahaya seperti ini wajahkupun belum kelihatan sepenuhnya, mungkinkah dia bisa membantuku"

"Iya bang, kok abang tahu kalau aku sedang hamil"

"Bukan cuma itu yang aku tahu tentang kamu, kesedihan dan penderitaanmu saja aku tahu walaupun kamu tidak bercerita"

"Bang dinar, sepertinya abanglah jawaban do'aku selama ini, aku selalu berdo'a agar di pertemukan sama orang yang bisa membantuku"

"Memangnya mbak minta bantu apa ?"

"Aku minta agar bertemu orang yang bisa mengeluarkanku dari sini"

"Bukannya kalau mau keluar ya keluar aja dari sini"

"Tidak bisa bang, aku punya hutang disini sebelum hutangku lunas aku tidak bisa kemana-mana, sudah pernah mencoba kabur tapi pas di portal aku di tangkap dan diseret lagi ke dalam sini"

"Owh.. begitu ya"

"Iya bang, tolonglah bang keluarkan aku dari sini, apapun yang abang minta saya kasih gratisan bang yang penting abang bantu saya"

"Maksudnya gratisan apa mbak"

"Kalau abang mau ngamar saya siap melayani abang"

"Owh... aku bukan orang seperti itu, kalau aku mau ngamar ya ngamar sama istriku, tidak ada yang lain, itu aman dan bernilai ibadah bagiku maaf ya..."

"Terserahlah kalau abang tidak mau tidak apa-apa tapi aku tetap minta bantuan abang yah.."

"Iya, nanti saya usahain gimana caranya mengeluarkan kamu dari sini"

"Benar ya bang, tolong banget saya bang, secepatnya ya bang"

"Iya, kamu santai aja dulu sambil nanti saya mikir gimana caranya untuk mengeluarkan kamu dari neraka ini"

"Oh ya kamu punya farfum non alkohol tidak ?" tanya bang dinar.

"Punya bang" kukeluarkan botol kecil yang berisi farfum melatiku, aku memang selalu membawa farfum soft non alkohol karena aku suka dengan bau terapinya.

"Ini bang"

"Coba oleskan ke telapak tangan dan keningmu" Bang dinar memintaku melakukannya dan kuturuti saja perintahnya, kulihat bang dinar seperti sedang berkonsentrasi seolah sedang memanggil seseorang.

"Sini tanganmu coba tengahdahkan ke atas telapaknya" kemudian dia mengusapkan tangannya ke tanganku seketika seperti ada hawa dingin mengalir dari tangannya dan masuk kedalam tubuhku melalui telapak tanganku, hawa itu benar-benar terasa mengalir sampai kebahu naik ke kepala dan ke seluruh badanku.

"Nah... sekarang usapkan tanganmu keseluruh badanmu" aku pun menuruti keinginannya.

"Senja... abang sudah menitipkan satu sosok dari bangsa ghaib ke padamu, untuk sementara dia akan menjagamu dan bayi dalam kandunganmu, dia akan membuat setiap laki-laki yang melihat dan niat untuk di temani sama kamu akan hilang dan tidak tertarik padamu"

"Iya bang terima kasih"

"Oh ya.. namanya nyai putri melati, nanti dia akan menemui kamu lewat mimpi ga usah takut yah"

"Iya bang"

Singkat cerita satu persatu teman-teman bang dinar beserta pasangannya sudah kembali keluar dari ngamar dan duduk lagi di tempat duduknya masing-masing, dan kemudian mereka beranjak pulang.

"Sekarang abang pulang dulu yah, kamu tunggu aja nanti saya kabarin, dan jangan buat teman temanmu curiga kalau kamu mau kabur dari sini" terangnya.

Tiga hari berlalu setelah pertemuan dengan bang dinar.

"Hmmm... kenapa belum ada kabar juga dari bang dinar yah, apa dia hanya janji kosong sekedar untuk menyenangkanku saja. Oh iya bukankah dia meninggalkan nomor telponnya sebaiknya aku telpon saja untuk memastikannya."

Tuuuut...tuuuut....tuuuuut suara nada sambung telponnya.
"Hallo.. assalamu'alaikum.. bang dinar ini senja bang."

"Walaikum salam iya senja kenapa ?"

"Gimana bang jadi bantu aku keluar dari sini"

"Iya jadi"

"Kapan bang?, aku sudah benar-benar tidak tahan disini, lebih baik aku mati bang, dari pada tinggal disini dan menjadi pemuas nafsu laki-laki hidung belang"

"Sabar yah... nanti malam kamu bersiaplah saya akan membawa kamu keluar dari sana, bawa aja benda-benda yang di perlukan, kamu pakai tas kecil saja biar tidak mencurigakan yang lain"

"Iya bang" jawabku.

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam  tapi bang Dinar belum datang juga, malam ini aku tidak keluar dari kamar hanya menunggu bang Dinar saja.

"Kriiiiing....kring...kriiinggg" suara sms masuk ke handphone ku, ternyata sms bang Dinar.

"Senja.. abang di luar kamu keluar aja dulu, bawa minuman satu pasang supaya kelihatan abang sebagai tamu disini"

"Iya bang" balas sms ku.

Aku pun keluar dengan membawa sepasang minuman, kulihat bang Dinar duduk di meja tempat yang dulu kami duduk saat pertama kali bertemu.

"Gimana bang jadi kita pergi ?"

"Iya jadi kamu duduk dulu, apa kamu sudah siap senja, sekali kabur kita harus berhasil, kalau sampai tertangkap bukan hanya kamu, saya juga akan terkena masalah disini"

"Iya bang saya faham"

"Senja kamu ambillah tasmu dan bawakan aku air putih satu gelas"

"Iya bang" Aku pun kembali masuk mengambil tas dan air permintaan bang Dinar.

"Ini airnya bang" kulihat dia memberikan bacaan kedalam air itu ntah apa aku tak tahu.

"Ini airnya kamu minum separuh dan separuhnya usapkan kemukamu" Akupun menuruti perintahnya.

"Nah senja mudah-mudahan setiap  yang melihatmu mereka tidak mengenalimu, karena wajahmu sekarang mirip dengan wajah putri melati khodam pendamping ghaibmu."

"Nah sekarang jika kau sudah siap mari kita berangkat, sebelum masuk tadi aku sudah mempersiapkan jalan kita untuk keluar, kita tidak keluar lewat gerbang portal"

"Baik bang aku sudah siap" jawabku.

Kamipun berangkat, hebat juga orang ini dia sudah mempersiapkan segalanya agar perjalanan kami lancar, jika aku berhasil keluar aku benar-benar berhutang budi padanya ntah bagaimana aku akan membalasnya nanti.

Akupun mengikuti langkah bang Dinar keluar dari rumah cafeku, kami mengitari lingkungan sekitar komplek lokalisasi dan keluar melewati pagar kawat berduri yang telah di siapkan bang Dinar sebelumnya. Di luar pagar ternyata jalan rawa berair.

"Bang... kenapa kita tidak menggunakan senter penerangan"

"Tidak senja... jika kita menggunakan lampu senter nanti ada yang curiga dan mengejar kita,bkamu ikuti saja langkahku"

Memang kulihat walaupun tanpa penerangan dan melewati hutan bakau berlumpur langkah kakinya seperti tidak terhalang oleh apapun dia ini mempunyai mata bathin dan seperti ada yang diikuti karena dari tadi kudengar dia seperti berbicara pada seseorang tapi entah bicara dengan siapa, sesekali dia menyebut seruni, yah mungkin seruni adalah teman ghaibnya, seperti nyai putri melati yang dia titipkan padaku, hanya saja sampai sekarang aku belum bisa berkomunikasi dengannya.

Lama kami berjalan menyelusuri hutan bakau ini, hingga saat terdengar suara kendaran berlalu lalang, sepertinya kami sudah dekat dengan jalan raya dan benar saja belum lama kami sudah berada di pinggir jalan raya.

"Senja kau tunggu di pinggir jalan ini bersembunyilah di balik semak-semak ini jangan sampai ada yang melihatmu aku akan mengambil sepeda motorku dulu yang tadi aku sembunyikan di  jalan masuk ke komplek lokalisasi."

"Baik bang"

Bang Dinarpun pergi mengambil sepeda motornya dan aku menunggu di balik semak-semak ini, ya tuhan... terima kasih Engkau telah mempertemukan aku dengan bang Dinar ternyata dialah malaikat penolong yang Engkau kirimkan untukku.

Singkat cerita bang dinarpun muncul  dengan sepeda motornya.

"Ayo senja cepat naik"

"Baik bang" akupun langsung naik dan bang DInar langsung mengegas motornya, kamipun tiba ke dalam kota dalam waktu tiga puluh menit.

"Senja untuk sementara malam ini kamu menginap di rumahku dulu, tadi aku sudah pamitkan ke pada istriku jika kau akan menginap di rumah malam ini"

"Naik bang aku ikut saja kalau itu yang terbaik menurut abang" Lagi-lagi aku dibuatnya salut dan kagum karena keberaniannya ini, dia bersedia membawaku kerumahnya dan memberikan tempat sementara untukku, walaupun kami bertemu baru dua kali dengan ini dan statusku adalah seorang pelacur.

"Nah senja kita sudah sampai, ayo turun" Kami sudah sampai di rumah bang dinar, kulihat benar saja istrinya yang membukakan pintu.

"Ini kenal kan istriku"
Kamipun berkenalan. 

"Senja mbak"
"Oh.. iya ayo masuk, malam ini senja tidur sama anak kami dulu ya, tapi maaf kamarnya berantakan"

"Iya mbak ga apa-apa, terima kasih ya mbak"

"Senja ga usah sungkan kalau mau makan kamu ambil aja sendiri di dapur ya" kami ngobrol sebentar lalu tidur. 

"Hmmm... bahagia sekali keluraga ini, mungkihkah nanti aku akan mendapatkah keluarga kecil bahagia seperti ini, ya tuhan kabulkanlah do'a hambamu ini."

Esok harinya aku di ajak bicara oleh bang dinar.

"Senja... setelah ini apa rencanamu selanjutnya, apa kau akan pulang ke kampungmu atau gimana, kamu tidak bisa berlama-lama di rumah kami ini, karena mungkin saat ini orang-orang dari komplek lokalisasi sudah menyebar melakukan pencairan kamu, dan kalau sampai kamu tertangkap kembali aku tidak bisa lagi membantumu"

"Iya bang aku mengerti, aku akan pergi ke jakarta bang menemui temanku"

"Apa kamu punya alamatnya"

"Punya bang aku juga sudah menelponnya tadi malam nanti dia akan menjemputku di bandara"

"Baiklah kalau begitu, kapan rencana kamu berangkat ke jakarta"

"Hari ini bang, oh ya... saya minta tolong abang pesankan tiket aja ke jakarta"

"Baiklah saya akan pesankan tiketnya kebetulan temanku ada yang buka loket tiket"

"Sebentar saya telpon temanku dulu untuk pesan tiketnya"

Sementara menunggu bang dinar menelpon aku berbincang dengan istrinya dan bermain dengan anaknya yang masih kecil.

"Senja... aku sudah memesan tiketnya, nanti kamu berangkat penerbangan jam sepuluh, sekarang sudah jam setengah sembilan sebaiknya kamu bersiap-siap nanti aku antar ke bandara"

"Iya bang" kamipun berangkat ke bandara untuk cek-in.

"Bang... terimakasih untuk semuanya entah apakah aku bisa membalas semua kebaikan abang sekeluarga apa tidak"

"Tidak apa senja...nkami ikhlas membantu kamu, dan tidak mengharapkan balasan apapun"

"Iya bang... yang jelas mulai saat ini abang ku angkat menjadi abangku dan keluargaku, sampaikan salamku pada mbak ya bang" berderai air mataku saat menyampaikan ini pada bang dinar.

"Iya senja.. sekarang kamu masuklah dan cek-in, nanti ketinggalan pesawatnya, dan juga untuk menghindari kalau-kalau ada yang mengenali kamu disini, oh ya.. jikalau ada apa-apa mintalah bantuan kepada khodam pendamping ghaibmu, nanti dia akan menyampaikannya padaku, dan kalau terjadi apa-apa dia juga pasti mengabariku"

"Baik bang, sekarang aku masuk dulu ya bang... assalamu'alaikum" kusalami dan kucium punggung tangan bang dinar dan sontak air mataku keluar tanpa bisa ku bendung membasahi punggung tangannya..

"Walaikumsalam" jawabnya.

Entah kenapa air mata ini terus mengalir, tysu yang kupegang basah dengan air mataku, perasaan haru berkecamuk di dadaku saat berpamitan dengan bang Dinar sang malaikat penyelamatku, selama hidup aku merasakan kalau ternyata masih ada orang baik, laki-laki baik yang menghuni dunia ini, semoga nanti aku di pertemukan lagi dengannya dan dapat membalas semua budi baiknya, akupun masuk bandara dan cek-in.

Sampai jumpa di Jakarta.
Salam Rahayu.

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close