Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PORTAL LADUNI (Part 34) - Pesona Supranatural

"Jangan bangga memiliki banyak teman, jika saat kita terpuruk mereka pergi dan menghilang"


Salam Rahayu....
JEJAKMISTERI - Sebuah hutan lebat kami telusuri, pohon-pohon raksasa dengan akar angin yang sudah menusuk ke bumi beruntaian bak sebuah rantai alam yang kokoh menunjukkan bahwa setinggi apapun, segagah apapun suatu makhluk, apabila dia masih di namakan hidup suatu saat tetap akan kembali ke bumi, jika dilihat palsafah pohon raksasa ini bukankah dia sudah hidup ratusan mungkin ribuan tahun, hingga dia mendapat predikat pohon raksasa dariku, mungkin berbagai cobaan halangan rintangan yang dia hadapi entah terinjak waktu masih bernama pohon kecil, entah beberapa kali pucuknya patah dimakan hewan yang membutuhkan keberadaan-nya, di terpa badai saat sudah di namakan pohon muda, entah kekurangan air dan unsur makanan saat musim kering akibat persaingan hidup dengan pohon lain.

Tapi lihatlah dia sekarang sudah menjadi sebatang pohon raksasa, yang di bawahnya menaungi beberapa pohon kecil yang subur, tapi kenapa akar anginnya masih saja dia tusukkan ke bumi padahal dia sudah bisa mencapai ketinggian yang sempurnah?, hmmm... mungkin dia sosok pohon yang tidak lupa bahwa suatu saat walaupun setinggi apapun dia pasti akan kembali ke bumi, sehingga dia selalu membuat ikatannya ke bumi. Hmmmm... dengan melihat satu pohon saja aku sudah merasa sangat kecil dan rapuh, gumamku dalam hati.

Agh... sudahlah menterjemahkan semua yang kulihat membuat kepalaku pusing meskipun itu wajib karena semua yang dilihat didengar dan dirasakan harus aku cari jawaban sendiri.

Perjalanan kami masih berlanjut, aku merasakan sebuah aura energi panas yang menekan kedalam jantungku yang membuat aku hampir tersengal, hingga tiba-tiba seruni menghentikan langkahnya.

Aku melihat kebelakang ternyata tapak lingkar sudah duduk dengan posisi jongkok.

"Berhenti dulu kanda...!"

"Ada apa dinda ?" jawabku

"Apa kanda tidak merasakan sesuatu dari tadi ?"

"Iya dinda, dari lima langkah kebelakang ada energi yang sangat kuat terasa menghimpit tubuh, semakin kedalam himpitannya semakin kuat hingga membuat dada sesak"

"Kau benar kanda, lihatlah temanmu itu, tubuhnya sudah tidak mampu menahan desakan energi ini" sambil menunjuk ke arah tapak lingkar.

"Energi apakah gerangan ini dinda ?"

"Ini ada batas kotaraja kerajaan padjajaran, dan energi ini adalah lapisan pagar kota raja"

"Owh, benarkah dinda, berarti kita sudah masuk ke lokasi kota raja padjajaran"

"Benar, sepenghabis hutan ini kita akan masuk ke wilayah pinggir kota raja"

"Tapi bagaimana kita masuk, sedangkan kita dihalangi oleh pagar yang kuat ini, bisa-bisa tapak lingkar mati kalau diteruskan"

"Yah, aku akan meminta izin dulu kepada sri baduga raja"

Sesaat seruni melakukan telepati.
"Sampurasun... sri baduga raja, hamba seruni bersama ksatria laduni mohon izin masuk kota raja untuk menghadap baginda"

Begitu kata-kata yang keluar dari mulut seruni, tak lama tiga orang prajurit muncul di depan kami tepatnya sebelah dalam pagar ghaib, salah satu dari mereka melakukan gerakan mengibas-ngibaskan tangannya, dan seketika sisi pagar ghaib membentuk lubang seperti lubang disebuah dinding tembok beton.

"Mari nyai...!, ikuti kami" sambil membungkukkan badan punggawa itu berbicara pada seruni.

Kamipun berjalan mengikuti langkah kaki ketiga punggawa kerajaan padjajaran, lama berjalan menuju istana, di perjalanan aku melihat sebuah suasana kehidupan masyarakat tempo dulu, semua masyarakat mayoritas berbahasa sunda.

Dalam hati aku berfikir, ini masa ini atau masa dulu?, bukankah aku membutuhkan bantuan sri baduga untuk pertempuran saat ini. Apakah ini sekedar perlambang kehidupan pada zaman kerajaan padjajaran masih berdiri, ataukah ini kerjajaan ghaib padjajaran yang masih ada sampai sekarang, agh... pusing kepala untuk menjawabnya sendiri, terserahlah ini jaman kapan aku tak peduli karena yang terpenting bagiku adalah bisa bertemu dengan sri baduga raja alias prabu siliwangi yang namanya tersohor dengan kesaktian dan kebijaksanaannya.

Seiring lamunanku, kami sudah berada di depan sebuah bangunan besar dan megah yang dimana-mana terdapat patung macan, aku merasakan kalau patung-patung itu sebenarnya hidup, karena energi kehidupan memancar kuat dari dalam patung-patung macan itu.

Kami masuk kedalam bangunan yang tidak lain adalah istana kerajaan prabu siliwangi, seeokor macan putih menyongsong kami, dan saat tiba di depan kami sosok macan itu berubah wujud menjadi seorang manusia laki-laki gagah.

"Sampurasun ki maung" buka seruni memberikan salam.

"Rampeess.." jawab lelaki itu.

"Ki maung?... itu yang disebut seruni, bukankah ki maung bodas adalah sosok legendaris yang menyertai legendarisnya prabu siliwangi" aku berkata-kata dalam hati.

"Grrr... mari nyai, ikuti saya" lanjut ki maung.

"Mari ki" jawab seruni sambil melanjutkan langkah mengikuti ki maung.

Kami tidak menuju ruang singgasana, akan tetapi berbelok keluar istana dan menuju sebuah tempat peristirahatan dan kami naik kesebuah pondok panggung bertiang beranak tangga satu sebatas lutut.

"Nyai, kita diminta prabu untuk menunggu disini"

"Baik ki maung, tapi apakah gerangan sri baduga ada di istana saat ini ?"

"Prabu siliwangi itu jarang sekali berada di istana, beliau lebih sering keluar istana mengunjungi rakyatnya, beliau lebih senang membaur dengan rakyatnya nyai..."

"Owh, begitu ya ki"

"Hrrrr... benar nyai, saat beliau sedang keluar istana, maka urusan di istana di serahkan pada saya"

"Jadi apakah kami cukup menyampaikan hajat kami kepada ki maung ?"

"Grrr.... nah... untuk masalah kedatangan nyai ini, sebenarnya prabu siliwangi sudah mengetahui perihal kedatangan nyai dan ksatria dari tanah sumatera ini, beliau meminta kita menunggu berarti beliau langsung yang akan menanggapinya, saya berharap sudilah kiranya nyai dan teman-teman ksatria untuk menunggu beliau sejenak, dan saya akan menemani disini"

"Iya ki, kami akan menunggu beliau" jawabku.

"Hmmm..., Mungkin ini kesempatanku untuk menguak sejarah tentang sosok prabu siliwangi yang fenomenal" pikirku.

"Maaf ki, sambil menunggu kehadiran sri baduga, bolehkah saya mendapatkan sedikit pencerahan dari ki maung ?"

"Grrr... hoo.. hihihi.... ksatria ini ada-ada saja, kalau sudah bisa hadir disini itu artinya sudah tidak ada yang bisa saya berikan kepada para ksatria ini, karena itulah sang prabu sendiri yang akan menyampaikannya"

"Bukan itu masalah yang saya mau dari ki maung"

"Hihihi... kalau begitu, silahkan sampaikan apa yang mau ksatria ketahui, saya akan usahakan menjawabnya"

"Terimakasih ki maung, sebelumnya saya minta maaf, pertanyaan saya mungkin janggal, apakah padjajaran yang kami datangi ini adalah padjajaran tempo dulu ataukah padjajaran ghaib saat ini"

"Hihihohohii... grrrr.....! ini adalah masa ini ksatria, bukan masa lalu"

"Artinya ini kerajaan ghaib padjajaran ki ?"

"Hrrr... benar sekali ksatria"

"Hmmm... baiklah ki, kalau begitu bolehkah kiranya ki maung menceritakan kejadian sejarah sebenarnya tentang padjajaran dan prabu siliwangi, yang semasa hidup di dunia real ki maung selalu berada di sisi sang prabu"

"Hihihi... grrr... bukan hanya di dunia real, di dunia ghaib ini pun saya tetap mendampinginya, baiklah ksatria aku akan menceritakan sedikit kisah junjungan saya, perjalanan hidupnya dari dulu sampai sekarang"

Raden Pamanah Rasa itulah nama pada masa ia muda. Ki gedeng sindang kasih adalah yang mengasuh beliau sejak kecil ki gedeng adalah seorang guru di pelabuhan muara jati.

Raden pamanah rasa adalah putra prabu Anggalarang atau prabu dewa Niskala Raja dari Kerajaan Gajah dari Dinasti Galuh yang berkuasa atas Surawisesa.

Setelah Raden pemanah Rasa Dewasa dan sudah cukup ilmu yg di ajarkan oleh ki gedeng sindangkasih. Beliau kembali ke kerajaan Gajah untuk Mengabdi kepada ayahandanya prabu Angga Larang/dewa Niskala.

Setelah itu Raden pemanah Rasa Menikahi Putri ki gedeng sindangkasih yang bernama nyi Ambet kasih. Ketika itu Kerajaan gajah dalam pemerintahan Prabu dewa Niskala atau prabu Angga Larang sedang dalam masa keemasanya. Wilayahnya terbentang Luas dari Sungai Citarum Di karawang yang berbatasan Langsung dengan kerajaan Sunda, sampai sungai ci-pamali berbatasan Dengan Majapahit.

Pada suatu Hari Prabu AnggaLarang Geram karna Banyak dari penduduknya di muara jati yang beragama Hindu Pindah keagama Baru yang Dibawa oleh Alim Ulama dari Campa kamboja bernama Syekh Quro Agama tersebut Bernama islam.

Maka di Utuslah Beberapa orang kepercayaannya Untuk Mengusir Ulama itu dari tanah jawa.

Sedikit informasi tentang syeh quro:
Konon kabarnya, Ulama besar yang bergelar Syekh Qurotul'ain dengan nama aslinya Syekh Mursyahadatillah atau Syekh Hasanudin beliau adalah seorang yang arif dan bijaksana dan termasuk seorang ulama yang hafidz Al-qur'an serta ahli Qiro'at yang sangat merdu suaranya.

Syekh Quro adalah putra ulama besar Mekkah, penyebar agama Islam di negeri Campa (Kamboja) yang bernama Syekh Yusuf Siddik yang masih keturunan dari Sayidina Hussen Bin Sayidina Ali RA. Dan Siti Fatimah putri Rosulullah SAW.

Sebelum Beliau datang ke tanah jawa sekitar tahun 1409 Masehi, Syekh Quro pertama kali menyebarkan Agama islam di negeri Campa Kamboja, lalu ke daerah Malaka dan dilanjutkan ke daerah Martasinga Pasambangan dan Japura akhirnya sampailah ke Pelabuhan Muara Jati yang saat itu syahbandar di gantikan oleh ki gedeng Tapa karna Ki gedeng sindangkasih telah Wafat.

Disini beliau disambut dengan baik oleh Ki Gedeng Tapa atau Ki Gedeng Jumajan Jati, yang masih keturunan Prabu Wastu Kencana Ayah dari Prabu Anggalarang dan oleh masyarakat sekitar mereka sangat tertarik dengan ajaran yang disampaikan oleh Syekh Quro yang di sebut ajaran agama Islam.

Sampailah para utusan itu di depan pondokan syech Quro, Utusan itu Menyampaikan Perintah dari Rajanya Agar penyebaran agama Islam di muara jati Harus segera dihentikan. Perintah dari Raja Gajah tersebut dipatuhi oleh Syeh Quro. Namun, kepada utusan prabu Anggalarang yang mendatangi Syekh Quro, beliau mengingatkan, meskipun ajaran agama Islam dihentikan penyebarannya. Tapi kelak, dari keturunan Prabu Anggalarang akan ada yang menjadi seorang Wali Allah.

Beberapa saat kemudian beliau pamit pada Ki Gedeng Tapa untuk kembali ke negeri Campa, di waktu itu pula Ki Gedeng Tapa menitipkan putrinya yang bernama Nyi Mas Subang Larang, untuk ikut dan berguru pada Syekh Quro. BerangkatLah Syeh Quro bersama Nyi subang Larang dengan menggunakan Perahu kembali ke negri campa kamboja.

Sebagai Seorang putra Raja Beliau tidak Betah tinggal diam di istana, Raden Pamanah Rasa kerap mengembara Menyamar menjadi Rakyat Jelata dari daerah satu ke daerah Lainya, Menolong yang Lemah & Memberantas Keangkaramurkaan. Gemar bertapa & mencari kesaktian.
Di dalam salah satu pengembarannya, Ketika beliau hendak beristirhat di Curug atau air terjun, curug itu bernama Curug Sawer yang terletak di daerah Majalengka, Raden pemanah Rasa dihadang oleh siluman Harimau Putih Pertempuran pun tak terelakkan.

Raden Pamanah Rasa dan Siluman Harimau Putih yang diketahui memiliki kesaktian tinggi itu pun bertarung sengit hingga Setengah Hari, Namun kesaktian Prabu Pamanah Rasa berhasil memenangi pertarungan dan membuat siluman Harimau Putih tunduk kepadanya.

Harimau Putih itu memberi sebuah pusaka yang terbuat dari kulit Macan, Dengan pusaka itu beliau bisa Terbang Laksana burung, Menghilang tak terlihat oleh mata (ajian Halimun), berjalan secepat angin (Ajian saepi Angin)b& Bisa Mendatangkan Bala tentara Jin.

Harimau itupun memutuskan untuk mengabdi kepada Raden Pamanah Rasa sebagai pendamping beliau. Dengan tunduknya Raja siluman Harimau Putih, maka meluaslah wilayah kerajaan Gajah.

Siluman Harimau Putih beserta pasukannya selanjutnya dengan setia mendampingi dan membantu Raden Pamanah Rasa. Salah satunya kala kerajaan Gajah menundukkan kerajaan kerajaan yang Memeranginya. Siluman Harimau Putih juga turut membantu Raden Pamanah rasa saat kerajaan Pajajaran diserang oleh pasukan Mongol pada Masa kekaisaran Kubilai khan.

Karna Jasa-jasa Anaknya yang begitu besar dalam Kejayaan kerajaan gajah, maka diangkatlah Raden pemanah Rasa sebagai Raja kedua di kerajaan tersebut.

Prabu Pamanah Rasa pun selanjutnya mengubah nama kerajannya menjadi kerajaan Pajajaran. Yang berarti menjajarkan atau menggabungkan kerajaan Gajah dengan kerajaan Harimau Putih.

Seiring meluasnya wilayah kerajaan Gajah, Prabu Pamanah Rasa kemudian membuat senjata sakti yang pilih tanding. Beliau menyuruh Eyang Jaya Perkasa untuk membuat senjata pisau berbentuk harimau sebanyak tiga Buah, Dalam Tiga Warna, yaitu Kuning, Hitam, Putih.

Senjata pertama yang berwarna hitam, dibuat dari batu yang jatuh dari langit yang sering disebut meteor, yang dibakar dengan kesaktian Prabu Pamanah Rasa Dalam membentuk besi yang diperuntukkan untuk membuat senjata tersebut.

Senjata Kedua dibuat dari air, api yang dingin, yang warnanya kuning dibekukan menjadi besi kuning, Senjata ketiga dari besi biasa yang direndam dalam air hujan menjadi putih berkilau.

Senjata itu selesai dalam waktu tujuh hari.

Semalam penuh Pengeran Pamanah Rasa memikirkan nama untuk senjata sakti tersebut, tepat ayam berkokok ditemukan nama untuk ketiga barang tersebut, Pisau pusaka itu di beri nama KUJANG (Senjata Berbentuk Harimau), dikarenakan Pusaka itu ada tiga, Maka kujang tersebut di beri nama KUJANG TIGA SERANGKAI, yang Artinya BEDA-BEDA TAPI TETAP SAMA.

Senjata itu berbentuk melengkung dengan ukiran harimau di gagangnya. Ukiran harimau di gagang Kujang konon sebagai pengingat terhadap pendamping setianya, siluman Harimau Putih.
Dan pusaka itu yang kini menjadi lambang dari propinsi Jawa Barat.

Beberapa Tahun kemudian Syekh Quro datang kembali ke negeri Pajajaran beserta Rombongan para santrinya, dengan menggunakan Perahu dagang dan serta didalam rombongan adalah, Nyi Mas Subang Larang, Syekh Abdul Rahman. Syekh Maulana Madzkur dan Syekh Abdilah Dargom.

Setelah Rombongan Syekh Quro melewati Laut Jawa dan Sunda Kelapa dan masuk Kali Citarum, yang waktu itu di Kali tersebut ramai dipakai Keluar masuk para pedagang ke Pajajaran, akhirnya rombongan beliau singgah di Pelabuhan Karawang. disebut, Pura Dalem.

Mereka masuk Karawang sekitar 1416 M. Yang mungkin dimaksud Tangjung Pura, dimana kegiatan Pemerintahan dibawah kewenangan Jabatan Dalem.. Karena rombongan tersebut, sangat menjunjung tinggi peraturan kota Pelabuhan, sehingga aparat setempat sangat menghormati dan, memberikan izin untuk mendirikan Mushola (1418 Masehi) sebagai sarana Ibadah sekaligus tempat tinggal mereka. 

Setelah beberapa waktu berada di pelabuhan Karawang. Syekh Quro menyampaikan Dakwah-dakwahnya di Mushola yang dibangunya (sekarang Mesjid Agung Karawang). Dari urainnya mudah dipahami dan mudah diamalkan, ia beserta santrinya juga memberikan contoh pengajian Al-Qur'an menjadi daya tarik tersendiri di sekitar karawang.

Ulama besar ini sering mengumandangkan suara Qorinya yang merdu bersama murid-muridnya, Nyi Subang Larang, Syekh Abdul Rohman, Syekh Maulana Madzkur dan santri lainnya seperti, Syekh Abdiulah Dargom alias Darugem alias Bentong bin Jabir Modafah alias Ayekh Maghribi keturunan dari sahabat nabi (sayidina Usman bin Affan).

Berita kedatangan kembali Syekh Quro, rupanya terdengar oleh Prabu Anggalarang yang pernah melarang penyebaran agama islam di muara jati, sehingga Prabu Anggalarang mengirim utusannya untuk menutup pesantren Syekh Quro dengan paksa. Utusan yang datang itu adalah Putra Mahkota yang bernama Raden Pamanah Rasa.

Sesampainya di depan pesantren Raden pemanah Rasa tertambat hatinya oleh alunan suara merdu yang dikumandangkan oleh Nyi Subang Larang,"Saat menlantunkan Ayat-ayat Al-Qur'an,"

Prabu Pamanah Rasa akhirnya mengurungkan niatnya untuk menutup pesantren tersebut. Atas kehendak yang Maha Kuasa Prabu Pamanah Rasa, menaruh perhatian khususnya pada Nyi Subang Larang yang cantik dan merdu suaranya.

Beliau pun menyampaikan keinginanya untuk mempersunting Nyi Subang Larang sebagai permaisurinya. Pinangan tersebut diterima tapi dengan syarat mas kimpoinya yaitu Lintang Kerti Jejer Seratus, yang di maksud itu adalah simbol dari Tasbeh yang merupakan alat untuk berdzikir.

Selain itu, Nyi Subang Larang mengajukan syarat lain agar kelak anak-anak yang lahir dari mereka harus menjadi Raja. Seterusnya menurut cerita, semua permohonan Nyi Subang Larang disanggupi oleh Raden Pamanah Rasa. Atas petunjuk Syekh Quro, Prabu Pamanah Rasa segera pergi ke Mekkah. Di tanah suci Mekkah, Prabu Pamanah Rasa disambut oleh seorang kakek penyamaran dari Syekh Maulana Jafar Sidik.

Prabu Pamanah Rasa merasa keget, ketika namanya di ketahui oleh seorang kakek. Dan Kekek itu, bersedia membantu untuk mencarikan Lintang Kerti Jejer Seratus dengan syarat harus mengucapkan Dua Kalimah Syahadat. Sang Prabu Pamanah Rasa dengan tulus dan ikhlas mengucapkan, Dua Kalimah Syahadat. Yang makna pengakuan pada Allah SWT, sabagai satu-satunya Tuhan yang harus disembah dan, Muhammad Saw adalah utusannya.

Semenjak itulah, Prabu Pamanah Rasa Atau prabu silihwangi masuk agama Islam dan menerima Lintang Kerti Jejer Seratus atau Tasbeh, mulai dari itu, Prabu Pamanah Rasa diberi ajaran tentang agama islam yang sebenarnya.

Setelah itu Prabu Pamanah Rasa segera kembali ke Kraton Pajajaran, Untuk melangsungkan pernikahannya denga Nyi Subang Larang, waktu terus berjalan maka pada tahun 1422 M, pernikahan di langsungkan di Pesantren Syekh Quro dan dipimpin oleh Syekh Quro.

Hasil dari pernikahan tersebut mereka di karunai 3 anak yaitu:

1. Raden Walangsungsang/kian santang (1423 Masehi)
2. Nyi Mas Rara Santang (1426 Masehi)
3. Raja Sangara (1428 Masehi).

Nama Silihwangi pun & dikenal sebagai raja yang mencintai rakyatnya.

Dia meminta agar pajak hasil bumi tidak memberatkan rakyat. Dia juga mengatur pemerintahan dengan cukup baik sehingga Pajajaran disegani.

Kemudian Prabu Silihwangi Menikahi putri Prabu Susuktunggal Raja dari kerajaan Sunda, yang bernama KENTRING MANIK MAYANG SUNDA
Jadilah antara Raja Sunda dan Raja Galuh yang seAyah ini menjadi besan. Pada tahun 1482, Prabu Dewa Niskala menyerahkan Tahta Kerajaan Galuh kepada puteranya Raden pemanah Rasa atau Jaya Dewata.

Demikian pula dengan Prabu Susuktunggal yang menyerahkan Tahta Kerajaan Sunda kepada menantunya ini (Jayadewata). Dengan peristiwa yang terjadi, kerajaan warisan Wastu Kencana berada kembali dalam satu tangan.

PRABU SILIHWANGI. Beliau memutuskan untuk berkedudukan di Pakuan sebagai "Susuhunan" karena ia telah lama tinggal di sana menjalankan pemerintahan sehari-hari mewakili mertuanya. Sekali lagi Pakuan menjadi pusat pemerintahan.

Zaman Pajajaran diawali oleh pemerintahan Prabu Jayadewata yang bergelar Sri Baduga Maharaja prabu silihwangi.

Pada masa inilah Pakuan Pajajaran mencapai puncak perkembanganya.
Gemah Ripah Loh Jinawi, Daerah kekuasaanya sepertiga pulau Jawa yang terbentang luas dari ujungkulon sampai ke Dataran tinggi Dieng jawa tengah. Wilayah ini kala itu di sebut tataran Sunda.

Singkat Cerita Setelah Prabu Silihwangi di tinggal nyi Subang Larang ke Rahmat Allah, istri yang paling di cintainya.

Beliau mulai Melupakan islam yang pernah di ikrarkanya, Beliau lebih Memilih Kembali Memeluk Agama yang di Anut leluhurnya (sunda wiwitan).

Sedangkan Raden Walangsungsang yang juga putra mahkota Kerajaan Pajajaran berkeinginan untuk berguru agama Nabi Muhammad saw.

Lalu, ia mengutarakan maksudnya kepada ayahandanya, Prabu Siliwngi. Namun, Prabu Siliwangi melarang bahkan mengusir Walangsungsang dari istana.

Pangeran walangsungsang lahir dikeraton Pajajaran. Pada masa mudanya ia memperoleh pendidikan yang berlatar belakang kebangsawanan dan politik, kurang lebih 17 tahun lamanya ia hidup di Istana Pajajaran.

Pada suatu malam, Walangsungsang melarikan diri meninggalkan istana Pakuan Pajajaran. Ia menuruti panggilan mimpi untuk berguru agama nabi kepada Syekh Nurjati, seorang pertapa asal Mekkah di bukit Amparan Jati cirebon.

Dalam perjalanan mencari Syekh Nurjati, Walangsungsang bertemu dengan seorang pendeta Budha bernama Resi Danuwarsi.

[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close