Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PORTAL LADUNI (Part 39) - Senja di Langit Jakarta (Lanjutan)


SENJA DI LANGIT JAKARTA (Lanjutan)

JEJAKMISTERI - "Mereka takut dengan pencerahan jiwa, hanya mereka yang terpilih yang akan mendapatkannya"

Banyak sekali sukma-sukma perempuan bermuka pucat, yang sedang bergentayangan, berjalan kesana kemari, mereka tidak memperdulikan kehadiranku walaupun beberapa mereka menatapku dengan tatapan dingin.

Pandanganku di alihkan ke dua makhluk yang lain, wujudnya aneh manusia berbadan kekar rambut acak-acakan berkuku panjang. Mereka menyeret salah satu sukma perempuan yang tadi menatapku.

Rasa kasihan muncul di hatiku, dan tanpa pikir panjang tubuhku segera melesat ke arah kejadian, tubuhku terasa ringan sekali sekejap aku sudah berada di dekat mereka.

"Berhenti...!" teriakku.

"Lepaskan dia, mau di bawa kemana perempuan itu..!"

Kedua makhluk kasar itu menatapku, mata mereka merah seperti mengeluarkan bara api. Lalu kembali menarik sukma wanita tadi.

Aku mengacungkan tanganku, aneh tanpa kusadari seberkas sinar merah keluar dari jari telunjukku dan mengarah ke salah satu makhluk berwujud lelaki kasar. Sinar itu mengenai bahunya, tapi sayang sinar itu tidak memberikan efek apa-apa terhadapnya, dia malah melepaskan pegangangannya dan dengan beringas mengarah kepadaku.

Aku kebingungan, apa yang telah kulakukan tadi adalah tanpa sengaja, dan hanya membuat makhluk ini marah. Aku tidak bisa apa-apa dan belum mempelajari ilmu kesaktian apapun dari ratu utara. Bagaimana aku bisa melawan makhluk sangar ini.

Tanpa basa-basi lelaki kasar itu langsung mengarahkan pukulan tangannya padaku, aku kaget bukan kepalang detik tangannya mendarat di wajahku, aku bergerak sedikit dan nyaris pukulan itu mendarat. Sekali lagi aku di buat bingung ternyata aku bisa luput dari pukulan yang di arahkan padaku.

"Bertarunglah... kau sudah siap untuk itu, jangan ragu di dalam dirimu sudah di bekali berbagai ilmu kesaktian dan kemampuan beladiri ghaib, yang akan timbul di setiap gerakanmu" bisikan khodam pendampingku.

"Hmmm... baiklah kalau begitu sahabat...! aku akan bertarung...!"

Mungkin karena rasa kesal pukulannya meleset lelaki kekar itu melancarkan serangan berikutnya, dan kembali aku bisa menghindarinya, emosinya sudah mulai naik tanpa ragu dia melancarkan serangan bertubi-tubi kerahku.

Semakin lama gerakanku semakin lincah dan ringan, aku seperti seorang pendekar dunia persilatan, dengan gampang aku menghindari serangan-serangan yang datang, kali ini aku berniat untuk memberikan serangan balasan, gerakan lawanku ini sebenarnya lumayan lamban mungkin karena pengaruh fisiknya yang besar tetapi walaupun lamban energi yang keluar dari pukulannya sangatlah besar sekali, hal itu terasa dari setiap pukulan yang nyaris menyerempet tubuhku, selalu kulitku terasa panas dan nyeri.

Satu titik saat lawanku mengarahkan tinju kipipi kiriku aku berhasil berkelit masuk ke belakang sikunya dan alhasil aku bisa mendaratkan tendangan ke rusuknya. Lawanku terdorong ke samping sampai tiga langkah.

Melihat temannya sudah terkena tendanganku, lelaki sangar yang satu lagi segera mendekat dan ikut menyerangku. Sekarang aku yang masih pemula ini harus menghadapi dua musuh sekaligus.

Serangan bergantian di lancarkan padaku, semakin sulit aku menghadapi serangan ini, sebuah bogeman mendarat di perutku membuat aku terpental ke kebelakang, sesuatu yang hangat kurasakan keluar dari hidungku, ku seka ternyata darah cair mengalir dari hidungku, dipastikan aku sudah terkena luka dalam.

"Teruslah bertarung, aku akan mengatasi luka dalammu" suara khodam pendampingku.

"Bagaimana sahabat, kekuatan mereka berdua sepertinya sudah berada di atasku"

"Hahaha... kau salah senja, kekuatan mereka itu sepuluh kali di bawahmu hanya saja kau belum mampu memaksimalkan kekuatanmu itu"

"Benarkah itu sahabat ?"

"Benar, yang mulia ratu utara sudah menitipkan berbagai ajian di dirimu maka gunakanlah"

"Baiklah kalau begitu sekarang aku tidak akan ragu lagi"

Kembali ke pertarungan, aku kembali berdiri walaupun masih terhuyung tapi aku sudah tidak merasakan nyeri di perutku akibat pukulan lawanku tadi. Lawanku kembali menerjang ke arahku, pukulan demi pukulan berhasil ku tepis, hingga satu titik aku mendapatkan celah untuk menyarangkan pukulan balik "alirkan energi dari pusar ketanganmu" bisikan khodamku.

Akupun mengikutinya, kurasakan tangan kanan serasa membesar dan di selimuti oleh aura merah api, dan ku hantamkan ke dada lawanku, kepalan tanganku masuk menembus tubuh lawanku yang besar.

"Hoooaaarrrrr....." teriakan histeris menggema keluar dari mulut lawanku, karena kepalan tanganku masih tertanam di dadanya, kutarik tanganku dan lelaki kekar dan sangar itupun ambruk di depanku tanpa bergerak lagi.

Melihat temannya sudah ambruk lawanku yang satu lagi melompat mundur dan berlari menjauh dari lokasi pertarungan dan menghilang.

"Hmmm... rupanya dia melarikan diri"

Siapakah lawanku ini, kemana mereka akan membawa sukma-sukma perempuan ini, aku sungguh masih penasaran, di antara sukma-sukma ini banyak yang jasadnya masih hidup di dunia sana, jika sukma-sukma ini di musnahkan entah apa yang akan terjadi dengan manusianya.

"Agh... aku masih bingung dengan semua ini, berbagai pertanyaan muncul di benakku, termasuk kenapa aku bisa berada di alam astral ini, sedangkan jika kuingat bukahkah tadi aku masih bersama bambang di kamar yang penuh dengan taburan bunga."

"Sahabat siluman belut, apa yang harus aku lakukan agar aku bisa kembali ke kamar tadi" tanyaku pada khodam pendampingku.

"Nanti aku yang akan membuka portal ghaibnya, kau tinggal melompat kedalam lubang portal yang aku buat"

"Baiklah kalau begitu cepatlah, aku ingin keluar dari tempat ini"

Tak lama aku merasakan pusaran angin di hadapanku, dan.. blazzz... tiba-tiba muncul semacam piringan pusaran angin "inikah portal yang kau maksud ?"

"Benar... melompatlah kau kedalamnya" dan akupun menurutinya.

"Blazzz... aku kembali ke kamar yang tadi, ku buka mataku ku tatap di sekelilingku gelap, sekali masih seperti tadi, tapi dimana si bambang ?"

Dia pasti sudah melakukan sesuatu pada diriku selama aku pergi, tapi aku tidak merasakan hal aneh pada kewanitaanku, tidak ada tanda-tanda kalau aku baru selesai di setubuhi.

Kalau dia tidak menyetubuhiku berarti dia lepas dari cengkraman maut, lendir beracunku, agh... aku harus mencarinya keluar, aku langsung bangkit dari tempat tidur dan melangkah keluar kamar. Ternyata si bambang tidak ada diluar "hmmm... kemana dia, Aku melihat ke sekeliling, rumah ini sepi semua lampu sudah di padamkan kulihat ada jam dinding yang besar berdiri di pojok ruangan, jam itu menunjukkan waktu pukul 1.30 pagi" rupanya cukup lama aku berada di kamar itu tadi.

Mataku tertuju ke sebuah kamar yang lampunya masih menyala dengan cahaya redup, kudekati kamar itu dan perlahan kubuka pintunya.

"Hmmm... rupanya dia tidur di kamar ini"

"Sahabat bisakah kau membuat dia tidur lebih pulas dan tidak terbangun walaupun ada gempa ?"

"Bisa, aku aka menggunakan ajia sirep yang akan membuatnya tidur lebih pulas lagi"

Hawa dingin mulai menjalar di ruangan kamar pertanda ajian sirep sudah melingkupi seluruh ruang kamar, siapapun yang terkena akan tertidur dengan pulas.

"Senja... untuk mengetahui lebih detil tentang siapa lelaki itu kau harus masuk ke alam bawah sadarnya"

"Bagaimana caranya supaya aku bisa masuk ke alam bawah sadarnya"

"Duduk dan berkonsentrasilah, sampai kau mendapatkan keheningan yang paling dalam, aku akan membuka kembali portal untukmu"

Akupun melakukan petunjuk khodam pendampingku, berkonsntrasi dan menciptakan suasana hening dalam diriku hingga pada satu titik blazzz...! aku seakan terangkat dengan kecepatan super sonic dan tiba-tiba sudah berada di sebuah alam yang berbeda.

Sebuah tempat dimana aku tidak melihat adanya cahaya terang, yang ada hanya cahaya seperti antara siang dan malam, tak ada matahari, bulan dan bintang, yang ada cahaya remang dingin dan aura mistis yang tebal. Tempat ini berpasir seperti pinggiran pantai tapi aku tidak mendengar suara ombak laut.

"Hmmm... inikah alam bathin si bambang itu, tapi dimana dia ?" tanyaku dalam hati.

"Melangkahlah ke depan sana ada sebatang pohon besar, dan di sanalah iya berada" bisikan khodamku.

Akupun melangkahkan kaki ku, kira-kira lima puluh meter aku berjalan benar saja, di depanku ada sebatang pohon besar, dimana pada bagian atasnya banyak terdapat cahaya seperti kunang-kunang yang membuat bawah pohon lunayan terang dan bercahaya.

Dibawah pohon itu ada sebuah batu besar dengan permukaan datar dan di atasnya duduk seorang laki-laki yang tidak lain adalah si bambang.

Melihat kehadiranku dia kaget bukan kepalang wajahnya pucat seperti ketakutan, dia melompat dari atas batu dan berlari terbirit-terbirit, pengejaranpun ku lakukan.

"Gila!, cepat sekali dia berlari aku hampir tidak melihatnya lagi dan benar dia hilang dari pandanganku"

"Sahabat bagaimana ini, dia lari terlalu cepat aku kehilangan dia"

"Gunakan radar energimu, arahkan tanganmu kedepan dan deteksi asal energinya, dan kejarlah ke arah asal energi itu"

"Baiklah...!" Banyak sekali pelajaran yang kudapat malam ini. 

Akupun melakukan petunjuk khodam pendampingku, benar saja aku merasakan sumber energi hidup menerpa telepak tanganku dan kupastika itu berasal dari energi si bambang tadi, segera kususul ke arah energi itu berasal, kurasakan langkah lariku semakin ringan dan cepat, seolah aku sudah tidak berpijak ke tanah.

"Itu dia..." si bambang sudah kelihatan di depanku.

"Berhenti....!" teriakku, dia terus berlari tanpa memperdulikan peringatanku, kalau begini aku terpaksa main kasar juga, empat langkah di belakangnya aku langsung melompat sambil mengacungkan kaki dan "jedug..." tendanganku mengenai belakangnya, tak ayal karena dorongan tendanganku dia kehilangan keseimbangan dan jatuh tersungkur.

Bambang berupaya bangkit dan kembali mengeluarkan jurus langkah seribu, tapi sayang aku sudah berada dihadapannya.

"Berhenti atau aku akan melukaimu" bentakku.

"Sekarang kau jawab pertanyaanku"

"Apa tujuanmu menjebakku kedalam permainan ghaibmu"

"Mau di apakan sukma-sukma perempuan itu"

Bambang hanya diam tanpa mengucapkan sepata kata untuk menjawab pertanyaanku.

"Jawab...!" bentakku kembali, emosiku sudah mulai naik.

"Kau benar-benar membuatku marah, tanpa kusadari dengan ringan tanganku melesat dan"

"Plak... plak..!" tamparanku melesat ke pipi si bambang, kali ini dia tidak jatuh masih tetap berdiri dan tertunduk.

Kaki kananku pun spontan dan "dug...!" tendanganku mendarat di dadanya kali ini dia jatuh, langsung kakiku mendarat di lehernya yang masih dalam posisi telentang di pasir.

Sepersekian detik saat telapak kakiku tertanam di lehernya, blazzz....! sebuah energi seperti bayangan hitam sangat cepat menghantam pergelangan kakiku, untung aku masih sempat menarik kakiku sehingga bayangan itu tidak mengenaiku.

"Hah... siapa kau, tunjukkan dirimu...!" teriakku.

"Hahaha... sabarlah wahai dewi, jangan kau terlalu menurutkan emosimu"

Dari remang-remang cahaya muncul sesosok lelaki berpakaian hitam dengan stel seorang pendekar dunia persilatan.

"Siapa kau, berani mencampuri urusanku"

"Hahaha... dewi, kau cantik tapi galak sekali, aku tidak mencampuri urusanmu tapi aku melakukan tanggung jawabku"

"Apa maksudmu, dengan tanggung jawabmu"

"Benar pria yang kau hajar itu adalah pengikutku dan keselamatannya adalah tanggung jawabku"

"Hah... siapa kau ini sebenarnya, apa hubunganmu dengan pria ini"

"Aku adalah Arya Sapta Dewa juru kunci persugihan ratu gendri mayit, pria yang bernama bambang itu adalah salah satu pengikutku mengambil pesugihan dari ratu gendri mayit"

"Lantas bagaimana dengan sukma-sukma perempuan di sana itu"

"Mereka adalah tumbal pesugihan"

"Termasuk aku ?"

"Ya jika kau tidak mempunyai kemampuan supranatural, tapi sekarang ceritanya sudah lain"

"Hmmm... kalau begitu lepaskan sukma-sukma itu, bebaskan mereka dan kembalikan ke tubuh mereka yang masih hidup"

"Hahaha tidak semudah itu dewi, kau akan berurusan dengan ratu gendri mayit karena sukma-sukma itu adalah miliknya sebagai pengganti kekayaan yang sudah diberikannya kepada pengikutnya"

"Lagi pula untuk apa kau peduli dengan mereka, bukankah kau sendiri melakukan hal yang sama dengan pria itu"

"Apa maksudmu aku melakukan hal yang sama"

"Benar.., bukankah para korbanmu, semuanya mati dan sukma mereka di ambil oleh ratu utara"

"Owh... lelaki ini tahu tentang aku, siapa dia ini ?"

"Siapa kau sebenarnya, dari mana kau tahu hubunganku dengan dewi laut utara"

"Hahaha... bukan hanya itu akupun tahu kalau kau pernah berhubungan dengan Ksatria Laduni dari tanah sebrang"

"Sudahlah senja, kau dan aku sama, juga dengan si bambang hanya saja motifnya saja yang berbeda, jadi akan lebih baik untukmu jika tidak mengingkari persekutuanmu dengan yang mulia ratu utara, kita ini satu naungan dan akan lebih kuat untuk kita jika kita bersekutu dan bersatu juga"

"Apa maksudmu dengan bersekutu ?"

"Benar, di alam astral ini juga di alam real sana, kita tetap membutuhkan teman yang bisa di ajak kerja sama untuk mewujudkan misi kita masing-masing, dan mulai sekarang bersekutulah denganku karena kedepan kau pasti membutuhkan bantuanku"

"Hmmmm... aku mulai tertarik dengan tawaran Arya sapta dewa ini"

"Sahabatku siluman belut, bagaimana menurutmu dengan tawaran arya sapta dewa"

"Terimalah tawaran itu, dia benar, kedepan kau akan membutuhkan bantuannya juga"

"Karena misimu ini akan banyak mendapat tantangan dari para ksatria alam astral yang beraliran putih dan semua akan menjadi musuhmu"

"Baiklah, arya sapta dewa aku menerima tawaranmu untuk bersekutu"

"Nah, dengan begitu para ratupun akan sangat senang dengan sikapmu itu"

"Akhirnya cukup lama aku dan arya sapta dewa berbincang di alam astral sampai aku memutuskan untuk kembali ke alam real dan pulang kerumahku dengan di antar supir si bambang"

SALAM...

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close