Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PORTAL LADUNI (Part 41) - Pelangi Senja di Langit Jakarta


Salam rahayu...

JEJAKMISTERI - Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, dalam waktu singkat sudah banyak korbanku berjatuhan.

Aku bersiap seperti biasa, untuk keluar mencari mangsa sebagai seorang wanita predator bagi kaum pria hidung belang yang kerjaannya hanya berfoya dan memanfaatkan kaum lemah sebagai tempat melampiaskan nafsu birahi belaka.

Aku menelpon taxi online yang biasa mengantar jemput dan tak lama taxinya muncul di depan apartemenku.

"Malam mbaaak..!, siap otw kemana kita malam ini ?"

"Kita cari tempat baru mas, terserah mas mau arah kemana yang penting saya bisa mendapatkan target aja"

"Siap berangkaaat...!"

Setengah jam dalam perjalanan "mas berhenti disini aja" pintaku saat berada di sekitaran area perhotelan.

"Oke mas, nanti kalo mau pulang saya telpon lagi"

"siiiaaapp bosku...!" aku turun dari taksi.

"Hmmm... sudah beberapa menit aku duduk disini tapi belum ada yang nyamperin, apa aku pindah lokasi aja yah" saat aku beranjak dan berada di pinggiran trotoar.

"Assalamu'alaikum senja...!" aku mendengar suara seorang laki-laki di telingaku, aku melihat di sekelilingku tetapi aku tidak melihat siapapun yang tadi menyapaku.

"Hmmm.. mungkin pendengaranku saja"

"Assalamu'alaikum" suara itu terdengar lagi, aku baru sadar suara ini halus sekali terdengar dan pastilah ini bukan manusia mengingat semua indra bathinku memang sudah terbuka bukan tidak mungkin ini suara bersumber dari alam astral, untuk memastikan aku langsung mengaktifkan indra bathinku.

"Hmmm... benar saja ternyata di depanku berdiri sesosok pria dengan pakaian pendekar melayu, yang tadinya aku mengira arya sapta dewa ternyata bukan"

"Assalamu'alaikum senja"

"Waalaikumsalam, maaf siapakah gerangan pendekar ini yang tahu namaku ?"

"Hmmm... senja, rupanya kau sudah melupakan kakakmu ini"

"kakak?, aku tidak punya kakak seperti pendekar"

"Iya senja kau memang tidak punya kakak sepertiku, mungkin kau pernah mengucapkan kata kakak padaku sehingga aku menganggap senja adalah adikku"

"Cepatlah kau katakan apa tujuanmu menemuiku, karena aku masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan"

"Pekerjaan misi balas dendamkah yang kau maksud ?"

"Sekali lagi kau jelaskan siapa dirimu wahai ksatria atau kau akan mendapat masalah disini"

"Baiklah senja adikku, apa kau benar-benar sudah lupa denganku, aku adalah 'dinar' orang yang telah membantumu datang ke jakarta ini"

Mendengar nama itu, 'jederrr....!' Tubuhku terasa di sambar petir puluhan kali yang menyebabkan jantungku berhenti berdetak, aliran darah disekujur tubuh seakan berhenti dan membeku menyebabkan wajahku pucat pasih, serasa seluruh tulang di cabut dari tubuhku yang menyebabkan tubuhku lunglai.

Mulutku terkunci diam seribu bahasa, kakiku gemetar merasakan keinginan untuk berlari sejauh mungkin dari manusia yang bernama dinar yang berdiri di hadapanku. Mengapa dia tiba-tiba bisa berada di hadapanku dan sepertinya mengetahui tentang misi yang sedang ku jalankan ini, sehebat itukah dia, bisa mejelajah dunia astral sejauh ini?.

Berbagai pertanyaan muncul di benakku seiring dengan lamanya keterpakuanku seolah terkena gendam dengan kekuatan tingkat tinggi.

"Mengapa kau hanya diam adikku, apa kau masih berusaha mengingat nama itu ?"

"Tidak dang, maafkan aku yang lupa dengan dang dinar, karena memang sudah lama kita tidak bertemu, apa kabar keluarga di bengkulu dang ?"

"Kami semua dalam keadaan baik, tapi bagaimana dengan senja sekarang"

"Aku rasa tak perlu aku bercerita tentang aku lagi, karena aku yakin dang dinar sudah mengetahui semuanya tentang apa yang menimpaku dan apa yang sedang aku kerjakan sekarang"

"Karena itulah aku datang kemari, untuk menyadarkanmu adikku, tinggalkanlah semua itu, jalan yang kau ambil sudah sesat dan menyimpang jauh dari harapanku waktu menyelamatkanmu dari lembah hitam, tapi ternyata kau malah terjerumus kedalam jurang kesesatan"

"Pulanglah dang, aku disini baik-baik saja dan aku bisa menjaga diriku sendiri" aku berusaha untuk menyembunyikan semuanya walaupun kurasa itu sia-sia.

"Senja, aku akan pulang apabila kau menghentikan misi dan memutuskan hubunganmu dengan Ratu utara"

"Hmmmm... rupanya dang dinar benar-benar sudah tahu semuanya"

"Iya senja, aku akan membantumu keluar dari masalahmu saat ini"

"Baiklah dang, aku rasa kau sudah tahu semuanya dan tentu kau juga tahu kalau aku mempunyai perjanjian ghaib dengan dewi utara, aku mendapatkan semua ini dengan mengorbankan calon anakku"

"Tidak ada kata terlambat untuk hamba Allah yang mau bertobat, begitu juga denganmu, bertobat dan hentikanlah semua ini"

"Tidak dang, kau pulanglah aku tidak ingin terjadi sesuatu denganmu dan terima kasih telah bersedia menemuiku walaupun kedatanganmu hanya dalam bentuk astral"

"Senja, aku tahu percakapan ini tak akan menemukan titik temu, baiklah kalau begitu keinginanmu"

"Dengarlah wahai adikku, sekali aku telah menyelamatkanmu dan akan terus aku akan melakukan itu walaupun aku harus berhadapan dengan junjunganmu itu"

"Terserah dang dinar, yang jelas aku tidak akan berhenti sebelum aku puas dengan pembantaian yang aku lakukan"

"Hmmm... sepertinya aku tidak sengaja telah mengeluarkan kata tantangan kepada dang dinar, orang yang telah menyelamatkanku tanpa imbalan apaun, tapi mau bagaimana lagi, aku tidak bisa membiarkan dia celaka jika berhadapan dengan ratu, aku juga tidak mau dia menghalangi jalanku"

"Senja... cepatlah kau tinggalkan tempat ini, saat ini dia bukanlah tandinganmu meskipun ada aku" Suara khodam siluman belut laut terdengar memperingatkanku.

"Dang dinar sekarang pulanglah, kita bertemu di waktu yang tidak tepat, saat semua ini berakhir aku akan menemuimu dang"

"Baiklah adikku jika itu yang kau inginkan aku akan pergi, tapi ingat aku akan terus mengawasimu, sampaikan salamku kepada junjunganmu"

"Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam" jawabku seiring dengan menghilangnya dang dinar dari hadapanku, seketika aku tersentak ternyata sudah satu jam lebih waktu berjalan, dan sekelilingku sudah mulai sepi.

Aku memutuskan untuk pulang kerumah dan membatalkan misi malam ini, aku kehilangan semangat dan merasakan kalau badanku sangat lemah dan lesu, pertanda kalau percakapan tadi menguras energiku.

"Luar biasa sekali energi dang dinar, hanya dengan bicara saja dia mampu menguras energi dan tenagaku, apa lagi jika aku bertarung melawannya, aku rasa arya sapta dewapun belum tentu bisa menghadapinya, ini juga yang dirasakan oleh khodam pendampingku sehingga dia memintaku cepat-cepat meninggalkan tempat ini tadi"

Aku tahu kalau dang dinar bukanlah tipe manusia yang suka omong kosong, setiap janji dan kata-katanya pasti akan dia tepati, hal ini telah aku buktikan waktu dia menyelamatkanku dari cengkeraman kehidupan lokalisasi dulu, tadi dia mengatakan akan menghentikan misiku apapun yang terjadi, itupun bukan hanya ancaman belaka, aku yakin dia akan melakukan hal itu.

Sebaiknya malam ini aku meminta kehadiran yang mulia ratu utara, mungkin dia bisa memberi solusi untuk mengatasi hal ini.

Sampai di rumah aku bergegas mempersiapkan diri untuk menemui kanjeng ratu.

"Salam kanjeng ratu utara mohon diberi izin untuk menemuimu" sesaat aku mulai bersemedi aura kamarku terasa dingin  hembusan angin pelan menerpa wajahku sesekali terdengar suara cicak binatang rumahan menambah aura mistis di kamarku, hingga pada satu titik waktu suasana menjadi hening dan... blazz... Aku sudah berada di istana yang dulu pernah aku datangi waktu pertama kali bertemu dengan kanjeng ratu utara. Aku sedikit merasa akrab dengan suasana istana ini dan melangkah kedalam istana menuju ruang singga sana.

Di depan pintu aku di hadang oleh beberapa pengawal yang menghalangi jalanku untuk masuk keruang istana.

"Pengawal sampaikan kepada yang mulia ratu bahwa aku "senja" datang untuk menemuinya"

"Baik dewi" salah satu pengawal langsung berlari kedalam ruang istana dan dengan cepat pula iya kembali.

"Silahkan dewi, yang mulia ratu menunggumu di dalam" aku segera melangkah gontai masuk keruang singgasana istana.

Didepanku seorang wanita dengan pakai kebesaran seorang ratu duduk di atas sebuah kursi singgasana yang terbuat dari emas, di belakangnya berdiri beberapa pengawal dengan bentuk dan rupa yang aneh.

"Salam yang mulia ratu"

"Selamat datang kembali senja"

"Maaf yang mulia, kedatangan hamba ini berhubungan dengan kejadian yang baru saja hamba alami"

"Hahaha.., tanpa kau cerita aku sudah tahu apa yang ingin kau sampaikan, bukankah kau baru saja bertemu dengan Ksatria Laduni dari tanah sumatera ?"

"Betul yang mulia ratu"

"Keputusanmu untuk datang kemari tepat sekali, karena saat ini dia bukanlah tandinganmu"

"Yang mulia ratu, apakah ksatria laduni benar-benar seorang yang sakti?, karena saat aku berkomunikasi dengannya tadi, dadaku merasakan aura yang sangat panas, begitu juga dengan sahabat siluman belut laut"

"bmbenar senja, dia adalah seorang ksatria murid atau bimbingan dari panglima sepuh sriwijaya, aku sudah pernah menghajarnya, kalau saja saat itu kanjeng ratu kidul tidak ikut campur mereka sudah ku musnahkan terutama si panglima sepuh itu, dia adalah musuh lamaku"

"Lantas apa yang mesti aku lakukan untuk menghadapi ksatria laduni, karena dia sudah berjanji untuk menghentikan misiku, aku tahu dia, secara nyata diapun sudah pernah menolongku jauh sebelum aku bertemu dengan yang mulia ratu"

"Senja... saat ini kau harus membuang sifat kemanusiaanmu jauh-jauh, kalau tidak maka misimu akan sia-sia, rasa terima kasihmu dengan ksatria laduni akan sangat mempengaruhi jalannya misimu, karena itu aku minta kau membuang rasa itu, anggaplah dia sebagai penghalang misimu dan setiap penghalang harus kau singkirkan"

"Betul ratu, saat ini aku sudah membuang semua sifat kemanusiaanku, aku sudah memperingatkannya supaya tidak mencampuri lagi urusanku, jika masih dia lakukan berarti dia adalah musuhku"

"Bagus, itulah yang ingin ku dengar darimu, dengan demikian kau betul-betul sudah siap untuk menjadi mesin pamungkasku untuk membalaskan dendamku kepada panglima sepuh sriwijaya dengan jalan menghabisi murid-muridnya, karena aku tidak bisa turun tangan langsung"

"Lantas apa yang harus aku lakukan untuk menghadapi ksatria laduni ratu ?"

"Hahaha... kau tidak perlu kawatir, aku akan menurunkan beberapa ajian kesaktian tingkat tinggi, dan menyertakan beberapa khodam pendamping lagi untukmu, mereka akan siap bertempur jika kau panggil"

"Saya siap menerima semuanya ratu!"

"Baiklah kalau begitu, ikuti aku akan melakukan penggemblengan padamu"

Ratu utara melangkah keluar ruang istana dan aku mengikutinya dari belakang, berjalan menelusuri istana yang sangat megah dan luas, semua terbuat dari logam warna kuning, tapi aku merasakan ribuan mata sedang memperhatikanku, semua benda dan dinding bangunan istana ini seolah mempunyai nyawa dan hidup tapi aura kehidupan yang dipancarkan adalah aura kesakitan dan kesedihan yang luar biasa mendalam.

Aku teringat dengan kata-kata arya sapta dewa beberapa waktu lalu, jika sukma para korban persugihan akan di jadikan budak pekerja, pelapis dinding banguna istana, lantai dan sebagainya di dunia astral, mungkinkah semua korbanku bernasip sama?,
"Agh...! sudahlah, aku sudah tidak perduli dengan semua itu, bagiku mereka pantas mendapatkannya, terutama rizal, orang yang telah menghancurkan hidupku"

Lama kami berjalan menyusuri istana hingga akhirnya sampai ke sebuah gerbang salah satu sisi istana, beberepa penjaga sedang melakukan penjagaan menjura melakukan penghormatan pada ratunya yang mau melewati gerbang.

Didepan kami terpampang sebuah hamparan pasir laut yang cukup luas, tanpa ada sebatang pohonpun yang tumbuh, sepanjang mata memandang yang ada hanya lautan pasir.

"Senja penggemblenganmu akan di lakukan di tempat ini, sekarang duduklah dengan bersilah aku akan mentransferkan beberapa ajian kesaktian padamu"

"Baik ratu" aku langsung duduk bersilah dengan posisi ratu berada di belakangku.

"Bersiaplah, ajian pertama yang akan kutransferkan adalah Gelombang utara"

Aku duduk bersila dan memejamkan mata berkonsentrasi untuk menerima ajian gelombang utara, kurasakan siraman energi di kepalaku, perlahan turun menjalar keseluruh tubuh sampai ke ujung-ujung jariku, aura energi berwarna kabut terus menjalar memenuhi seluruh sendiku.

"Hmmm... besar sekali energi ajian gelombang utara ini, tubuhku seakan ikut melar membesar setelah di masuki aliran energi gelombang utara"

"Bangun dan berdirilah" suara ratu utara terdengar di telinga, akupun mengikuti intruksinya.

"Nah... senja, di dalam dirimu sudah ku titipkan energi ajian gelombang utara, ajian ini sangat efektif jika lawanmu berbentuk pasukan, saat kau membangkitkan ajian maka, sebuah gelombang besar akan keluar dari tubuhmu"

"Baik ratu"

"Sekarang kembali duduklah, aku akan mentransferkan ajian kilat buana dan beberapa ajian tingkat tinggi lainnya sebagai bekal dalam misimu"

Pengisian kembali berlanjut, aku merasakan banyak sekali energi yang masuk ketubuhku aura panas dingin sejuk bergantian menjalar keseluruh urat dan ototku.

“senja untuk sementara cukup pengisiannya, saat ini kesaktianmu sudah berlipat ganda dan pilih tanding sebagai seorang ksatria dan dengan inipun kau bukan hanya sebagai pengikutku tapi kau sudah menjadi muridku, aku akan mengganti penampilanmu, gunakan pakaian ini, dengan ini penampilanmu adalah seorang dewi dan kastria, pakaian ini juga merupakan perisai ghaibmu, pakaian ini mampu membuat tubuhmu menjadi lebih kuat menahan serangan-serangan fisik, sekarang kau silahkan praktekkan beberapa ajianmu disini, terutama ajian gelombang utara dan kilat buana”

“baik ratu” aku beranjak berdiri dan berjalan menuju ke tengah hamparan pasir dan bersiap mempraktekkan ajian gelombang utara.

“posisikan kedua tanganmu didepan dada seperti sedang bersemedi dan berkonsentrasilah, panggil dan bangkitkanlah ajian gelombang utara” teriak ratu utara.

Seperti petunjuk ratu utara aku membangkitkan ajian gelombang utara, getaran energi perlahan kurasakan menjalar di seluruh tubuh, lama kelamaan getaran semakin kuat dan suara gemuruh mulai terdengar, pasir yang ada disekitar berterbangan membentuk kabut mengelilingiku, kabut pasir semakin tebal sehingga menghalangi pandangan mataku.

“hentakkan kabut pasir itu kedepan...!” teriakan ratu utara terdengar olehku, pertanda sudah saatnya gelombang utara dilepaskan.

“hiiiiyyyaaaaa.....!” seiring dengan teriakan aku melepaskan gelombang utara. Gumpalan kabut pasir bergerak kedepan, pemandangan yang sangat mengejutkanku, ternyata gumpalan kabut pasir itu semakin besar dan membentuk seperti angin puting beliung, menarik semua benda yang ada disekitarnya.

“arahkan dan gerakkan gelombang itu sesuai dengan kehendakmu...!”
Cukup lama aku mengendalikan gelombang utara, kabut itu bergerak kearah sesuai dengan kehendak pikiranku, dengan begini aku leluasa bertarung dengan jarak jauh.

“cukup...!, sekarang bangkitkan ajian kilat buana”

Sesuai intruksi aku menetralkan ajian gelombang utara, dan kembali mengambil posisi untuk pembangkitan ajian kilat buana, kembali aku merasakan energi getaran seperti lisrik mengalir di tubuhku.

“pejamkan matamu dan mendongaklah keatas langit, kemudia bukalah matamu”
Kembali mengikuti intruksi ratu utara, saat energi sudah terasa penuh, aku mendongakkan kepala dan dengan kejutan aku membuka mata.

“Cetarrr.... dari kedua mataku keluar pancaran energi seperti kilat petir memancar sangat tinggi sampai ke balik awan.

“Tutup kembali matamu....!” teriak ratu utara, aliran petir terhenti saat aku menutup mata.

“nah... sekarang kilat yang ada di balik awan itu sudah siap turun dan menyambar semua musuhmu”

“Turunkanlah kilat itu dengan perintah pikiranmu”

Sekali lagi aku mengikuti intruksi ratu utara, dengan kekuatan pikiran aku berusaha mengendalikan petir yang saat ini berkelebat di langit menunggu perintah turun dariku. Aku memikirkan menurunkan satu petir dan.. cetarrr.... satu petir turun menyambar hamparan pasir 'duarrrrttt....' pasir yang tersambar berserakan berterbangan seperti debu.

Dua petir kuturunkan, 'cetar...cetarrrr...!' dua petir menyambar kembali membuat pasir berserakan, dengan ajian kilat buana ini aku bisa menghanguskan setiap musuhku.

“Cukup....! netralkankan semua energi yang telah kau bangkitkan, ingat selain kedua ajian itu untuk saat ini adalah ajian pamungkasmu, gunakan ajian itu jika benar-benar perlu, untuk pertarungan tingkat biasa maka gunakan ajian yang lain termasuk beberapa senjata ghaib yang sudah kutitipkan padamu”

“Walaupun demikian kau tetap hindari pertarungan dengan ksatria laduni, karena saat pertarungan yang sebenarnya tidak akan lama lagi”

“Baik ratu”

“Satu pertanyaanku, apakah kau masih mau menggunakan khodam putri melati yang dititipkan ksatria laduni padamu ?”

“Masih ratu, aku masih mau menggunakan malih rupa wajah putri melati saat aku melancarkan misiku”

“Baiklah kalau begitu, sekarang pulanglah”

“Baik ratu aku mohon pamit”

Aku meminta khodam siluman belut laut yang dari tadi hanya berdiri disamping ratu utara menjadi penonton membuka portal untukku pulang.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan semenjak pengisian ajian kesaktian oleh ratu utara banyak lagi korbanku berjatuhan, semua misi kulewati dengan mudah hingga sampai satu ketika aku bertemu dengan korban selanjutnya.

“Criiiiiiing.... suara dering hp ku”

“Hallo... maaf ini senja yah ?”

“Iya betul saya senja, ada apa dengan siapa ?” tanyaku langsung to the point.

“Saya adrian”

“Owh, ada apa ya adrian kenal saya dari mana ?”

“Dari teman saya, to the point aja ya, senja bisa temani saya malam ini ?”

“Owh, dia langsung mengutarakan maksudnya, pastilah dia calon korbanku berikutnya” pikirku dalam hati.

“Bisa aja sih yang penting cocok” jawabku.

“Baiklah senja, masalah bayaran ga usah kawatir yang penting sesuai dengan servisnya”

“Owh, tenang kamu tidak akan kecewa dan yakin kamu akan ketagihan”

“Ah... yang bener ?”

“Ya dicobalah biar tahu kebenerannya”

“Oke, siap. Kita ketemu dimana nih atau saya jemput ?”

“Ga usah di jemput saya tunggu adrian di cafe kemuning daerah jaksel tau kan ?”

“Owh, oke saya sering kesana kok”

“Yaudah saya otw kesana” jawabku cepat, dan langsung berdandan serta menghubungi supir taxi langgananku.

Tak memakan waktu lama aku langsung menuju lokasi pertemuan dengan adrian calon korban malam ini. Tepat di depan sebuah cafe dengan papan merk kemuning cafe, taxi yang kutumpangi berhenti.

“kita sudah sampai mbak” ucap supirku memberitahu sambil mencari tempat parkir.

“oke..., mas kalo mau nyari penumpang lagi silahkan aja, nanti kalo saya butuh saya telpon aja lagi”

“oke siap bosku...”

Aku turun dan melangkah gontai masuk kedalam cafe, pemandangan seperti biasa kulihat cafe ini lumayan juga cukup ramai, dan kebanyakan pengunjungnya anak-anak muda, hampir setiap meja ada yang menempati.
Menatap sekeliling mencari meja kosong tempatku menunggu adrian, karena yakin kalo dia belum datang kemari.

Pandanganku terhenti di sebuah pojok ruangan yang terdapat dua meja tanpa ada yang menduduki, akupun melangkah menuju meja tersebut.

Cukup lama juga aku menunggu tapi si adrian belum kunjung datang, setengah gelas minuman yang kupesan sudah habis, aku sudah mulai bosan dengan penantian ini ditambah lagi dengan aku hanya duduk sendiri, mata-mata cowok banyak tertuju padaku walaupun mereka masih bersama teman perempuannya masing-masing.

Meja yang tadi kosong di belakangku sekarang sudah ada yang menduduki, terdengar suara cengkeramah, aku cukup kaget mendegar logat dan bahasa yang mereka gunakan, mereka menggunakan logat bahasa melayu yaitu bahasa dari daerah kelahiranku.

Penasaran dengan bahasa yang digunakan aku diam-diam menoleh kebelakang untuk melihat mereka, dua orang lelaki dan satu perempuan itu mereka yang duduk di belakangku.

Bagaikan di sambar petir di siang bolong, jantungku seakan berhenti berdetak, darahku mengalir, energi ghaibku aktif seketika “krakk..” gelas yang tadi kugenggam pecah dalam tanganku.

Apa yang kulihat, benarkah orang itu adalah rizal?, orang yang telah menghancurkan kehidupanku, dan menyeret aku kedalam lingkaran setan yang belum kelihatan pintu keluar ini.

Kembali aku melihat wajah orang itu dalam-dalam, yah... benar tak salah lagi dia adalah rizal, “Hmmm...! bahagia sekali dia” gumamku.

Dendamku bergejolak tak mampu lagi aku menahan rasa ini, aku akan menghabisinya sekarang juga. Aku berdiri dari kursi tempat kududuk untuk menyamperi rizal.

“Tahan dirimu...!” suara siluman belut putih terdengar.

“Kenapa aku harus menahan diri ?” jawabku.

“Tahan karena dengan cara seperti ini kau tidak akan bisa menikmati balas dendammu, apakah kau tidak berniat untuk bermain dahulu, seperti dia menikmati permainan waktu denganmu ?”

“Hmmm..., kau benar sahabat, sebelum membunuhnya aku akan bermain dahulu sampai dia mencium kakiku sambil berkata ampuni aku senja...”

“Tapi bagaimana caranya, kalau aku tidak mendapatkannya malam ini aku bisa kehilangan jejaknya lagi”

“Kau datangilah dia, tapi gunakan malih rupamu”

“Owh, benar juga, aku akan malih rupa wajah putri melati dengan demikian dia tidak akan mengenaliku”

“Putri melati... hadirrr...!”

“Assalamu'alaikum senja... apa yang harus aku lakukan untukmu” putri melati langsung hadir di hadapanku.

“Putri, aku ingin menggunakan malih rupa wajahmu masuklah kau kedalam ragaku”

“Baik senja”

“Blazzzz” putri melati masuk keragaku, aku mengeluarkan cermin kecil dari tas untuk mengecek bentuk rupa wajahku, benar saja, wajahku sekarang sudah berubah menjadi wajah putri melati dengan begini aku bisa leluasa dan tidak kawatir kalau rizal akan mengenaliku, di tambah lagi dengan bentuk wajah yang teramat cantik seperti ini, tidak ada laki-laki yang akan menolak berkencan denganku apa lagi rizal yang mata keranjang.

Dari tempat duduk aku menatap rizal untuk melepaskan mantra gendam birahi,
“Sak kambang buwono malik gumilir tak kongkon sira si rizal... tiada berfikir tiada berkehendak tunduk, kasih, cinta birahi padaku, kabul..kabul...kabul....!”

Gendam birahi sudah kulepaskan sekarang saatnya aku memulai aksiku.

Aku beranjak dari tempat dudukku pura-pura mau ke kamar mandi yang kebetulan arahnya tepat kebelakang melewati meja tempat duduk rizal dan teman-temannya, pas di samping kursi rizal “kedubrak...” aku sengaja menyenggol kursi yang di duduki teman rizal dan pura-pura hampir jatuh.

“Aduh...!, maaf mas ga sengaja” aku berdiri sempoyongan melihat kalau ternyata laki-laki yang ku senggol tadi ketumpahan minuman di bajunya.

“Owh, ga apa-apa mbak” laki-laki itu langsung membantuku berdiri, saat mata kami berpandangan laki-laki itu tak berkedip bak kena hipnotis, rizal langsung bergerak gesit dia memberikan tempat duduk yang kosong padaku.

“Silahkan duduk dulu mbak”

“Terimaksih pak” jawabku sambil meraih kursi dan menjatuhkan pantatku, sementara rizal mengangkat kursi yang tadi di dudukinya mendekat ke kursi yang ku duduki.

“Mbak beneran tidak kenapa-napa, sepertinya sudah banyak minum ya mbak ?”

“Agh, enggak pak, saya cuman keserempet kursi aja tadi rencana mau ke kamar mandi”

“Yaudah mbak, skalian aja gabung di meja kami, kebetulan masih kurang satu nih” celetuk lelaki yang tadi membantuku berdiri.

“Perkenalkan mbak, nama saya rizal, mbak namanya siapa ?”

“Saya sen... melati pak” aku hampir keceplosan menyebut nama asliku.

“Saya andi mbak” sambung lelaki yang satunya lagi.

“Kalau mbak ini siapa ya ? dari tadi kok diem aja, ga suka ya saya duduk disini?” tanyaku kepada perempuan yang menjadi teman ngobrol rizal dan andi.

“Saya rosi” jawabnya ketus.

“Mmmm... mbak rosi pacarnya mas rizal apa mas andi nih ?”

“Rosi pacar saya” jawab andi.

“Nah kalau mas rizal mana pacarnya ?”

“Saya ga punya pacar” jawab rizal.

“Owh, sudah punya istri ya ?” tanyaku.

“Dulu sih iya, sekarang saya duda”

“Hmmm... rupanya dia sudah mulai berbohong lagi” gumamku dalam hati.

“Melati sendiri kok gak ada temen, pacarnya kemana ?”

“Tadi saya ada janji sama temen tapi ternyata sampai sekarang dia belum datang juga”

“Kebetulan sambil nunggu temennya ngobrol sama kita aja dulu, ga enak juga kan kalo sendiri”

Gendamku sudah mulai bekerja pada rizal, terlihat dia sudah tidak memalingkan wajah dariku, kebencianku pada rizal semakin memuncak saat beberapa kali kata-kata dari mulutnya keluar yang berhawa kebohongan dan kegombalan, tapi semua harus ku tahan, aku benar-benar ingin melihat orang biadab ini mati dengan tersiksa sampai dia memohon padaku agar dia minta dibunuh saja, karena tidak tahan dengan penderitaan yang akan dia alami.

Malam sudah semakin larut, pengunjung
Cafe satu persatu sudah meninggalkan tempat duduk, hanya tinggal beberapa meja saja yang masih ada tamu, sedangkan mangsaku tadi belum juga muncul, kupikir ada baiknya dia tidak datang karena aku sudah menemukan mangsa yang kuanggap sebagai hadiah ulang tahun.

“Owh, mas-mas dan embak rosi, malam sudah larut saya permisi pulang dulu ya, terima kasih sudah bersedia mengajak saya gabung malam ini”

”Melati pulang sama siapa, inikan sudah larut” timpal rizal.

“Saya punya taxi langganan mas, barusan dia ngasih kabar kalo dia sudah di parkiran”

“Ooh, biar saya yang antar, taxinya suruh pulang aja”

“Ga usah mas, biar saya pulang sendiri” jawabku.

“Jangan, pokonya please... izinkan saya mengantar melati pulang, nanti taxinya di cancel dan biar saya yang bayar kerugian dia”

“Mmm... yang benar mas rizal ngantar saya pulang ?”

“Iya, kemanapun kamu mau pergi saya antar”

“Owh, yaudah kalo gitu”
Kami beranjak dari meja dan keluar cafe menuju tempat parkiran.

“Mana taxi yang nunggu kamu”

“Itu mas” aku menunjuk ke sebuah taxi online” dan kami menghampirinya.

“Pak, taxinya di cancel dulu ya, ini kerugian bapak saya ganti” sambil mengeluarkan beberapa uang lembaran ratusan ribu dari dompetnya.

Supirku melihat kearahku pertanda kebingungan “udah ambil aja mas” sambil memberi kode ke supir.

“Oh, siap pak ga papa, ini uangnya kebanyakan” jawab supir taxiku.

“Ga apapa ambil aja pak” celetuk rizal.

“Oke, terima kasih pak, mbak saya nyari penumpang dulu ya”

“Yaudah mas silahkan” supir taxi kembali masuk kedalam mobilnya dan meninggalkan parkiran.

“Ayo melati, kita ke mobilku” sambil menunjuk kearah sebuah mobil berwarna hitam, akupun mengikuti langkahnya rizal.

“Oke, kemana saya harus mengantar kamu pulang” mas rizal ikuti google map aja ya, ini saya sharelock alamatnya.

“Owh, oke siap”
Selama di dalam perjalanan rizal berusaha melepaskan rayuan mautnya agar aku bisa terpikat, tapi sayang semua kartu asnya sudah berada di tanganku, yang ada hanyalah kebencian yang berusaha kututupi, setengah jam perjalanan akhirnya kami sampai di apartemenku.

“Kita sudah sampai mas, terimakasih ya sudah repot mengantarku pulang”

“Saya tidak di tawarin mampir nih” jawab rizal berharap.

“Lain kali aja ya mas, hari sudah larut terima kasih ya”

“Tunggu setidaknya beri aku nomer kontakmu, supaya aku bisa berkomunikasi dengan kamu”

“Owh, oke sini hp nya biar ku ketikkan aja” rizalpun menyodorkan hp nya minta diketikkan nomer kontakku.

Setelah mengetikkan nomer aku langsung melangkah masuk ke area apartemenku, kulihat rizal memutar balik mobilnya dan menghilang.

Keesokan harinya, saat aku bangun dari tidur aku melihat hp ku ternyata panggilang dari rizal dan beberapa pesan darinya yang meminta waktu supaya bisa berkencan denganku.
“Hmmm... rupanya kau sudah terkena gendam birahiku, saatnya kau menerima balasan dariku”.

[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close