Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PORTAL LADUNI (Part 42) - Pesona Supranatural

"Nur lagi di dalam nur, nur lagi di dalam laut, sebulan aku di kandung ibu laut jernihkan namaku, dua bulan aku di kandung ibu, merjeni kan namaku..., delapan bulan aku di kandung ibu adam tafakurkan namaku, sembilan bulan aku di kandung ibu menebah menyungsang alam, keluar aku dikuntum bapak keluar aku dikuntum ibu keluar aku di kuntum dua belas....HAQ KATA ALLAH"

"Semula jadi asal 9 ksatria laduni"


JEJAKMISTERI - Desir angin tajam menusuk kalbu, cahaya remang kabut darah bersuhu lembab suasana alam bathin senja yang kumasuki, berjalan dengan langkah gontai berusaha menghilangkan rasa ngeri, sekilas tak ada tanda kehidupan tapi ini alam bathin manusia yang masih hidup.

"Dinda...! kenapa alam bathin senja begitu mengerikan seperti ini ?" tanyaku pada seruni.

"Kanda, alam bathin seseorang yang masih hidup adalah gambaran suasana hati, perasaan dan pikiran dari manusia itu untuk senja seperti inilah keadaan bathinnya, berhati-hatilah aku tidak merasakan aura cinta, kasih dan sayang di alam ini, yang ada hanya aura kebencian yang berujung darah kematian"

"Kau benar dinda hal itu juga yang kurasakan"

Kelebatan-kelebatan bayangan hitam sesekali melintas di sekitar kami berdiri, suhu dingin makin terasa. 

Sebuah kilat melesat dari atas kepala "awas kanda...!"

"duarrrttt...." petir menyambar tempatku berdiri beruntung aku sempat melompat mundur kebelakang.

"Berhati-hatilah kanda, si penguasa alam bathin sudah mengetahui kedatangan kita, dan dia lebih unggul sebagai penguasa alam tempat ini"

"Senjakah ?"

"Iya dan kekuatannya di pastikan berlipat karena berada di kandang sendiri"

"Keluarlah kalian dari tempat ini jika tidak ingin mampus...!"

"Hmmm..." aku mengenali suara itu.

"Senja... keluarlah aku ingin bicara padamu!"

"Hahaha... aku sudah mengetahui apa yang akan kau bicarakan dan jawabanku tetap tidak!"

"Jederrrr...." kembali kilat menyambar di depan kami.

"Keluarlah kalian dari tempat ini, karena petir yang ketiga akan menyambar dan menghanguskan kalian disini"

"Kanda, itu bukan hanya sekedar ancaman sebaiknya kita pergi dari sini, karena yang kita masuki adalah alam bathin sisi hitamnya senja"

"Tidak dinda, aku tidak perduli alam apapun tempat kita berada aku harus menemuinya"

"Ksatria, sebaiknya kau dengarkan perkataan kekasihmu itu"

"Senja... sekali lagi keluarlah tunjukkan dirimu atau tempat ini akan aku obrak abrik"

"Hahaha... kau lupa di mana sekarang kau berada, ini adalah alamku dan akulah penguasa disini maka tunjukkanlah kalau kau bisa berbuat sesuatu disini, kalian berdua akan ku kubur disini di alam gelap ini...!"

"Baiklah jika kau memaksa" aku bersiap membangkitkan perisai kala cakra.

"Blaz, blaz, blaz..." tiga gear kala cakra muncul dan.. wuzzz.... ketiga gear kala cakara berterbangan kesana kemari menyisir alam berkabut.

Sesekali terdengar suara benturan dari kejauhan, pertanda perisaiku berbenturan dengan benda keras yang berkemungkinan itu adalah senjata juga.

Berkali-kali dari langit turun petir berusaha menyambar perisai kala cakra "duaaarrrttt..." suara ledakan terdengar aku merasakan dua energi gear kala cakraku menghilang pertanda dua petir terakhir berhasil menyambar perisaiku.

Satu perisai yang masih tersisa kutarik mendekat agar menjadi pagaran jika ada serangan mendadak.

"Senja...! tunjukkan dirimu jangan kau bersembunyi di balik kabut karena aku mengetahui posisimu"

Segumpalan kabut putih berurat petir, seperti arus pendek konslet menyambar-nyambar di dalamnya, aku yakin senjalah yang berada di dalam kabut itu, kabut berurat petir itu perlahan mendekat kearah kami.

Kabut yang menyelubungi tubuh senja perlahan menghilang dan muncullah sosok senja, tapi aku cukup terkesima kali ini kemunculannya tampil beda dari yang senja dahulu aku kenal.

Pakaian yang di gunakannya adalah pakaian seorang seorang ksatria wanita dengan dominan warna emas yang membuat aura kecantikan alaminya muncul bak seorang dewi perang dengan senjata pedang terhunus di tangannya.

"Hmmm... akhirnya kau menampakkan diri juga" celetuk seruni.

"Nyai... bawalah ksatriamu keluar dari alam ini, aku tahu hanya nyailah yang bisa melunakkan hatinya, aku tidak akan bertempur dengannya disini dan aku berjanji akan membiarkan kalian keluar dengan selamat" perkataan senja di tujukan kepada nyai seruni.

"Tidak, aku tidak akan keluar sebelum kau menghentikan misimu" teriakku.

"Ksatria... semua sudah terlambat bagiku untuk menyelesaikan misi balas dendamku, dan akan kuhentikan atas kehendakku sendiri"

"Apapun alasanmu bagiku tidak ada kata terlambat, pintu taubat masih terbuka untukmu"

"Hahaha... taubat katamu, kenapa kau tidak meminta manusia-manusia laknat yang pekerjaannya hanya menyengsarakan orang lain yang kau hentikan untuk bertaubat"

"Itupun sudah dari dulu aku lakukan, begitu juga denganmu apapun yang terjadi kau akan tetap ku hentikan"

"Kalau begitu, tidak ada jalan lain,bpertempuran yang ksatria inginkan"

"Jika itu yang harus kutempuh maka pertempuran akan terjadi" jawabku lantang.

"Baiklah, aku terima tantanganmu pertempuran yang kau inginkan akan terjadi tapi tidak disini, persiapkanlah pasukanmu karena yang akan kau hadapi bukan hanya aku tapi pasukan laut utara dan para sekutunya"

"Hmmm... rupanya kau memang sudah mempersiapkan rencana sejauh ini"

"Benar ksatria, kami tahu bahwa pertempuran ini akan terjadi karena sifatmu yang tidak pernah mau mundur itu, sekarang keluarlah dari sini karena saat itu akan segera tiba dan kau tidak perlu lagi repot mencariku"

"Baiklah senja, aku akan menunggu saat itu tiba, mari dinda kita tinggalkan tempat ini" jawabku.

"Baik kanda, aku akan membuka portal untuk keluar dari sini"
Sebelum membuka portal "naga emas...hadir....!" dari sebuah lorong portal muncul naga emas dan terjun di depanku, tanpa bertanya lagi seruni langsung melompat ke atas punggung naga emas, aku melihat kearah tadi tempat senja berdiri, aku masih bisa melihat di raut wajahnya masih ada senja adikku yang dulu, entah apa yang ada di dalam pikirannya yang jelas semua ini karena dukungan dan campur tangan laut utara, aku langsung menyusul senja naik ke atas punggung naga emas, nega emas kembali melompat kedalam lorong portal yang masih terbuka.

"Blazzz....!" naga emas sudah berada di angkasa... selama di perjalanan sejak meninggalkan alam bathin senja aku hanya diam, tanpa bicara sepatah katapun, dalam pikiranku hanya senja dan pertempuran yang benar-benar tak terelakkan lagi.

"Kanda... rupanya masalah senja ini benar-benar mempengaruhi 
pikiranmu" seruni memecah keheningan.

"Kanda, seharusnya kau tidak perlu mendatangi alam bathin senja karena dari awal kau sudah tahu kalau negosiasimu tidak akan berhasil"

"Kau benar dinda, tapi setidaknya dengan pertemuan tadi aku bisa mengetahui kalau keilmuan senja sekarang sudah semakin tinggi tingkatannya, dan aku tidak ragu lagi untuk melanjutkan misi mengumpulkan bala bantuan kekuatan dan pasukan tempur"

"Tapi saat ini aku membutuhkan istirahat dulu, aku cukup lelah dengan semua ini" sambil aku mendekap pinggang nyai seruni dari belakang, kusandarkan dadaku di punggungnya yang terasa hangat karena di tumbuhi rambut-rambut  halus, ku hirup dalam-dalam aroma tubuh nyai seruni yang harum seperti aroma terapi, semakin dalam kuhirup semakin aku merasa haus dengan aroma itu.

"Hmmm..."

"Kita lanjutkan perjalanan ke puncak gunung kumbang kanda"

"Gunung kumbang?, bukankah itu tempat persemayaman panglima kumbang"

"Benar kanda, sebelumnya bujang belantan berpesan padaku untuk membawamu berkunjung ke panglima kumbang untuk mendapatkan pencerahan selanjutnya"

"Owh, begitu yah, tapi sebelum menuju gunung kumbang aku ingin membuang penat dulu bersama dinda seruni"

"Hmmm... bukankah selama ini kanda selalu bersamaku, kenapa penat itu tidak hilang kanda ?"

"Hadeeeh... maksudku bukan dalam rangka menjalankan misi supranatural tapi misi perasaan dan hati"

"Hmmm... dalam keadaan seperti ini, manusia masih tetap berfikiran aneh" jawab seruni ketus.

Mendengar jawabannya semakin kuat aku mendekap lingkar pinggangnya tanpa memikirkan apapun kecuali seruni membawaku kesuatu tempat yang ada hanya kami berdua, menumpahkan semua kepenatan kedalam pelukan seruni.

SERUNI aku berbahagia mendapat anugerah berupa kekasih hati yang datang bagai jawaban atas hembusan segala doa yang kupanjatkan.
SERUNIi parasmu indah
Walau tak terpoles hiasan.
Seruni adalah bunga, dan bunga tidak memerlukan polesan untuk menjadi cantik.
Anggun bahasa tubuhmu
Mencerminkan kedamaian adalah misi yang kau emban.
Suara merdu yang mengalun dari bibirmu sebagai nyanyian pengantar tidurku
Murninya kebaikan hatimu tanpa sedikitpun tertoreh oleh kepalsuan
Rayuan yang terkadang ku berikan. Itulah ungkapan segala curahan hati. Hati yang bersyukur karena kini tak lagi sunyi. Tingkah manis yang selalu kau beri menambah kehangatan jiwa ini. Cinta yang selalu kau beri mengalir murni tanpa paksaan. Setiap hal yang terjadi
Tak pernah luput dari perhatianmu. Tak sedetikpun waktu yang kulalui tanpa kehadiranmu. Tak pernah sekalipun malam yang gelap tanpa cahaya hatimu. Seolah semua cahaya alam kini berada dimatamu tak ada lagi kabut asap hitam yang menutupi pandanganku. Tak ada lagi angin kencang yang mampu meruntuhkan semangatku melanjutkan perjalanan bersamamu. Padang tandus itu kini berwujud hamparan rerumputan yang hijau tenang, damai dan sejuk. Semua berkat hadirmu wahai Adindaku.

Naga emas kembali mengudara meninggalkan tempat kami beristirahat membuang penat, membelah awan menembus portal astral menuju puncak gunung kumbang.

Tepat di atas sebuah gunung, gunung ini tidaklah sebesar yang kubayangkan bahkan mungkin hanya bisa di umpamakan sebuah bukit, tapi yang aneh adalah dari atas terlihat kalau gunung ini tidak hijau dengan warna pepohonan, gunung ini hitam dan di selimuti kabut berwarna gelap sehingga naga emas cukup lama berkeliling mencari tempat berlabuh.

Sebuah lokasi berlabuh samar kelihatan, sebuah area yang cukup datar dan tidak di tumbuhi pohon besar.

"Naga emas.., turunlah ke area kosong itu" seruni memerintahkan, naga emas seketika menukik ke area yang di tunjuk seruni.

Saat menyentuh tanah aku merasakan hawa dingin yang menusuk tulang diiringi dengan aura mistis yang sangat tebal.

"Hmmm... mengerikan sekali tempat ini, inikah yang sering kudengar dengan nama  keramat gunung kumbang ?" tanyaku dalam hati.

"Salam... panglima kumbang, kami datang memenuhi undanganmu"

Deru angin menjawab salam seruni, dari arah depan tiupan angin kencang menggoyangkan seluruh pepohonan yang ada, seketika naga emas melompat ke depan kami menghadang gulungan hembusan angin yang berpusat yang akan menghantam kami.

Naga emas mengepakkan sayap dan... duarrrtt... suara benturan dua elemen angin dari arah berlawan yakni angin yang keluar dari kepakkan sayap naga emas dan gumpakan angin yang datang dari arah depan kami.

"Grrrrrr.... auuummm..."

"Waalaikumsalam..." suara kuat menggetarkan kalbu yang mendengarnya.

Seiring munculnya sesosok harimau hitam legam tanpa tertoreh sedikitpun warna lain dengan ukuran melebihi seeokor kuda jantan, sosok yang tidak lain adalah raja ghaib yang bergelar panglima kumbang.

"Grrrrrrrrr.... akhirnya kau datang juga cucuku, terima kasih nyai sudah bersedia membawa ksatria laduni datang ke kediamanku"

"Ini sudah menjadi kewajibanku sebagai pendampingnya panglima"

Dibelakang sosok panglima kumbang, bermunculan puluhan macan hitam lainnya yang membawa aura ghaib yang sangat tinggi sehingga puncak gunung kumbang semakin di selimuti dengan aura mistis tebal.

"Ksatria kemarilah" panglima kumbang memintaku mendekat padanya, saat aku berada di hadapannya serta merta sosok panglima yang tadi berwujud seekor macan hitam kini sudah berubah menjadi sosok manusia berperawakan tinggi kekar, dengan menggunakan pakaian mulai dari celana sampai ikat kepala berwarna hitam.

"Ksatria aku akan menurunkan ilmu kanuragan padamu, ilmu ini khusus untuk pertarungan jarak dekat yaitu pencak silat macan kumbang, ilmu ini bisa kau gunakan di alam ghaib maupun dunia realmu disana"

"Baik panglima aku bersedia menerimanya"

"Hmmm... bagus, sekarang kita mulai, kau seranglah aku sesuka hatimu dengan kanuragan silat melayumu, aku akan menghadapimu dengan silat macan kumbang, seranglah aku tanpa ragu, anggaplah kau sedang bertarung dengan musuh bebuyutanmu"

"Baik panglima" pertarunganku dengan panglima kumbangpun dimulai.

Sepuluh jurus berlalu aku belum bisa mengenai tubuh panglima kumbang.

Pertahanan Ilmu silat macan kumbang benar-benar sulit di tembus, gerakan khas seekor macan sedang bertarung, serangan baliknya selalu mengarah ke titik vital terutama bagian leherku selelau di incarnya.

Gerakannya rendah di tanah membuat aku sulit membenamkan pukulanku, sulit sekali jika aku harus merekam dan mempraktekkan gerakan silat macan kumbang jika dalam waktu sesingkat ini.

"Cukup..." panglima kumbang melompat mundur kebelakang.

"Ksatria seluruh jurus dan gerakan silat kanuragan macan kumbang sudah kutunjukkan padamu, sekarang aku akan berbalik menyerangmu dan kau lawan aku dengan silat macan yang kurunjukkan tadi"

"Hmmm... bagaimana mungkin aku bisa menggunakannya panglima, aku baru satu kali ini melihat silat macan kumbang"

"Kau adalah ksatria laduni yang semua keilmuan sejatinya sudah ada dalam dirimu, bagaimana dulu kau mendapatkan silat melayu maka seperti itu pulalah dengan silat macan kumbang"

"Hmmm.. aku ingat, aku memang tidak pernah belajar silat melayu secara khusus, tapi aku bisa menggunakannya baik secara nyata ataupun secara ghaib, panglima benar aku cukup berkonsentrasi saja dengan membangkitkan gerak karomatullah maka semua gerakan yang aku pernah lihat akan bangkit dengan sendirinya"

"Apakah kau sudah siap wahai murit panglima sepuh sriwijaya ?"

"Waduh, dia sudah membawa nama panglima sepuh kalau begini ya siap tak siap aku harus siap, paling juga babak belur" pikirku dalam hati.

"Aku siap panglima!"

"Hiyaaa...." panglima kumbang langsung melesat kearahku dan tanpa memberi waku untukku memasang kuda-kuda.

Aku kaget terperangah, serangan bertubi-tubi menghantamku, karena gerak silat melayu yang sudah mendarah daging saat aku kaget maka gerakan silat melayulah yang akan muncul.

Panglima kumbang mundur beberapa langkah dan menghentikan serangannya. 

"Ksatria kenapa masih silat melayu yang kau gunakan"

"Maaf panglima, kau tidak memberikan waktu untukku bersiap, bagaimana mungkin aku bisa menggunakan silat macan kumbangmu jika aku tidak di beri waktu untuk membangkitkannya"

"Oh begitu, baiklah sekarang kau bangkitkanlah dulu silat macan kumbang setelah bangkit aku akan kembali menyerangmu"

Aku mengambil posisi duduk bersila dan berkonsentrasi penuh untuk merasakan kehadiran energi macan kumbang, perlahan energi panas menjalar di punggungku, kualirkan ke tangan kaki dan keseluruh tubuh.

"Gerak silat macan kumbang bangkitlah kau dari diriku, bangkit... bangkit... bangkit...!"

Aku merasakan perlahan kedua tanganku di aliri  energi bergerak dengan sendirinya dan membentuk pose cengkeraman tangan macan, kedua kakikupun mulai bergerak, hingga akhirnya seluruh tubuhku berpose dan bergerak persis perilaku seekor macan.

"Grrrrrr... hmmm, suaraku hampir berubah kalo begini ceritanya aku di kuasai oleh energi macan hitam." Pikirku dalam hati, setauku jika kita di kuasai oleh energi keilmuan atau khodam maka kita akan bertarung tanpa kenal lelah, tapi kelemahannya kira akan ambruk setelah pertarungan selesai.

Aku merasakan energi ini kuat dan kasar sekali, seluruh tubuhku bergerak sendiri seakan tangan kakiku mempunyai hati dan mata sendiri.

"Hiiyaaaa...." panglima kumbang melancarkan serangan tanpa henti jurus demi jurus berlalu, semua bisa ku tepis dengan gerakan silat macan kumbang yang baru saja sebathin denganku.

Gerakan silat ini terasa berat dan mempunyai energi yang sangat besar, setiap cakaran mengeluarkan suara menderu dan sesekali terlihat angin yang menyertai goresan cakarku.

Aku tahu panglima kumbang berniat agar aku benar-benar menguasai ilmu kanuragan ini dan mengajarkannya di dunia real, karena silat ini memang sudah lama tenggelam didunia 
persilatan modern.

Panglima kumbang mundur beberapa langkah, dan sepertinya akan mengengeluarkan pukulan jarak jauh.

"Ksatria aku akan menunjukkan padamu beberapa ajian macan kumbang, bersiaplah"

Mendengar peringatan panglima kumbang akupun bersiap untuk menerima ajian yang akan di tunjukkannya, dengan cara menyerangku secara langsung.

"Hmmmm... ini sih bertarung namanya kalo ajiannya di arahkan padaku" celetukku dalam hati.

Panglima kumbang mengambil sikap pemanggilan, kedua tangannya mendekap di depan dada seperti semedi dalam keadaan berdiri.

"Wusss... wusss" dua bayangan macan hitam muncul mengambil posisi sebelah kanan dan kiri panglima kumbang,"wusss.." satu bayangan muncul lagi akan tetapi bayangan yang ketiga ukurannya lebih besar dari dua bayangan pertama muncul.

Panglima kumbang mengarahkan kedua telapak tangannya kedepan disertai dorongan energi, tak ayal ketiga bayangan macan hitam itu langsung bergerak melesat kearahku.

"Hmmm... rupanya ini ajian macan kumbang" pikirku. Apa yang harus kulakukan apakah aku harus memapas ketiga bayangan itu.

Aku tidak mempunyai waktu untuk berfikir apalagi bertanya, sementara ketiga bayangan itu dengan cepat mendekat kearahku.

"Hiyaaa..."
"Wusss..., wusss, wusss...!" aku tidak mempunyai pilihan lain selain memapas ketiga bayangan macan hitam. Tapak budha adalah pilihanku, tiga bayangan tapak budhaku keluar dan "blam... blam... blammm" tiga bayangan tapak budha menghantam 
ketiga macan hitam, terjadi gumpalan kabut hitam saat terjadi benturan kedua ajian.

"Hah....!" tapak budhaku menghilang dari gumpalan kabut kembali melesat ketiga bayangan macan hitam. Rupanya tapak budhaku tidak mampu menghentikan ajian macan hitam.

Wuaduh... aku terlalu lamban berfikir, ketiga macan hitam sudah berkeliling mengitariku.

Semakin lama mereka bergerak semakin cepat hingga bentuk bayangan macan sudah tidak kelihatan lagi yang ada hanya pusaran angin mengelilingiku, anehnya semakin lama aku merasa udara disekitarku menipis yang mebuatku susah menghirup nafas, semakin sesak semakin lama, hingga aku benar-benar tak bisa mendapatkan udara untuk ku hirup dan "aghh..." tubuhku seketika lemas lunglai, aku jatuh terduduk karena kehabisan oksigen.

Melihat aku sudah tidak berdaya, panglima kumbang akhirnya menarik kembali ketiga bayangan macan hitam dan kembali menyatu kedalam tubuhnya.

"Bangkitlah ksatria...!"

Mendengar suara panglima kumbang dengan tertatih aku berusaha berdiri dan membangkitkan cakra tirta maya agar energiku cepat pulih.

"Nah bagaimana menurutmu ajian macan hitam tadi, apakah kau pantas menerimanya"

"Ajian ini dahsyat panglima, tanpa memerlukan energi yang hesar untuk melumpuhkan lawan, hanya cukup kujebak lawan kedalam lingkaran bayangan macan hitam"

"Hahaha... itulah salah satu ajian legendaris macan hitam, tapi itu hanya salah satunya jika kau siap maka ajian itu akan ku sebathinkan denganmu, sehingga saat kau membatinkan-nya kau bisa menggunakannya"

"Saya bersedia panglima, karena memang saat ini saya membutuhkan tambahan kekuatan baik itu keilmuan ataupun khodam pendamping untuk pertempuranku yang akan segera terjadi"

"Baiklah, kau akan kusebathinkan dengan ajian macan kumbang dan silat macan kumbang, kemarilah duduk di hadapanku"

Aku menuruti perintah panglima kumbang dan melakukan penyelarasan energi macan kumbang.

"Nah... ksatria laduni, kau sudah memiliki kanuragan dan ajian macan kumbang, aku tidak akan menitipkan khodam pendamping macan hitam padamu, karena kau sudah di dampingi oleh leluhurku harimau belantan dan macan siliwangi aku rasa itu sudah cukup untukmu"

"Baik panglima terima kasih atas kepercayaan padaku"

"Tak mengapa, kau boleh menurunkan silat dan ajian macan kumbang kepada orang lain yang kau kehendaki, hanya saja pilih-pilihlah orang yang akan kau ajari karena tidak semua manusia sanggup menahan keberadaan energi macan kumbang, karena energi ini bersifat panas"

"Baik panglima, pesan akan ku ingat"

"Sekarang lanjutkanlah perjalananmu, sampaikan salamku kepada panglima sepuh sriwijaya"

"Terimakasih panglima kami pamit undur diri"

SALAM

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close