Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PORTAL LADUNI (Part 43) - Pelangi Senja di Langit Jakarta

"BAHWA BALAS DENDAM HANYA AKAN MENUTUP BANYAK PINTU, MENGHILANGKAN BANYAK KESEMPATAN, MENGUNGKUNGNYA UNTUK SATU TUJUAN YANG PADA AKHIRNYA HANYA AKAN MENGHASILKAN KEPUASAN SEMU"


JEJAKMISTERI - Dewi senja sudah mulai membentangkan selimut, mentari sudah membenamkan diri di ufuk barat, Aku masih duduk disini, di teras apartemenku yang cukup tinggi. Dari sini aku bisa melihat gemerlapnya lampu megapolitan yang seolah memanggil anak manusia untuk keluar dari persembunyian.

"Cring...!" suara pesan singkat masuk ke hp, ku buka dan kubaca. "Bisakah kau keluar denganku malam ini...? Please..."

"Hmmm... rizal mau mengantarkan nyawa" pikirku.

"Boleh" balasku singkat.

"Oke siap, jam 8 teng, aku jemput ya" balas rizal.

Aku tidak membalas pesannya, aku tau walapun tak kubalas dia pasti datang, karena sudah beberapa kali dia minta keluar denganku tapi selau aku tolak karena aku menunggu waktu yang tepat untuk eksekusi.

Malam ini aku harus menyelesaikan misiku, rizal harus mati di tanganku, gejolak dendam kembali mendidih di dadaku. Kebencian yang selama ini ku simpan akan terbalaskan bahkan mungkin aku akan menghirup darahnya, supaya aku benar-benar puas.

Waktu terus berjalan, "Cring..." pesan singkat kembali masuk.

"Aku sudah di bawah, turunlah" pesan rizal.

"Oke, tunggu ya aku turun"

Saat di depan pintu pagar terlihat olehku rizal sudah menanti sambil menyandar di pintu mobilnya, dengan senyum sumringah dia menyambutku dan membuka pintu mobil.

"Silahkan masuk tuan putriii...!" sapanya memintaku masuk kedalam mobil, diapun turut masuk dan menhidupkan mobilnya.

"Kemana kita mas" tanyaku.

"Kamu ikut saja, malam ini hanya akan ada kau dan aku" jawabnya.

"Hmmm... kau salah, malam ini akan ada kau aku dan malaikat maut" jawabku dalam hati.

Setengah jam mobil melaju di sebuah perapatan rizal membelokkan mobilnya ke arah kanan dan tak jauh mobil masuk kesebuah parkiran hotel.

"Ayo turun, apa perlu saya gendong nih ?" canda rizal.

"Aku masih bisa kok turun sendiri"

Kamipun melangkah masuk kedalam ruangan hotel yang cukup mewah ini, berjalan menuju cafetaria. Rizal mampir keresepsionis untuk memesan minuman dan aku mencari tempat duduk yang masih kosong.

Sesaat rizal menyusul ke meja yang sudah aku duduki.

"Kita santai dulu yah" sambil menarik kursi duduk.

Aku tidak menjawab, hanya senyum yang tersungging di bibir.

"Ya... nikmatilah sisa waktumu, karena setelah malam ini kau akan memilih mati dari pada hidup" jawabku dalam hati.

Waktu terus berjalan, dewi malam semakin larut jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, rizal sudah mulai ngelantur pembicaraannya sudah menuju ke ranjang saja.

"Melati, terus terang sejak pertama kali kita bertemu di cafe itu aku tidak bisa melupakan kamu, di dalam pikiranku hanya hasrat ingin bersama kamu, entah apa yang terjadi aku merasa seperti mau gila jika tidak bisa bertemu denganmu lagi"

"Agh... bang rizal bisa aja, kita kan baru ketemu sekali bang..."

"Karena itu, aku sendiri bingung kenapa rasa ini berat sekali, aku tidak bisa mengendalikan diri untuk bertemu dengan kamu. Melati malam ini boleh minta apa aja, yang penting kamu bisa menghabiskan malam bersamuku ya"

"Benarkah bang, aku bisa minta apa aja ?"

"Benar, kau minta jantungkupun akan kuberikan asal kamu tidak mengecewakan aku"

"Hemmm... abang bisa aja, tapi bolehlah bang, malam ini aku minta jantungnya ya..." sambil aku tersenyum.

"Iya, malam ini aku akan memberikan jantungku padamu, tapi aku memberikannya di kamar ya, masa di sini kan malah dikira pembunuhan nanti, hehehe..." ucap rizal.

"Hahaha.. ayolah bang kalo gitu, aku juga sudah siap mengambil jantung bang rizal"

Rizal mendekat dan meraih tanganku "Terima kasih melati, aku benar-benar bahagia jika kau mau menemaniku, aku janji tidak akan mengecewakanmu, apapun yang kau minta akan kuberikan"

Sebuah kesalahan fatal bagi rizal, dia memegang tanganku sehingga aku dengan leluasa mengalirkan energi gendam birahi padanya, terlihat dia benar-benar sudah tidak bisa membendung birahinya, nafasnya tersengal dan berkeringat selama menggenggam tanganku.

Tapi selama bersentuhan dengannya aku merasakan ada sejenis energi aneh keluar dari tubuhnya ini semacan energi pagar ghaib yang spontan aktif saat ada energi asing menyusup kedalam tubuh yang empunya.

"Hmmm... ternyata kau bukan orang sembarangan rizal, wajarlah kalau selama ini kau selalu di gandrungi perempuan, dan bisa lepas dari setiap masalah, selain banyak uang kau juga ternyata punya backup energi ghaib yang lumayan kuat"

"Melati kenapa kamu diam saja, kita selesaikan di kamar aja yuk" ajak rizal.

"Baik bang"

"Melati tunggu disini dulu ya, aku kekasir dulu bayar nota"

"Silahkan bang" jawabku.

Saat rizal berjalan menuju kasir, aku memperhatikan aura pagarnya semakin tebal menyelimuti tubuhnya, pertanda kalau pagarannya sudah full aktif meskipun rizal sendiri tidak mengetahuinya.

"Sahabatku siluman belut, apakah kau bisa melihat pagar badan lelaki itu"

"Bisa senja" jawab khodam siluman belut laut yang ada di dalam tubuhku.

"Pagar itu berasal dari mana sahabat, dari dalam tubuh atau dari luar?"

"Energi itu berasal dari sabuk yang dia gunakan, di dalam sabuknya ada sejenis rajah bertuliskan huruf kuno"

"Lantas bagaimana apakah aku bisa menembusnya ?"

"Kau tak usah kawatir, energi pagar itu akan melemah saat dia melepas sabuknya, dan saat sabuk itu lepas teman gimbalmu akan ku minta untuk mengencinginya"

"Teman gimbalku yang mana"

"Bukankah terakhir kau di gembleng kanjeng ratu kau juga diberi beberapa khodam pendamping, nah salah satunya adalah si gimbal, dia tidak menunjukkan wujud padamu karena memang wujudnya sedikit jelek"

"Owh, begitu ya, baiklah sahabat kalau begitu masalah pagar ghaib itu kuserahkan pada kalian, selain itu apakah rizal juga mempunyai pendamping ghaib?"

"Seharusnya selama ini kau sudah tahu, kau lihat cincin yang dia pakai, cincin itu berasal dari jenis kecubung api dan berkhodam singa api, maka berhati-hatilah, berharap saja saat dia berhubungan denganmu nanti dia akan melepas semua ajimatnya itu dan kau bisa dengan leluasa melaksanakan eksekusi"

Sementara rizal sudah kembali berjalan ke arahku dengan memegang sebuah kunci room.

"Ayo melati kita masuk kamarnya sudah ku pesan sambil dia menggapai tanganku"

Pegangan tangannya kurasakan lain, energi yang di keluarkan pagar ghaibnya cukup kuat, panas sekali energi ini, diam-diam aku terpaksa mencari alasan supaya dia melepaskan tanganku.

"Hmmm... aku akan kesulitan jika dia tidak melepas sabuk itu, bagaimana mungkin jika aku merasakan kulitku terbakar jika bersentuhan dengan kulitnya"

Kami sudah sampai didepan pintu kamarnya, rizalpun membuka pintu kamar dan kami masuk, sebuah ruangan VIP dengan fasilitas lengkap.

Rizal mencari skring lampu dan menggantikan lampu yang terang dengan lampu redup pertanda dia sudah tidak tahan dengan birahi yang sudah memuncak.

Dia langsung mengangkat tubuhku dan naik ke atas ranjang.

"Aduuhh... sakit bang..."celetukku manja.

"Maaf sayang... aku sudah tidak tahan lagi"

"Apa ga santai ngobrol dulu bang ?"

"Ga usah,vtadi ngobrolnya udah cukup, sekarang aku akan bicara dengan bahasa yang lain hehehe..."

Kulihat dia membuka baju yang di kenakannya sehingga dia bertelanjang dada, kemudian dia membuka ikat pinggangnya.

"Hmmmm... kau sudah melepas pagarmu, tinggal satu aku harus mencari alasan agar dia melepas cincin kecubung apinya" pikirku.

"Sini sayang" rizal menarik tanganku.

"Aduuuhh... sakiiit..." rengekku manja.

"Loh kenapa sayang...."

"Itu cincin abang kejeduk tanganku, lepas aja cincinnya kasar sekali sentuhan abang, kalo kulitku terkena gagang cincinnya, nanti aku malah kehilangan mut bang...!"

"Oh, iya aku lupa cincin ini aku lepas dulu" rizal melepas cincinnya.

"Hmmm... bagus, kena kau sekarang" celetukku dalam hati.

"Ayo sayang... aku sudah ga tahan nih...!"

Rizal segera memulai permainannya, panas dan menggebu birahi hewan buas yang tak terkendali, pakaianku satu persatu berhasil di lucutinya, nafas menderu lidahnya menjalar kesana kemari, bak seekor singa buas yang sedang mencabik-cabik mangsanya, saat sudah berbulan-bulan tidak bertemu dengan makanan.

Yah... akupun manusia biasa dan normal, saat serangannya mengenai titik-titik sensitif tubuhku akupun sedikit menikmatinya, tapi aku tidak mau tenggelam dalam lautan birahi yang di ciptakan rizal, tak lama pemanasan yang dilakukan rizal, dia membantingku dan berada di atasku.

"Kau siap sayang ?"

Aku hanya menganggukkan kepala, tangan rizal sudah menggenggam gada pusakanya, pusaka yang dulu sudah pernah aku rasakan hentakkan dan hantamannya yang mengandung energi dahsyat, entah sudah berapa banyak wanita yang luluh lantak di hantam gada pusaka itu, tapi malam ini aku akan mengakhiri pertualangan rizal dengan gada pusaka saktinya.

"Seranglah aku bang sesukamu, keluarkan seluruh kemampuanmu karena ini pertempuran terkhirmu"

"Hahaha... aku tidak akan menyesal walaupun ini pertempuranku yang terakhir, huup... hoyaaaaaaa...!"

Hantaman gada yang bertubi, membuatku kerepotan sehingga setiap hantaman yang mengarah kepadaku aku pasang badan dan menyambutnya tanpa perlawanan, kurasakan energi inti memuncar dari gada itu, aku tahu saat gada itu mengeluarkan energi inti maka saat itu pula pintunya terbuka, aku tidak menyia-nyiakan waktu yang hanya berkisar tiga detik, waktu ini harus kumanfaatkan seefektif mungkin, segera aku menyalurkan lendir racun belut lautku, supaya segera menyusup ke dalam gada yang saat ini pintunya sedang terbuka.

Sedikit racunku bisa masuk kedalam gada, bagiku ini belumlah cukup karena reaksinya melumpuhlannya nanti akan memakan waktu cukup lama.

Rizal yang sudah sangat mumpuni dalam pengalaman bertarung ini, ku akui dia bisa mengendalikan energinya, tidak butuh lama baginya memulihkan kembali staminanya, dengan gada yang masih tertanam dia bisa mengumpulkan lagi energinya.

Huuupppp.... hiyaaaa... terimalah gelombang kedua seranganku...! 

Hah... kau hebat bang, ayo lanjutkan kembali pertarungan ini, aku siap menerima setiap gempuranmu, keluarkan semua kemampuanmu dalam pertarungan ini.

Hiyaaa.... kembali serangan gadanya bertubi-tubi menghantamku, seperti sebelumnya semua serangannya kusambut dengan sempurna.

Gelombang serangan kedua tidak berlangsung lama, gada pusaka rizal kembali memuncarkan energi penuh tapi tidak sedahsyat puncaran pertama, hanya berlangsung dua detik tubuhnya langsung terkulai dan ambruk diatasku. Kali kedua ini rupanya ambang batas kemampuannya, yah... dengan kenikmatan ganda dalam pengaruh gendam birahi siapa yang mampu menahan kenikmatan ganda berlipat dari batas normal yang mampu di tahan kaum adam, kalian yang sedang membaca tulisan ini bisa membayangkan jika kenikmatan yang kalian rasakan saat klimaks kimpoy yang kalian rasakan 3-4 x lipat dari yang biasa kalian rasakan apa yang akan terjadi, bukan cuman mata kalian yang menjadi putih biji matapun bisa melontar keluar dari tempatnya, jantung akan berhenti berdetak dan urat-urat syaraf akan terputus, karena aliran energi yang dahsyat tanpa bisa kalian kendalikan, itulah kenapa tuhan hanya memberikan kenikmatan itu hanya sesaat saja.

Kenikmatan yang berlebih bukanlah hal yang membawa kepuasan akan tetapi akan membawa kedalam jurang kematian.

Aku tahu, setiap lelaki yang berhubungan denganku pada sesion terakhir akan berakhir dengan tidak sadarkan diri dalam waktu yang cukup lama, tak ubahnya si rizal ini.

"Hmmm... kau sudah kalah, hanya sebatas itukah kemampuanmu?" pikirku dalam hati seraya menggeser tubuh rizal yang tak sadarkan diri jatuh kesampingku.

Aku segera masuk ke kamar mandi dan membersihkan tubuhku, rizal masih tak sadarkan diri dengan posisi telentang di atas kasur dengan kemaluan yang masih berdiri kokoh dan di balut oleh lendir berwarna coklat yang tidak lain adalah lendir beracun dari khodam siluman belut laut, kututupi tubuhnya dengan seprai karena lumayan lucu melihat ekspresinya.

"Hah... aku akan menyiksa sukmanya terlebih dahulu, aku akan menyiksanya lahir bathin menjelang kematiannya nanti"

Setelah membersihkan diri aku duduk di lantai dan mematikan semua lampu agar bisa berkonsentrasi bersemedi untuk masuk ke alam sukmanya rizal.

"Sahabat siluman belut laut bukalah portal menuju alam sukmanya"

"Baik dewi" aku segera berkonsentrasi mencapai keheningan dan.. blazzz... aku sudah berada di sebuah tempat dengan siluman belut laut berdiri di sampingku.

"Sahabat... dimanakah rizal berada ?"

"Pastinya dia berada di sekitar sini"

"Itu dia, dia berada di bawah pohon besar itu"

Aku segera melesat kearah pohon yang ditunjuk. Benar saja di bawah sebatang pohon besar duduk seorang pria dalam keadaan sila bersemedi, seperti memang sedang menungguku.

Tapi yang menjadi masalah adalah di depannya ada dua khodam yang standby menjaga, rupanya mereka adalah khodam cincin kecubung api yang berwujud singa api yaitu wujud seekor singa dengan rumbai  berwujud api yang menjalar-jalar dan khodam sabuk berwujud manusia di kelilingi oleh huruf-huruf tulisan rajahan kuno yang berterbangan di sekitarnya.

"Untuk menggapai sukma rizal tentunya bukan hal mudah, karena dia seorang yang memegang jabatan di perusahaan tempatnya berkerja tentulah dia mempunyai beberapa backup yang mendampinginya untuk mengamankan posisi dan menjaga keselamatannya"

Beberapa saat aku berdiri menunggu pergerakan kedua khodam itu, tapi mereka hanya diam dan tidak mendekatiku meskipun mereka sudah tahu kalau saat ini tuannya sedang dalam bahaya, dengan begini tentulah aku yang harus lebih dahulu melakukan pergerakan, aku melanjutkan langkahku sehingga berada sangat dekat dengan mereka.

"Menyingkirlah kalian dari hadapanku, karena aku akan membawa tuanmu itu"

Mereka masih tidak bergerak seolah tidak mendengar perkataanku.

"Baiklah, kalau begitu aku akan membawanya dengan paksa "hiyaaa..." aku melompat melangkahi mereka tapi "hiyaaa..." aku terpaksa mengurungkan niat dan kembali ketempat semula, dikarenakan huruf-huruf yang mengelilingi khodam sabuk berhamburan bagaikan senjata rahasia ninja, berdatangan menggempurku.

"Rupanya kalian bisa bertarung juga, baiklah kalau begitu kalian hentikanlah seranganku"

"Hiyaaa...." Aku melompat ke arah khodam sabuk dengan pedang terhunus, pertarungan jarak dekatpun terjadi, "tring...trang...tringhh..."aku cukup kerepotan karena harus menghalau serangan dari huruf kuno yang berterbangan, sehingga senjata pedangku selalu berbenturan dengan huruf-huruf itu.

"Hmmm...brupanya kuat juga khodam pagaran ini belum lagi jika singa api sudah bergerak aku bakal tambah kerepotan, aku tidak bisa bertarung sendiri"

Aku teringat jika aku juga disertai dengan beberapa khodam pendamping selain dari siluman belut laut, waktunya aku memakai jasa bantuan mereka.

"Salam khodam-khodam pendamping dan pengikutku... hadirrrr....!"

"Blas...blas...blas....!" tiga khodam hadir dan langsung membantuku bertarung.

"Tiga Manusia  sosok gimbal, hitam bersempak" itulah wujud khodam yang hadir membantuku, dua bertarung melawan khodam sabuk dan satu melawan singa api.

"Hah... selagi khodam pagaranya sibuk sebaiknya aku membawa sukma si rizal"

"Sahabat siluman belut laut,a pa kau bisa membawa sukmanya"

"Bisa, mau di bawa keman dia ?"

"Langsung bawa ke istana ratu utara"

"Baiklah"

Sesaat kepalaku terasa keliyengan,bkarena siluman belut keluar dan memisahkan tubuhnya dari tubuhku "wuussss..." sesosok belut raksasa melesat keluar dari tubuhku dan mengarah ke sukma rizal dengan cepat. Jujur saja sebenarnya sampai saat ini aku belum pernah melihat khodamku itu merubah wujud kedalam bentuk manusianya. Entah seperti apa rupanya jika dia berwujud manusia.

Belut itu langsung menggelung tubuh rizal yang sedang duduk bersila, seluruh tubuhnya digelung kemudian menghilang bersama siluman belut.

Akupun segera menembus portal keluar dari alam bathin rizal meninggalkan pertarungan para khodam pendamping "blazzz..." aku sudah berada didalam istana ratu utara.

"Salam kanjeng ratu"

"Selamat datang senja, inikah orang kau cari selama ini ?"

"Benar ratu"

"Lantas mau kau apakan manusia ini, kenapa tidak kau musnahkan ?"

"Tidak ratu, dia tidak akan aku musnahkan karena itu terlalu baik baginya, Aku ingin kanjeng ratu menjadikannya budak di kerajaan, beri dia kerja yang paling berat dan paling menjijikkan sehingga dia meminta untuk di matikan dari pada hidup dalam perbudakan"

"Hahaha... baiklah kalau itu mau mu, dia akan menjadi budakku sampai hari kiamat tiba"

"Terima kasih kanjeng ratu, dengan begitu aku bisa merasa puas dan dendamku bisa terbalaskan"

Sementara rizal hanya terdiam tanpa berkata apa-apa, aku ingin dia mengetahui siapa aku sebenarnya supaya dia bisa menyesali perbuatannya padaku, yang telah berakibat merubah jalan hidupku.

Setelah menyerahkan sukma rizal kepada ratu utara aku langsung kembali ke lokasi dimana tempat rizal terkapar.

"Hmmm... hari sudah hampir pagi, sementara rizal masih belum sadarkan diri, biarlah dia kutinggalkan sendiri disini, sebaiknya aku keluar lebih dulu dari penginapan ini karena jika aku menunggu rizal sadarkan diri nanti malah akan menjadi repot, apalagi kalau dia menyadari ada sesuatu yang ganjil terjadi pada dirinya dan bercerita seolah tadi mengalami mimpi buruk"

Aku segera merapikan pakaian dan melenggang keluar menuju apartemenku dan menunggu kabar yang akan terjadi pada rizal di akhir-akhir hidupnya.

Dua hari berlalu aku belum mendapat kabar tentang rizal dan ini cukup membuatku bingung mungkinkah eksekusiku malam itu gagal, tapi tidak mungkin karena sukmanya sudah di tawan di istana ratu utara. Sebaiknya aku meminta khodamku untuk melakukan pengecekan langsung supaya jelas imformasinya.

"Sahabat siluman belut, pergilah ke tempat rizal dan dapatkan informasi keadaan dia sekarang"

"Baik senja" jawab siluman belut yang cukup membuatku keliyengan saat dia keluar dari tubuhku secara kilat.

Tak lama siluman belutpun kembali.
"Bagaimana sahabat ?"

"Senja, rizal saat ini sedang sibuk mencari obat untuk kemaluannya, karena racunku sudah mulai menggerogoti kemaluannya dengan cepat, saat ini kemaluannya sudah mulai basah dan bernanah, apapun obat yang dia pakai tidak akan bisa menghentikan menjalarnya racunku sampai kemaluannya habis menurutku umurnya sudah tidak akan lama lagi"

"Hmmm... baguslah kalau begitu"

"Tapi kau harus tetap mengontrol rizal karena dia berusaha mencari pengobatan kepada ahli ghaib juga, bisa jadi ada yang bisa menetralkan racunku"

"Kriiiing...!" suara hp ku bersering.

"Owh... nama rizal yang melakukan panggilan" baiklah aku akan mengangkat telponmu pikirku.

"Ya.. haallloo..!"

"Halo melati, apa kita bisa bertemu, ada yang ingin aku bicarakan dan ini penting" suara rizal dengan nada serak.

"Emangnya ada apa bang...?" tanyaku.

"Nanti aku ceritakan, yang jelas kita harus ketemu dulu"

"Baiklah bang, datang aja ke apartemenku kapan bang rizal mau" aku sengaja menyuruhnya datang supaya khodam ghaibnya rontok jika dia memasuki apartemenku yang sudah aku beri pagar ghaib karena khodam sabuk dan singa api lumayan merepotkan kalau mereka ikut.

Aku menunggu rizal sekitar dua jam, hingga akhirnya dia kembali memberi kabar kalau sudah berada di lahan parkiran apartemen.

"Melati... aku sudah di parkiran" smsnya masuk.

"Langsung naik aja bang" balasku, diapun langsung masuk menuju apartemenku.

"To...tok...tok" suara pintu diketuk, aku melangkah membuka pintu.

"Masuk bang...!"

"Terimakasih" rizal masuk dan langsung duduk di kursi, kulihat wajahnya sudah mulai pucat dan kuning,bdan aku pura-pura bertanya.

"Kenapa bang, sepertinya abang sedang kurang sehat ya ?"

"Kau benar melati, dan aku yakin kau sudah tahu penyakit apa yang aku derita saat ini"

"Maksud abang bagaimana bang?, aku tidak mengerti"

"Sudahlah melati, sekarang aku mau tanya siapa kau sebenarnya dan apa maksudmu melakukan ini padaku"

"Maksudnya apa sih bang?, kalau abang sakit seharusnya abang berobat ke dokter bukannya kesini, menuduh yang ga jelas lagi, aku bingung bang coba ceritakan dulu maksudnya apa ?"

[BERSAMBUNG]

*****
Selanjunya

*****
Sebelumnya
close