Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PORTAL LADUNI (Part 44) - Pelangi Senja di Langit Jakarta (Dendam yang terbalaskan)

Pertahankan kegilaanmu jika warasmu tidak di hargai.

Salam rahayu..


JEJAKMISTERI - "Melati, aku sudah menemui beberapa orang pintar dan katanya penyakitku ini kaulah penyebabnya, aku sekarang menderita penyakit borok kelamin yang tidak ada obatnya kecuali kau memberikan obatnya, sekarang aku mohon kau memberikan penawarnya dan jelaskan apa tujuanmu membuat aku seperti ini"

"Hmmm... apa abang mau tahu siapa aku sebenarnya ?"

"Iya jelaskan padaku siapa kau sebenarnya dan apapula maksudmu"

"Baiklah bang, lihatlah dan perhatikan aku baik-baik jika kau ingat maka aku tidak perlu menjelaskan apa-apa"

"Salam dewi melati, keluarlah kau dari ragaku..." ucapku dalam hati supaya dewi melati keluar dan melepaskan aji malih rupaku.

"Baik seja..." blazzz dewi melati keluar.

"Lihatlah rizal apa kau ingat dengan wajahku"

Wajah rizal semakin pucat bak tak ada darah sedikitpun di wajahnya.

"Senja...! benarkah kau senja ?"

"Hahaha... benar, syukurlah jika kau ingat" suara tertawaku melengking keras menggema di seluruh ruang apartemenku.

"Senja kenapa kau tega melakukan ini padaku, kemana kau selama ini ?"

"Tega... katamu?. Rizal, apakah kau masih ingat dengan apa yang telah kau perbuat padaku"

"Iya aku ingat, terakhir kita bertengkar tapi apakah semarah ini kau padaku"

"Dengarlah rizal, aku bisa seperti ini semua karena perlakuanmu"

"Aku tidak tahu maksudmu, tapi aku minta sekarang kau memberikan penawar penyakit yang kau berikan padaku"

"Hahaha... tahukah kau, penyakit itu akan sembuh jika kau mati, dan aku kira itu cukup setimpal atas perbuatanmu"

"Sudahlah senja itukan masalalu, aku minta maaf atas semua itu, apapun yang kau inginkan akan kulakukan dan kupenuhi asalkan kau mau memberikan penawarnya"

"Tidak, kau tidak akan bisa memutar waktu dan mengembalikan hidupku yang dulu"

"Tahukah kau, karenamu aku terbuang kebengkulu kehidupanku hancur, dan aku memutuskan untuk menjual janinku darah dagingmu kepenguasa dunia ghaib dan janin itu yang tidak lain adalah anakmu"

"Hah... begitu keji perbuatanmu senja, kau tega menjual anakmu sendiri"

"Hahaha... tidak lebih keji dari perbuatanmu, dan ingatlah pengorbanan bayimu itulah yang akan mengakhiri hidupmu, kau akan bertemu dengan anakmu itu"

"Selama ini hanya keinginan balas dendam padamu yang membuat aku bertahan dan pengorbanan anakku tidak akan kusia-siakan, kau akan mati di tanganku"

"Senja... aku mohon ampuni aku, berikan penawar penyakit ini, aku akan menuruti semua keinginanmu..." sambil menghiba.

"Pergilah kau dari tempatku, karena aku tidak akan memberikan penawarnya, dan tunggulah hari-hari kematianmu"

"Sungguh wanita berhati iblis kau senja"

"Terserah apa katamu"

"Baiklah, aku akan pergi tapi ingat kau akan menyesal telah bermain denganku, aku akan menghancurkanmu untuk kedua kalinya"

"Hah... terserah padamu, karena permainan ini kau yang memulai tapi akulah yang akan mengakhirinya"

"Dasar iblis betina aku tidak akan mati dengan penyakit ini" sambil beranjak dan meninggalkan ruang apartemenku.

Fisiknya memang kuat, mungkin karena didukung oleh para khodam pendamping walaupun sukmanya sudah ku ambil satu secara emosi dia tetap stabil, aku tahu ancaman yang di berikannya bukan hanya sekedar isapan jempol belaka, dia mempunyai media pagar ghaib yang cukup kuat itu berarti dia mempunyai seorang guru kebhatinan juga. Aku tentu harus bersiap pula dengan kemungkinan kedatangan ghaib dari pihak rizal ini.

Dua hari berlalu aku tidak mendapatkan telpon ataupun pesan singkat dari rizal hal ini bukan berarti dia diam dan menunggu kematian begitu saja, usaha non medis sedang di lakukannya.

Senja hadir meninggalkan mentari, dewi malam sudah membentangkan selimutnya menyelimuti panasnya kota jakarta, malam ini terasa sedikit aneh, aku merasakan hawa ghaib yang sangat kuat seolah sedang mengarah padaku. Kulit tubuhku di beberapa titik bergerak menimbulkan kedutan pertanda ghaib yang ada didalam tubuhku aktif dan memberikan sinyal pertanda akan terjadi sesuatu.

"Hmmm... malam ini aku harus bersiap-siap menyambut tamu yang tak di undang, inikah bukti ancaman yang diucapkan rizal?, agh... sudahlah siapapun yang datang dengan aura seperti ini tentulah negatif bagiku, sebaiknya aku duduk bersemedi saja untuk menenangkan hati" sambil menyiapkan tempat duduk bersila dan mematikan lampu kamarku.

Jam sudah menunjukkan pukul 23.00 sekitar setengah jam aku bersila, di luar aku mendengar suara gemuruh angin, suara telapak kaki puluhan bahkan ratusan orang tapi tentulah itu pendengaran bathinku sejatinya di luar sana baik-baik saja seperti biasa.

"Duarrrrtttt....!" aku dikagetkan oleh suara benturan di atap apartemen. Portal ghaib langsung ku buka dan.. blazzz... aku sudah berada di luar ragaku dengan siluman belut yang kalu ini mengambil rupa manusia gagah berada di sampingku.

"Sahabat mohon bantuan agar beberapa temanmu bisa menjaga tubuhku"

"Baik senja" segera siluman belut memanggil berapa temannya dan mengelilingi tubuhku yang sedang duduk bersila.

"Baiklah sekarang kita harus siap menghadapi musuh yang datang, aku yakin mereka bukanlah manusia atau ghaib sembarangan"

"Kau benar senja, dari aura energi yang datang ini aku tahu kalau mereka tidaklah main-main, aku melihat di atap rumah ini sudah bertengger satu makhluk yang berwujud seekor burung gagak besar dengan mata yang menyala"

"Mari sahabat kita sambut mereka" aku segera menerobos ke atap rumah diikuti siluman belut.

Benar saja seekor burung gagak raksasa dengan mata menyala sedang bertengger tanpa bergeming melihat kehadiranku.

"Siapa kau dan apa tujuanmu datang kemari ?" teriak siluman belut.

"Kreaaakkk...." gagak hanya berteriak yang suaranya serasa memecahkan gendang telinga yang mendengar.

"Gagak... apa kau tidak bisa bicara, jawablah pertanyaanku siapa yang menyuruhmu datang kemari ?"

"Rupanya gagak ini benar tidak bisa bicara, senja berhati-hatilah karena musuh yang mengirim gagak ini bisa melihat kita melewati mata gagak ini"

"Kreaakk.....!" tiba-tiba gagak mengepakkan sayapnya, dari kepakan sayap muncul ribuan bulu tajam melesat bergerak ke arah kami.

"Sial..." celetukku, serangan ini benar-benar tak kuduga, banyak sekali bulu berterbangan bagaikan ribuan jarum, menghindar sudah terlambat bagi kami karena jarak gagak ini terlalu dekat.

"Hiyaaaa...." siluman belut langsung mengeluarkan energi perisainya, seketika kami sudah di bungkus oleh pagaran ghaib berbentuk gelembung. Bulu-bulu gagak menerjang perisai energi, tapi tidak mampu menembus, "kreaakkk..." serangan gelombang kedua di lancarkan, kali ini lebih banyak lagi bulu yang keluar dari kepakan sayap sang gagak, tapi hasilnya tetap sama tak mampu menembus perisai siluman belut.

Owh ya, siluman belut laut yang selama ini mendampingiku ini bukanlah siluman belut biasa, dia adalah seorang pangeran dari bangsa siluman belut dari laut utara, yang jika berwujud manusia mempunyai wajah yang rupawan sebagai seorang pangeran tidak cuma itu dia dipilih sebagai khodam pendampingku karena juga mempunyai kesaktian yang tinggi.

Berikut serangan ketiga, gagak berteriak Cumiikkan telinga paruhnya menganga tertahan "blaz...blaz..." dua sosok manusia melompat keluar dari mulut gagak hitam raksasa.

"Hmmm... sahabat, ternyata mulut gagak itu juga merupakan portal ghaib, artinya yang mengendalikan gagak ini tentu bisa melihat semua kejadian yang dilihat oleh sang gagak"

"Kau benar senja, mereka yang baru keluar ini adalah dua ghaib berbeda jenis seperti kita, yang berpakaian serba hitam seperti orang melayu itu adalah sukma manusia sedangkan yang berpakaian seperti prajurit bertelanjang dada adalah khodam pendamping dari bangsa kami"

"Salam sahabat, siapa dan apa kepentingan sahabat datang kemari dengan cara seperti ini ?" tanyaku.

"Salam, apakah saya berhadapan dengan senja ?"

"Benar, akulah senja dan siapakah gerangan sahabat pendekar ini"

"Aku adalah guru dari pemuda yang telah kau berikan penyakit di kelamin dia bernama rizal"

"Owh, tentu akupun menduga begitu"

"Senja... aku tidak akan berpanjang lebar karena kau tentu sudah tahu maksud kedatanganku"

"Maaf sahabat pendekar, aku belum tahu maksud pendekar"

"Hmmm... baiklah, tujuan kedatanganku bukan untuk menjajal keilmuan tapi aku ingin meminta penawar racun yang kau tanamkan di tubuh muridku"

"Kalau yang sahabat maksud adalah penawar untuk penyakit rizal maka aku tidak bisa mengabulkan permintaan sahabat"

"Kalau begitu kembalikan sukmanya"

"Sukmanyapun sekarang tidak bersamaku"

"Lantas kau kemanakan sukma muridku ?"

"Hahaha... sukmanya sudah kupersembahkan sebagai budak di istana ratu utara, jika kau menginginkannya kembali maka silahkan kau jemput sendiri, tapi ingat untuk gantinya sukma dan dirimulah yang akan tinggal"

"Sungguh biadap kelakuanmu nona..."

"Jika sudah begini maka kematianmulah yang aku inginkan" bentak pendekar yang tak lain adalah guru spiritualnya rizal.

"Pendekar sebaiknya kau jaga ucapanmu dan pulanglah, kematian rizal adalah milikku"

"Sombong kau, kematian manusia ada tangan maha kuasa bukan di tangan iblis sepertimu"

"Kalau begitu mintalah agar tuhanmu menyelamatkan dirimu dan muridmu itu"

"Terimalah hukumanmu, hadapi aku dengan seluruh kesaktianmu akan ku habisi kau dengan kesombonganmu"

"Hiyaaaa...." sosok pendekar itu melesat kearahku dan menyerangku dengan serangan full power.

Pertarungan sengit jarak dekatpun terjadi, aku tidak terlalu piawai dalam ilmu kanuragan sehingga serangan jarak dekat membuatku sangat kerepotan ditambah lagi orang yang kuhadapi adalah sosok pendekar yang tingkatannya adalah seorang guru.

"Duk.."

"Agh..." aku terpental kebelakang tatkala sebuah bogem berisi energi tepat bersarang di bagian uluhatiku, aku memegangi uluhatiku sambil menahan sakit yang luar biasa, ku alirkan energi murni sebagai penetral rasa sakitku.

"Sialan... aku tidak bisa bertarung dalam jarak dekat lagi, karena jika di lanjutkan pada akhirnya aku akan mati konyol" gumamku.

"Hahaha... hanya sebatas itu kemampuanmu wanita iblis..." tertawa dengan pongahnya sang pendekar.

Kembali lawanku melesat dengan cepat saat aku mencoba untuk berdiri, tapi kali ini kulihat jika tangannya berwarna merah seperti bara api. Aku tidak mungkin memapas serangannya karena dengan tangan kosong saja sudah mengakibatkan luka dalam cukup parah apalagi jika sudah di barengi dengan sebuah ajian seperti itu.

"Duaaarrrtt..." serangannya mengenai tempat kosong menghantam tanah menimbulkan lubang dalam karena dia menyerang melompat keatas.

"Hmmm... aku harus memulai duluan serangan jarak jauh supaya dia mengikuti gaya pertarungan yang aku inginkan"

"Saat inilah aku bisa menjajal kekuatan ajian yang sudah aku terima dari ratu utara" sembari aku berpamitan kepada ratu utara untuk menggunakannya.

"Salam ratu, mohon izin menggunakan ajian gelombang utara" hanya selang beberapa detik aku merasakan energi besar bangkit dan menjalar di seluruh tubuhku pertanda semua ajian sudah aktif dan siap untuk di gunakan.

Di depan sana, rupanya lawanku sudah mengerti dengan keinginanku, dia mundur mendekat kembali kepada burung gagak raksasa entah ilmu apa yang akan di keluarkan, tapi sepertinya berhubungan erat dengan gagak raksasa peliharaannya.

Sepintas dia hanya diam dengan melipat tangan di dada. "kreaakkk..kkeaakk" burung gagak berteriak memecahkan gendang telinga, kreaaaakkkk.....! teriakan ketiga begitu panjang. Dari mulut gagak hitam seketika bermunculan puluhan makhluk ghaib dengan bermacam-macam rupa.

"Habisi wanita iblis itu, hiyaaaaa....!" teriak sang pendekar.

Seluruh makhluk ghaib berhamburan bergerak kearahku.

"Senja... persiapkan ajian gelombang utara" sahut siluman belut laut.

"Baik sahabat" segera aku mengambil posisi mengaktifkan ajian gelombang utara, aliran energi memuncak berkumpul di tanganku, sepuluh langkah lagi pasukan khodam sampai padaku. "hiyaaaa...." kedua tangan ku hentakkan kedepan seketika menderu sebuah gelombang kabut energi besar keluar dari tubuh dan sekitarku.

"Wuerrr...." gelombang energi terlepas kedepan memapas pasukan khodam, saat terkena sapuan gelombang utara pasukan khodam berpentalan digulung gelombang utara. Hanya dengan satu sapuan gelombang seluruh pasukan musnah.

"Kreaaakkkk....!" sekali lagi gagak hitam menganga, kembali puluhan bahkan ratusan khodam pasukan ghaib keluar dari mulutnya.

"Hiyaaaa....." musuhku kembali mengarahkan pasukannya padaku.

Sekali lagi gelombang utara ku aktifkan, kali ini dua gelombang ku lepaskan dan hal serupapun terjadi. Kuakui ajian gelombang utara sangat efektif untuk bertempur melawan pasukan.

Melihat dua serangannya bisa kutampik dengan mudah, musuhku sudah mulai gelisah. "Ternyata boleh juga kemampuanmu nona... sekarang aku tidak akan membatasi kekuatanku untuk melumpuhkanmu!"

"Sudah... tak usah kau banyak bicara, aku tak ingin berlama-lama melayanimu, keluarkan semua kemampuanmu"

Lawanku melakukan gerakan pemanggilan tangannya di angkat ke atas dan "blazzz..." di tangannya muncul sebuah tongkat berwarna hitam, di hentakkannya tongkat itu ke tanah.

"Kreaakkk..." gagak hitam raksasa kembali berteriak dan kembali mengeluarkan puluhan makhluk ghaib, tapi kali ini yang keluar semuanya berwujud burung gagak yang mirip dengannya dengan ukuran sedikit lebih kecil.

Semua gagak itu terbang dengan posisi berbaris di udara, kembali lawanku menghentakkan tongkat ke bumi "kreaakkk" seluruh burung gagak berteriak dan dari masing-masing mulut burung kembali keluar puluhan gagak, begitu seterusnya sampai terjadi berulang-ulang sehingga jumlah mereka menjadi berlipat sampai ribuan burung gagak hitam.

"Hmmmm... kumpulan burung itu seperti kumpulan lebah sedang bermigrasi, menghitamkan seluruh area di depanku, akankah gelombang utara bisa menggulung semua mahkluk itu" tanyaku dalam hati.

"Aku mesti mengatur strategi, kalau tidak energiku akan habis oleh ajian gelombang utara"

Selagi aku berpikir lawanku sudah memerintahkan pasukan gagaknya bergerak "hiyaaaa...." habisi wanita iblis itu....!

"Baiklah aku tetap akan memapasnya dengan gelombang utara"
Tiga gelombang energi kulepaskan dengan kekuatan maksimal "wuerrrr...." ketiga gelombang energi memapas pasukan gagak hingga bersih.

"Huuuuuuffff.... hiyaaaaaa...." kembali gelombang burung gagak bergerak ke arahku, hal serupapun terjadi, tapi aku merasakan jika energiku sudah melemah terbukti beberapa burung gagak berhasil lolos, beruntung khodam siluman belut cepat bergerak dan menapik gagak yang berhasil lolos dari gelombang utara.

Tapi belum sempat aku mempersiapkan ajian gelombang utara berikutnya, sudah datang serbuan burung gagak yang lain, hal ini memaksaku untuk bertarung mengusir burung-burung ini dengan kanuragan bermodalkan senjata pedang yang ada di pinggangku.

"Senja kau tidak bisa berlama-bertarung dengan lawan yang mempunyai ilmu mendatangkan pasukan seperti ini, kita tidak tahu ada berapa banyak pasukan yang dia punya mungkin juga tidak akan ada habisnya"

"Kau benar sahabat, akupun sudah merasakan kalau energiku sudah terkuras dengan ajian gelombang utara, lantas apa yang mesti aku lakukan"

"Kau harus teliti jangan hanya mengikuti permainan lawanmu dan cari titik lemah musuhmu"

"Hmmm... betul sahabat, ternyata aku dari tadi sudah masuk dalam permainan musuh, lantas menurutmu dimanakah titik lemah pendekar itu"

"Kau lihat dari tadi sebenarnya dia hanya mengandalkan pasukan ghaibnya, artinya tanpa pasukan ghaib dia bukan apa-apa, dia hanya bisa bertarung jarak dekat saja"

"Artinya burung gagak raksasa itulah titik lemahnya, bukan begitu sahabat ?"

"Ya betul senja, habisi dulu burung gagak itu, karena burung itu merupakan portal ghaibnya"

"Baiklah, aku akan menggunakan ajian kilat buana untuk menghabisi burung gagak itu"

Ini pertama kalinya aku menggunakan ajian kilat buana, aku belum tau sejauh mana kekuatannya, tapi hanya ajian ini yang menurutku bisa di gunakan untuk menghalau burung gagak itu. Sejenak aku berkonsentrasi "salam dewi... mohon ijin dan diberi kekuatan untuk menggunakan ajian kilat buana"

Kembali aku merasakan energi yang sangat dahsyat dan besar mengalir ditubuhku. Aku merentangkan kedua tanganku dan menengadah ke atas, sekejap buka mata dan kuarahkan ke angkasa.

Terasa energi panas luar biasa memancar dari mataku, dua buah aliran energi berwarna putih kebiruan memancar menembus awan, beberapa detik kubiarkan energi dari mataku keluar dan kuputus dengan menutup mataku.

Setelah merasa cukup kembali ku buka mata dan tidak ada lagi energi yang keluar, pemandangan langit membuatku takjub, langit diatasku berubah menjadi terang karena kilatan-kilatan petir yang bergantian muncul seolah memberitahuku bahwa mereka adalah petir dari ajian kilat buana yang siap aku turunkan ke bumi.

Entah apa yang dipikirkan lawanku di depan sana, mungkinkah dia tau kalau kilat itu adalah milikku.

Kusatukan pikiranku dengan energi kilat buana yang ada di atas sana dan kuarahkan ke burung gagak raksasa.

"Jederrr...jederrr...jederr...." tiga sambaran kilat turun menghantam burung gagak "kraaakkkk....!" sebuah pekikan keras melengking memecahkan gendang telinga, burung gagak hangus mengepulkan asap hitam ke udara dan menghilang.

Melihat kejadian itu,
"Kurang ajar kau wanita iblis, kau telah membunuh sahabat gagakku"

"Hahaha... bukan cuman burung itu, kaupun akan kuhabisi jika masih nekad melanjutkan pertarungan ini"

"Sombong sekali kau, rasakan ini.... hiyaaaaa....!"

Sebuah gumpalan energi hitam kemerahan keluar dan melesat ke arahku dengan cepat dan bertubi-tubi keluar dari tangan lawanku.

"Hiyaaaa... jeder..jeder...jeder..." semua bola energi hitam ku hantam dengan kilat buana. Aku tidak ingin musuhku kembali mengeluarkan ilmunya aku kawatir juga jika energi kilat buanaku menipis. Karenanya sasaran kilat buana berikutnya adalah lawanku.

"Hiya...hiya..hiyaaa....!" tiga kilat menyambar dari langit.

"Jeder...jeder...jeder...duaart..."
"Aaaagghhh....!" tak ayal, lawanku terpental kena sambaran salah satu kilat yang turun.

Melihat lawanku sudah terkena sambaran kilat buana, aku langsung bergerak cepat menyusulnya dengan serangan jarak dekat "jeduk..jeduk...keplak" dua pukulan dan satu tendangan mendarat di ulu hatinya "agghh....!" dia jatuh tak berkutik.

Kulihat tubuhnya menghitam kulitnya hangus dan pakaiannya gosong akibat sambaran kilat buana, tapi aku tahu dia belum mati, nafasnya masih menderu dengan cepat dan tersengal pertanda menahan sakit yang luar biasa.

Detik.. kematianmu telah tiba "huuufff....!,hiya..!"

"Tunggu..." suara keluar dari mulutnya sambil mengangkat tangan sambil terbaring ditanah.

"Cukup senja... ampuni aku, aku mengakui kelalahanku"

"Hah... seharusnya dari tadi kau mengatakannya satu detik lagi kau pasti mampus"

"Maafkan aku senja, aku benar-benar mengaku kalah"

"Baiklah, kalau begitu cepat kau tinggalkan tempat ini, dan ingat muridmu adalah milikku"

"Terimakasih senja, aku akan pergi dan masalah muridku silahkan, jika memang dia patut menerima hukumanmu maka hukumlah"

Pendekar itu kemudian duduk bersilah dan.. blazz... dia lenyap seketika dari hadapanku pertanda jika dia sudah kembali ke raganya yang entah dimana tempatnya aku tak tahu.

"Sahabat, aku harus cepat menyelesaikan si rizal sebelum dia kembali mencari bantuan kepada supranatural lain, hal ini akan membuang waktu saja"

"Baiklah, senja sebaiknya biar aku yang mengurus rizal itu, aku akan menambah kekuatan racun yang sudah menjalar di tubuhnya untuk mempercepat kematian dan kau pulanglah ke ragamu"

"Baiklah sahabat siluman belut, silahkan kau lakukan tugasmu"

Khodam siluman belut yang saat ini berwujud seorang pangeran tampan melesat meninggalkan ku dan.. blazzz... akupun kembali ke ragaku.

Singkat cerita tiga hari setelah malam itu aku melakukan pengecekan menuju kediaman rizal, dan aku mendapati kalau dia sudah meninggal dengan mayatnya mengeluarkan bau busuk yang teramat busuk sehingga semua orang enggan mengurusi mayatnya, dan mayatnya di pulangkan kekeluarganya di batam. Dengan demikian dendamku sudah terbalas, sukma rizal sudah menjadi budak di istana ratu utara dan akan menjadi budak sampai akhir dunia tiba.

SALAM
close