Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PORTAL LADUNI (Part 6) - Perselisihan dengan Ratu Laut Utara (Dewi Lanjar)

Kekuasaanku kutemukan dalam
pengetahuanku, kehormatanku kutemukan
dalam kemiskinan, kesehatanku
kutemukan dalam kesederhanaan, bebanku
diringankan kutemukan dalam diamku
hiburanku kutemukan dalam keputusasaan.


PERSELISIHAN DENGAN RATU LAUT UTARA ( DEWI LANJAR)

Part ini akan menceritakan saat terjadinya perselisihan dengan ratu laut utara (dewi lanjar).

JEJAKMISTERI - Sore itu seorang temanku membawa sesorang kerumahku. singkat cerita dia menceritakan tentang keadaan orang yang dibawanya itu. Sebut saja Rohmat (nama asli) kira-kira berumur 19 tahun.

Mendengar dari cerita sepertinya orang ini terkena gangguan jiwa, tapi bukan karena syaraf secara medis, dia sudah sering kontrol kerumah sakit jiwa dan meminum obat penenang tapi tak kunjung ada perubahan. Hal ini dikarenakan di rumahnya dia sering ngamuk dan ngomong sendiri, pernah juga mengejar tetangga dengan golok tanpa ada sebab kesalahan yang pasti, saat ditanya katanya tetangga itu mau membunuhnya.

Sambil mendengar cerita temanku itu, aku berusaha menembus ke dalam batin si rahmat, terkejutnya aku melihat sosok rahmat yang sedang dililit seekor ular raksasa yang mana dari mulut ular itu sudah menetes darah segar tiada henti, lidah menjulur-julur, suara desisannya cukup membuat merinding siapapun yang bisa melihatnya, dan d sekitarnya ada ular-ular kecil dengan berbagai ukuran dan warna. Sungguh pemandangan yang sangat mengerikan.

Aku tidak bisa berlama-lama dalam situasi ini, terlihat beberapa ular yang tadinya diam dan tenang sudah mulai gelisah, seolah sudah tau akan kehadiranku. Aku langsung menutup terawangan bathinku.

Ku ceritakan gambaran yang kulihat dengan temanku, lalu dia minta solusi selanjutnya bagaimana. Menurutku ini bukanlah hal bisa di anggap remeh, karena dari lokasi yang kulihat tadi itu seperti di pinggir sebuah pantai, aku belum tau siapa dan sekuat apa yang ada di belakang mereka, jika berasal dari bangsa gaib lautan ini sangat berbahaya, karena mereka tidak mengenal kompromi dan biasanya mencari nyawa pengganti atau tumbal.

Hmmm... kenapa aku tidak merasakan kehadiran seruni ya.. pikirku, kemana dia, apa dia sedang terluka akibat pertempuran terdahulu, agh... sudahlah nanti aku komunikasi aja waktu habis maghrib.

Seperti biasa untuk mempermudah pekerjaan di lokasi TKP pekerjaan itu sudah aku mulai dari rumahku. Habis sholat maghrib aku langsung duduk dan berencana memulai pembersihan gaib jarak jauh. Ku mulai dzikirku untuk meminta petunjuk dari Yang Maha Agung.

Sesaat mulai kurasakan peningkatan kecepatan membuka portal gaib, karena tidak begitu lama tanda terbuka portal biasanya di dahului oleh tiupan angin sayup dan merinding cepat sekali datangnya. Dan tiba-tiba aku sudah berada di tempat yang persis di terawanganku siang tadi.

Oh ya seruni ternyata hadir juga malam ini, seperti biasa sikapnya yang dingin terhadapku masih sangat mengganggu fikiranku.. aku berfikir seandainya dia bisa di ajak sedikit bercanda untuk menghangatkan suasana dingin d tempat-tempat mengerikan ini pastilah akan menambah warna dalam pertualangan supranaturalku ini.

"Bersiaplah lawan kali ini adalah sebangsa siluman ular dari laut utara, di atas mereka masih ada lagi yang lebih kuat, jangan habiskan semua tenaga dan energi dengan ular-ular itu." seruni memperingatkanku.
"Baiklah dinda." kuberanikan diri sedikit mencumbunya lewat sebutan, dalam hati aku hanya ingin melihat reaksinya. Ternyata jauh.. jangankan menjawab melihatku pun tidak.

Dengan langkah, gontai aku melangkah kedepan menuju kerumunan ular-ular itu,
"Aku akan membuka jalan untuk kanda supaya bisa mencapai ke tengah dimana tempat sukma rahmat di sandera." eit dah... aku kaget dengan ucapannya, bukan dari penjelasannya tapi dengan dia menyebutku kanda, mendengar sebutan itu seolah perasaanku seperti seorang pemuda yang mendapatkan kado ulang tahun dari pacarnya, coba bayangin tuh... wkakakak

Kulihat seruni membuka ikatan selendangnya, dan diarahkan ke kerumanan ular-ular itu, selendang itu menggulung semua ular yang menghalanginya sehingga terlihat celah seperti jalan setapak.

Melihat sudah ada ruang aku langsung melesat melewati jalan yang sudah di buat seruni, untuk mencapai pusat kerumunan ular-ular itu. Ular siluman naga laut pikirku, ular besar ini bertanduk karena itu kusimpulkan bahwa dia sudah bukan makhluk gaib atau jin biasa, dia sudah setingkat siluman.

Tentulah ini akan menjadi pertarungan yang berat, ular ini tidak bergeming melihat kedatanganku, seakan dia tidak merasa terganggu sama sekali, hmmm... apa yang harus aku lakukan, negosiasi... yah aku coba negosiasi dulu.

"Assalamu'alaikum sahabat... (belum ada jawaban), Assalamu'alaikum sahabat... (belum ada jawaban) Assalamu'alaikum sahabat..."tidak ada jawaban.

Hmmmm.. dia bukanlah golongan jin muslim.

"Maafkan atas kelancanganku telah datang mengganggu ketenangan sahabat... saya dimintai bantuan untuk menjemput sukma anak manusia yang sekarang dalam gengganman sahabat... aku minta sahabat bisa melepaskan sukma itu dengan ikhlas dan tidak ada syarat apapun."

Ular besar itu tetap diam tak bergeming sedikitkpun. Agh.. kelihatannya negosiasiku tidak mendapatkan tanggapan. Apa harus aku melakukan serangan duluan..?

Wahai sahabat... aku tidak mau ada pertempuran di antara kita, karena kita tidak ada permusuhan sebelumnya, saya hanya di mintai bantuan, sudilah kiranya sahabat juga membantu meringankan tugas saya.

Sedikit rasa emosiku meningkat karena tidak ada tanggapan sedikitpun. Baiklah kalau sahabat memaksa, saya terpaksa mengambil jalan kekerasan.

Aku berdoa memanggil kerisku, kuangkat tanganku kuatas dan secara tiba-tiba kerisku sudah berada di genggamanku. Ku cabut dari sarungnya, sinar emas langsung keluar memancar ke udara dan membentuk seekor naga bersayap.

Kuarahkankan khodam nagaku untuk melakukan serangan duluan, nagaku langsung melesat kearah ular siluman yang ada di depanku. Nagaku menyemburkan api berwarna biru dari mulutnya untuk membakar lawannya.

Siluman ular itupun langsung bereaksi, ia mematuk kesana kemari mengincar nagaku, tapi sukma yang Rohmat tidak terlepas dari gelungannya.

Sementara seruni sudah mulai membersihkan ular-ular kecil yang berada di sekeliling kami. Ular-ular itu berterbangan terpental dan mendekat lagi begitu seterusnya tiada habis-habisnya.

Sementara pertarungan nagaku masih berlangsung, ular siluman itu masih belum bergeming, api semburan nagaku seolah tidak ada pengaruh baginya. Tiba-tiba tanpa kusadari dari arah belakang naga emasku muncul seekor ular siluman lagi yang ukurannya sama dengan yang ada di depanku.

Aku mulai merasakan kengerian yang luar biasa, sosok ular yang baru datang ini ternyata lebih mengerikan, warna kulitnya hitam legam dan kepalanya bertanduk dua. matanya merah menyala, dari mata itu keluar sinar laksana sinar x mengarah pada naga emasku.

Aku sadar jika pertarungan ini di lanjutkan tentu khodam nagaku akan terluka. Aku memanggil khodam nagaku untuk masuk kembali kedalam kerisku. Kuangkat tinggi kerisku dan khodam nagaku langsung melesat kearahku dan melebur menjadi sinar kuning masuk kedalam kerisku, kerisnyapun langsung kumasukkan kedalam warangkanya.

Aku berlari secepat mungkin menuju kearah seruni yang masih sibuk mengurusi ular-ular kecil yang tiada habisnya, selendangnya terbang kesana kemari,
"Dinda sebaiknya kita mundur dulu, lawan ini terlalu berat jika kita tidak melakukan persiapan dulu sulit untuk kita membawa kembali sukma yang di tahan itu." rupanya serunipun paham dengan keadaan tanpa bicara ia lengsung memegang tanganku dan kami melesat menjauh dari lokasi pertempuran.

"Kakang nanti malam sebaiknya hubungi panglima sepuh, kita perlu petunjuk darinya bagaimana cara merebut kembali sukma itu." kata seruni.
"Baiklah dinda." jawabku.
Seruni langsung mengipaskan selendangnya pertanda kami akan kembali ke tempat semula aku berdzikir dan blas... aku sudah kembali ke ragaku, kuusap mukaku dengan tangan dan kubuka mataku, lalu kututup ritual dzikirku.

Kelihatannya malam ini kutunda dulu datang kerumah Rahmat aku harus konsultasi dulu dengan pembimbingku, musuh kali ini berat sekali dari pertempuran tadi belum ada hasil yang kudapatkan yang ada mungkin para siluman ular itu malah menjadi marah dan memanggil teman-temannya sehingga mungkin nanti sudah berlipat ganda pula kekuatan mereka.

Keesokan harinya aku langsung menghubungi panglima sepuh sriwijaya selaku pembimbing spiritualku, kuceritakan perihal pertempuran tadi malam,
"Dinar... kamu dengar baik-baik lawan kamu kali ini adalah bawahan dari dewi lanjar atau ratu laut utara, berhati-hatilah jika dewi lanjar sampai datang kamu cepat-cepat panggil saya, nanti biar saya yang akan menghadapinya, tugas kamu dan seruni bagaimana caranya dapatkan kembali sukma pasien kamu."
"Baik dang." jawabku.

Malamnya aku langsung berangkat kerumah pasienku, tanpa banyak berbincang dengan keluarganya, seperti biasa aku minta disiapkan kamar khusus sebagai tempat ritualku, setelah ruangan siap aku langsung masuk, dan menyiapkan sebatang dupa gunung kawi untuk kubakar, ku keluarkan cupu seruni dan ku ketuk tiga kali sebagai pertanda untuk bersiap dan aku segera mematikan lampu ruangan.

Aku duduk bersila dan mulai wirid untuk berkonsentrasi, rasanya kali ini sulit sekali untuk menembus portal dimensi astral, bayangan sahabat karib yang baru saja tewas seakan nampak jelas di fikiranku. Kenapa tidak, dia tewas karena perbuatan makhluk gaib yang di perintah oleh manusia yang tidak bertanggung jawab.

Semenjak penggemblengan ilmu pengobatan non medis ini sudah tiga orang pasien yang ku tangani dan dua diantaranya berakhir dengan kematian, dan ini pasien ke empat akankah juga berakhir demikian? Aghhhh... fikiran ini harus kubuang jauh-jauh karena hidup dan mati manusia berada di tangan Yang Maha Kuasa aku sebagi manusia hanya mampu berusaha, masalah hasil kuserahkan pada-Nya.

Tanpa kusadari sosok-sosok gaib sudah berkelebatan di sekitarku, hawa mistis tiba-tiba sangat tebal dan perlahan kurasakan ada sesuatu yang berjalan menjalar di pangkuanku, perlahan gerakannya naik kebadanku dan seperti mau membelit tubuhku. "Hmmmmm.... ular" pikirku besarnya sekitar sebesar pergelangan tanganku.

Tapi mana mungkin dikamar ini ada ular, ini pastilah ular siluman yang berasal dari tempat yang kutuju. Benar saja ternyata portal gaib sudah terbuka sedari tadi, karena aku terlena dengan fikiranku, mereka berusaha menyeberang portal duluan dan menghampiriku serta memberi serangan duluan.

Perlahan ku perkuat wiridku dan ku barengi dengan pengaktifan energi kala cakraku agar ular yang membelitku ini bisa terlepas, dan apa bila dia bertahan tentulah nanti tubuhnya akan terbakar. Benar saja dengan merasakan panasnya energi kala cakra tiba-tiba ular siluman itu menghilang.

Setelah ular tersebut menghilang aku tidak bisa membiarkan tubuh fanaku begitu saja, aku kawatir tubuh ini nanti akan diganggu lagi, aku harus meninggalkan khodam untuk memagarinya, yah... aku ingat pada misi sebelumnya aku diberi kenang-kenagan oleh lawanku yaitu sebuah keris astral dengan kodam kelelawar raksasa.

Ku panggil khodam kelelawarku dan dengan cepat iya pun muncul, ternyata benar-benar besar saking besarnya seluruh sayapnya bisa menutupi rumah tempatku berada, lalu kuperintahkan agar iya memagari rumah ini dengan sayapnya dan kuminta iya tinggal untuk menjaga tubuh fanaku.
"Wahai... kelelawar sahabatku, aku tau kita mungkin belum terlalu kenal aku pun baru kali ini memanggilmu, saat ini aku membutuhkan bantuanmu untuk menjaga rumah ini dan tubuh fanaku.."
"Baiklah tuan serahkan semua padaku." jawabnya dengan suara menggelegar, siapaun yang mendengarnya tentu akan lari terbirit-terbirit apa lagi di tambah dengan sorotan kedua matanya yang merah dan bertaring panjang.

Aku pun mulai berkonsentrasi kembali dan belum lama blas.... aku sudah berada di tempat pertempuran kami sebelumya. Kali ini kami muncul agak jauh dari pusat kerumunan ular,
"Kanda pertempuran kali ini akan semakin berat, lihatlah pada pertempuran tadi hanya dua ular siluman yang besar, sekarang sudah menjadi empat, dan kabut itu merupakan pagar gaib yang sudah di pasang karena mereka sudah tahu akan kedatangan kita." seruni berusaha menjelaskan padaku.

"Untuk menembus kabut itu kita memerlukan kekuatan tenaga yang besar, aku akan menggunakan selendangku dan kakang persiapkanlah perisai kala cakra, saat selendangku membentur kabut itu langsung lemparkan perisainya nanti akan terjadi benturan kedua dan akan membentuk sebuah celah untuk kita masuk." jelasnya lagi, ternyata cerdas juga dia pikirku.

"Berhati-hatilah saat melintasi kabut itu karena kilatan petir yang lalu lalang itu bisa saja menyambar kita, dan jika terkena akibatnya akan fatal kanda." lanjutnya 
"Baiklah kau juga berhati-hati karena aku juga tidak mau kehilangan kamu disini." jawabku, seruni hanya tersenyum.

Hmmmm... senyum itu benar-benar membuatku terasa sejuk, kengerian di tempat ini seolah berbalik menjadi sebuah tempat yang indah seperti taman bunga karena seyumannya.

Singkat kata seruni sudah memutar-mutar selendangnya dan langsung di lemparkan selendang itu ke arah kabut gaib di depan, selendang itu di selimuti cahaya merah pink melesat dengan kecepatan tinggi bak kilatan cahaya, dan duarrr... terjadi ledakan yang kencang sekali saat terjadi benturan antara selendang dengan kabut gaib itu.

Sesuai dengan intruksi seruni tadi akupun langsung mengarahkan perisai kala cakraku, dengan kecepatan tinggi perisaiku meluncur dan duarrrrr... kembali terjadi benturan.

Seketika terbentuklah sebuah lorong celah seperti lubang di tembok besar,
"Ayo kanda cepat lewati celah itu sebelum nanti tertutup lagi " segera kami melesat melewati celah kabut tersebut dan sesaat kami sudah berada di bagian dalam pagar kabut gaib itu.

Alangkah terkejutnya aku, melihat pemandangan yang mengerikan luar biasa, dibarengi dengan suhu dingin dan lembab dari bebatuan yang sudah diselimuti oleh lumut.

Dari sela-sela batu bermunculan berbagai macam ukuran dan warna ular-ular siluman, dan beberapa jenis monster laut lainnya, yang bentuk dan rupanya jauh bila di katakan sempurna.

Semakin lama-semakin banyak dan semakin dekat ke arah kami, rupanya ini adalah sambutan mereka, ya... kami disambut dengan berbagai macam monster laut yang seolah sedang kelaparan dan siap melahap hidangan makanan di depannya.

"Bersiaplah kanda mungkin ini merupakan pertarungan yang panjang, biarkan aku menghadapi siluman-siluman ini, kanda langsung saja ke tempat sukma di tahan, dan berhati-hatilah para siluman itu tidak akan menyerahkan sukma itu jika mereka tidak di kalahkan."

"Baiklah.." jawabku, aku langsung melompat dan melesat ke kearah empat ular siluman yang sedang menungguku.

Saat berhadapan dua ular siluman yang berukuran sebesar pohon kelapa, gear perisai kala cakraku yang sedari tadi masih aktif langsung menerjang terbang kesana kemari menghalangi kedua ular siluman untuk mendekatiku.

Satu kepala ular terpenggal dan terpental, darah menyembur kemana-mana menyirami disekitarku, kemudia ular yang ketiga pun datang menyerangku, siluman ini terlihar jauh lebih kuat dan ganas dengan mata merah, lidahnya menjulur kesana kemari dengan suara raungan yang menggelegar.

Dengan kondisi ini aku harus mengeluarkan khodam keris naga emasku, sesaat aku berkonsentrasi dan naga emasku sudah berada di depanku, aku lebih beruntung karena nagaku adalah naga bersayap dan bisa terbang kesana kemari.

Kali ini kuminta naga emasku untuk turun dulu karena aku berniat untuk menungganginya karena aku harus mememggal kepala ular siluman itu dari jarak dekat, sedangkan posisi kepalanya sangatlah tinggi.

Kali pertama aku bertarung dengan menunggangi naga ini, terasa agak sulit untuk menahan keseimbangan ku, sedangkan pergerakan naga ini sangatlah cepat.

Naga emasku melesat kesana kemari menghindari patukan dan kibasan ekor kedua ular siluman raksasa itu. Untuk sementara ku panggil gear kala cakraku untuk berada di dekatku dan berputar-putar mengelilingiku.

Sampai saat kesempatan tiba aku bisa berada di posisi belakang kepala salah satu ular siluman dan ku lemparkan gear perisai kala cakraku. Dan crassszzzzz.... kepala ular kedua terputus dan badannya tumbang seketika.

Sekarang tinggal ada satu ular yang masi menyerangku, sedangkan yang satu lagi masih seperti tidur menggelung sukma pasienku. Seolah tidak peduli dengan suara keributan pertempuran kami.

Ular yang paling menyeramkan itu mundur pikirku... dia mendekati ular yang sedang tidur itu, ada apa gerangan apa yang akan mereka lakukan?

Sementara seruni sudah selesai dengan tugas pembersihannya, dan mendekatiku, rupanya iya tahu kalau serangan berikutnya adalah serangan-serangan tingkat tinggi dan dahsyat.

Karena ular yang tadi tertidur sudah membuka gelungannya dan bersiap untuk menyerang juga,
"Rupanya kedua ular ini sepasang jantan dan betina." pikirku.

Sementara aku turun dari naga emasku dan mendekati seruni.
"Seruni.. bagaimana, kelihatannya ini akan menjadi pertarungan yang melelahkan, lihatlah ular yang baru bangun itu, dia terlihat tidak terlalu menyeramkan tapi kenapa terasa auranya begitu kuat."

"Benar kanda, dia adalah ratu dari ular-ular dan monster laut yang ada di sekitar kita, bisa jadi dialah yang paling kuat." jelas seruni.

"Baiklah kita serang bersama atau kita lawan satu-satu." kataku.
"Kanda... kau hadapi ratu ular itu dan aku akan menghadapi yang satunya lagi." baiklah timpalku.

Aku kembali menaiki khodam naga emasku dan mengarah kepada ratu ular, tinggi sekali pikirku saat kulihat kebawah terlihat bebatuan yang licin dan berlumut, hmmmm... seandainya aku jatuh habis sudah menghantam bebatuan itu.

Aku mulai melancarkan serangan dengan menggunakan gear kala cakraku, aku harus sedikit hati-hati karena sukma pasienku masih berada di gelungannya.

Lama pertarungan ini terjadi, ular itu meskipun besar tapi gerakannya cepat sekali, aku berusaha menjauh dan mengambil jarak dan turun dari tungganganku.

Kupersiapkan ajian cakra manggilingan ku, sesaat energi cakra manggilingan sudah mulai terkumpul di telapak tanganku, kutarik energi-energi alam yang ada di sekitarku, semua batu, karang dan sampah-sampah keras laut lainnya mendekat dan berkumpul di dekatku.

Kuhentakkan telapak tanganku ku kebawah dan ku arahkan kedepan dan wussss.... seluruh benda yang terkumpul itu laksana sebuah ombak tsunami bergerak dengan cepat dan tenaga yang besar menghantam ratu ular di depanku.

Benda-benda keras dan tajam menghantam ular itu, kulihat banyak yang menancap di tubuhnya, tapi iya belum juga tumbang, ku aktifkan sekali lagi dan lagi beberapa ombak beriringan menghantam ular itu dan akhirnya iyapun tumbang.

Aku langsung mengejar sukma pasienku dengan kecepatan kilat karena takut di timpa tubuh ratu ular itu, dan kubawa menjauh dari arena pertarungan.

Sementara kulihat seruni masi bertarung dengan ular yang satunya lagi. Ular itu semakin buas saat melihat pasangannya tumbang, akupun mendekat dan membantu seruni bertarung.

Sebenarnya gerakan ular ini tidak terlalu cepat di banding yang tadi. Kuarahkan gear kala cakraku saat kesempatan tiba dan benar saja kala cakraku berhasil menebas kepala ular itu dan tumbang.

Kami bersiap untuk kembali kedunia nyata, dan tiba-tiba terdengar suara teriakan dari belakang, "berhentiiii kaliaaaan" suara nyaring sekali pertanda kalau yang memanggil itu adalah seorang wanita.

Kami memutar badan dan benar saja ternyata sudah berdiri sesosok wanita cantik di hadapan kami, sungguh cantik bahkan kecantikannya bisa mengalahkan seruni.

Pakaiannya berwarna ungu dengan sebuah mahkota di kepalanya. "Kanda dia adalah dewi lanjar penguasa laut utara, kita tidak mungkin bertarung dengannya."
"Hmmm.... benarkah sehebat itu ilmunya." pikirku.
"Wahai.. anak manusia apa yang telah kalian lakukan ini sungguh sudah keterlaluan sekali dan tidak bisa di maafkan. Kalian sudah membinasakan para pengikutku, tidak bisakah kalian meminta dengan baik-baik. Wahai satria siapa gerangan gurumu, yang sudah mengajarkan cara salah ini kepadamu."

***

"Aku adalah ksatria laduni Dinar namaku, gelarku Raden Mas Kandang Paku Ning Alam."jawabku dengan lantang.
"Aku tidak mempunyai seorang guru." semua ini adalah tanggung jawabku sendiri."

"Kalau begitu kaulah yang akan kutahan disini sebagai budakku." dengan cepat kilat iya terbang kearah kami dan melancarkan serangan, aku sempat mundur dan menjauh tapi naas dia berhasil menangkap selendang seruni, dan menariknya terus melemparkan seruni kearah bebatuan yang besar, seketika tubuh seruni menghantam dinding bebatuan.

"Serunii...!" teriakan keluar dari mulutku, aku ingin mengejar tubuhnya yang kulihat tidak bergerak lagi. Tapi sial dewi lanjar sudah ada menghadangku, dan terus melancarkan serangannya bertubi-tubi, aku tidak mendapatkan kesempatan menyerang balik.

"Cepat sekali celetukku dalam hati," aku berusaha mundur dan mengaktifkan perisai kala cakraku, kuarahkan dan kubuat ukurannya lebih besar dari sebelumnya dan ku lemparkan kearah lawanku, sementara iya sibuk dengan gear kala cakraku aku kembali memanggil khodam nagaku.

Serangan ganda ku kerahkan, tapi semua sia-sia dengan mudah iya menepis semua seranganku, sampai suatu ketika sebuah sinar ungu berhasil mengenai nagaku, dan anehnya nagaku yang terkena serangan kenapa aku juga yang ikut terpental, aku baru menyadari selama ini jika khodam nagaku terkena serangan maka efeknya akan sampai padaku.

Jauh aku terpental membentur bebatuan, serasa badanku remuk dan-patah-patah, beruntung ini adalah tubuh astral pikirku.

"Bagaimana ini apa yang harus kulakukan, ajian terakhirku adalah cakra manggilingingan tapi tenaga untuk mengaktifkannya sangatlah besar dan butuh durasi untuk bisa terkumpul. Bisa saja nanti saat pengaktifan aku di serang lagi, hmmm... bagaimana ini."

Aku tidak mau berakhir disini, dengan segenap tenaga aku berusaha berdiri dan berniat menggunakan lagi ajian cakra manggilingan, mau bagaimana lagi nagaku sudah lenyap dan kembali ke kerisku, perisai kala cakraku pun sudah tidak aktif dan menghilang.

Aku berdiri dan mengangkat tanganku, sesaat sudah terasa aliran energi besar ditanganku, tapi sial... kecepatan dewi lanjar sungguh tidak terduka olehku, dia berhasil menggapai tanganku dan menerjang dadaku hingga aku kembali terpental.

Darah segar mengalir dari mulut dan hidungku, oooh... aku sudah terkena luka dalam akibat tendangan dewi lanjar.
"Saat kulihat dewi lanjar sudah memegang sebuah pedang di tangannya, dan melesat kearahku. Aku hanya terdiam dan memejamkan mata, ya tuhan datangkan bala bantuan untukku."

Dan tiba-tiba ku dengar suara benturan yang sangat keras lagi duuuuaaarrrr.... kupikir itu suara mengenaiku, agh... aku mati...

Tapi aku mendengar suara tetiakan seorang laki-laki. "Berhenti dewiiiiii... dia adalah bimbinganku atas nama dia, saya minta maaf dewi, tapi janganlah dewi berniat untuk menghabisinya."

"Ternyata kau dalang semua ini wahai panglima sepuh sriwijaya..." suara dewi lanjar dengan teriakan, mendengar nama itu aku kaget sekali, ternyata seperti ini sosok dan penampilan ghaib dari pembimbingku, wibawa dan aura seorang panglima benar-benar melekat pada dirinya, pakaiannya persis pakaian petinggi-petinggi kerajaan melayu tempo dulu.

Dengan memegang sebuah tongkat layaknya tongkat komando, berwarna hitam dan berkepala burung garuda, owh... gagah sekali dia.

Apakah panglima tau apa yang sudah di lakukan murid panglima, lihatlah di sekelilingmu panglima, bangkai-bangkai pengikutku bergelimpangan, siapa yang akan bertanggung jawab dengan pembantaian ini.

"Sekali lagi saya minta maaf dewi atas semua yang terjadi."
"Tidak..! dia harus menebus semua ini dengan dirinya, dia harus menjadi budak di kerajaanku."
"Jangan dewi, dia masih muda dan masih banyak misi yang harus di selesaikannya."

"Kalau begitu kau harus bertarung denganku panglima." gertak dewi lanjar.
"Dewi bukankah dulu kita sudah bertarung, bukankah sudah banyak korban berjatuhan dan pertarungan kita itu, sudah merusak tatanan alam ini. janganlah kesalahan yang sama kita ulangi dewi"

Mendengar kata-kata panglima sepuh, terbayanglah olehku betapa mereka dulu sudah pernah bertempur dan pertempuran itu sampai merusak keseimbangan alam, alangkah dahsyatnya pertempuran itu.

Dewi lanjar memang terkenal dengan dan arogan di dunia ghaib nusantara, bahkan kearogananya mengalahkan nyi blorong, dan dia adalah salah satu penguasa laut yaitu laut bagian utara, dia juga biasa meminta bayaran berupa tumbal apa bila ada anak manusia yang mau menggunakan jasa bantuannya, misalnya untuk persugihan kekayaan dan kesaktian.

Panglima kali inipun kau akan aku binasakan, karena sudah sering sekali pengikutmu membuat kekacauan di negeriku, dan campur tanganmu akan ku hentikan kali ini.

Dewi lanjar langsung melancarkan serangannya bertubi-tubi ke arah pembimbingku, tapi namanya juga dia seorang panglima, sekalipun dia tidak membalas serangan itu, dia hanya melompat kesana kemari menghindari serangan itu.

Karena kesal dewi lanjar mengeluarkan serangan jarak jauhnya, terlihat seonggok cahaya ungu bercampur kabut asap hitam berkumpul dihadapannya, dan gumpalan itu di lemparkan ke arah panglima, sesaat setengah perjalanan dari gumpalan asap itu bermunculan anak panah yang terbentuk dari ribuan ular-ular berbisa.

Pemandangang yang mengerikan sekali bagiku, ternyata pertempuranku belum ada apa-apanya di bandingkan dengan pertempuran mereka ini.

Panglima sepuh segera mengeluarkan ajian cakra manghilingan, kecepatan pengaktifannya sepuluh kali kecepatanku, sentak sebuah gulungan energi seperti ombak lautan saat tsunami menghantam seluruh anak panah dari ular-ular itu, semuanya bergulung di bawah ombak energi cakra manggilingan panglima sepuh.

"Cukup Dewi, jangan paksa saya untuk bertarung." teriak panglima sepuh.
Tampa menghiraukan perkataan itu dewi lanjar segera membentuk serangan lagi, kali ini cahaya warna merah yang hadir. Cahaya itu langsung melesat.

Tapi tiba-tiba dari arah kejauhan melesat sebuah cahaya berwarna hijau dan menghatam serangan dewi lanjar. Terlihat sebuah kereta kencana diiringi oleh para prajurit mendekat kearah kami.

"Siapa lagi dia." pikirku, setelah dekat dan berhenti turunlah seorang wanita lagi dari kereta tersebut, pakainya berwarna hijau dengan sebuah mahkota.

Kulihat panglima sepuh sriwijaya langsung melompat mendekatinya dan membungkukkan dirinya sebagai tanda hormat, salam kanjeng ibu ratu kidul... maaf sudah mengganggu ketenangan ibu ratu.

Mendengar hal itu aku langsung tau kalau dialah sang penguasa laut selatan atau sering di sebut ratu laut kidul, anggun dan cantik sekali, belum pernah kulihat wanita secantik dia di duniaku.

"Ada apa ini anakku, kenapa kau bertarung dengan laut utara." maaf ibu, ini karena salah faham... hanya itu yang kudengar dari percakapan mereka.

Sementara dewi lanjar masih berdiri di posisinya, kulihat seorang prajurit mendekat kearahku, dan mengangkat tubuhku menuju tempat ratu kidul, dan dewi lanjarpun melesat terbang kearah yang sama.

"Anak-anakku tiada guna kalian saling bertarung, pertarungan kalian hanya akan menyebabkan kerusakan keseimbangan alam terutama alam ghaib yang berada di bagian lautan."

"Entah apapun penyebab perselisihan kalian aku minta kalian menghentikannya sekarang juga." kata-kata yang keluar dari mulut ratu sangatlah bijaksana.

"Dewi... pulanglah ke istanamu biarlah urusan ini menjadi tanggung jawabku," katanya kepada dewi lanjar.
"Baik ratu, tapi saya minta kepada panglima sepuh dan para pengikut atau muridnya untuk tidak mengulangi hal ini lagi, dan jika ini terjadi maka saya akan datang lagi, bahkan mungkin saya akan membawa kekuatan yang lebih besar."
"Baiklah dewi." jawab kanjeng ibu ratu kidul.

Dewi lanjar langsung melesat pergi meninggalkan kami. "Anakku aku minta hindarilah pertarungan dengan dewi lanjar atau pun pengikutnya, karena mereka bukan dari golongan yang bisa di ajak kompromi. Mereka selalu menyelesaikan masalah dengan pertarungan dan selalu memakan korban." sedikit nasehat ratu kepada kami.

Kembalilah kalian dunia kalian, dan bawalah sukma yang kalian bebaskan itu, "baik ratu" jawab panglima sepuh,
"tapi sebelum kami pulang ada sedikit permintaan saya kepada ibu ratu."
"katakanlah anakku." Panglima menatap kearah ku, dia adalah satria laduni ratu, dia adalah penerusku untuk menjaga kesimbangan alam ini sebagai spiritual di dunia kami, karenanya sudilah kiranya kanjeng ibu memberikan sedikit bekal untuknya.

"Baiklah anakku, kemarilah." dengan di papah prajurit aku duduk dihadapan penguasa laut kidul.
"Bawa kemari pula temannya." dia pun memerintahkan prajurit untuk membawa seruni yang dari tadi terbiarkan olehku, kulihat parah sekali tubuhnya, darah segar masih keluar dari mulutnya akibat serangan dewi lanjar tadi. Diapun duduk di sampingku.

Sesaat ratu kidul meletakkan tangannya di atas kami, kurasakan sinar biru dengan rasa yang dingin dan sangat dingin, masuk kedalam kepalaku dan menjalar keseluruh tubuhku. Begitu pula dengan seruni tapi cahaya yang di masukkan seperti api merah menyala.

"Anakku, aku sudah memberikan inti ajian tingkat tinggi ke dalam diri kalian. Kau satria.. telah menerima ajian cakra tirta maya atau inti kehidupan, sedangkan temanmu sudah kuberi ajian segara geni, kedua ajian ini sama kuatnya dan sangat di takuti oleh bangsa halus seperti kami."

Pergunakannlah sebaik-baiknya dan jangan sekali-kali di pergunakan untuk menganiaya, jika itu terjadi aku sendiri yang akan datang membekukan ajian itu dari diri kalian.

Kalian berdua sudah menjadi muridku dan aku akan selalu mengawasi tindak tanduk kalian dalam menjalankan misi nanti. "baik kanjeng ratu," jawab kami berbarengan.

Serasa semua luka dan cidera yang kami alami menjadi sembuh seketika setelah menerima ajian itu. Dan sehat seperti sedia kala.

Singkat cerita kami pun bersiap untuk kembali ke dunia nyata.., kali ini panglima sepuh yang langsung membuka portal ghaib untuk kami lewati, dia hanya mengibaskan tangannya dan terbentuklah sebuah lorong waktu, pulanglah kalian lebih dulu bawalah sukma pasienmu, saya akan menyusul nanti karena masih ada urusan saya disini, "baik panglima," jawabku dan kamipun melompat kedalam lorong portal.

Sesaat kubuka mataku, uupzz... baru rencana mau bergerak, ternyata dadaku nyeri sekali, kulihat khodam kelelawarku masih berdiri dan menyelubungi rumah tempat kami berada.

"Terimakasih sahabat, kau sudah menjaga jasadku dengan baik, sekarang kembalilah ke sarangmu." seketika kelelawar itu lenyap dan berganti cahaya kuning dan masuk kedalam dadaku.

Aku pun berdiri dan menghidupkan lampu kamar, ku rapikan tempatku dan memasukkan cupu seruni kedalam tasku,
"Terasa nyeri sekali dadaku, ku buka kancing bajuku dan kulihat.. ternyata dadaku ada bekas lebam merah owh... ini, bekas tendangan dewi lanjar tadi." pikirku.

Akupun keluar kamar, dan menuju ke ruangan tempat keluarga rahmat berkumpul.
"Gimana bang ?" tanya bapak rahmat.
"Syukurlah pak semua baik-baik saja, sukmanya sudah pulang ke tubuh rahmat, mudah-mudahan besok dia sudah normal lagi."
"Syukurlah bang, terima kasih banyak."
"Sama-sama, saya pamit dulu pak, aku berdiri sambil menyalami mereka, nanti kalau ada apa-apa cepat telpon saya." pesanku.
"Iya bang pasti kami hubungi."

Akupun pulang.. alhamdulillah misi kali ini selsesai dengan baik, banyak sekali pelajaran kali ini, dan yang paling berkesan bagiku adalah malam ini aku bertemu dengan dua penguasa laut sekaligus, yaitu laut utara dan laut selatan, dan aku juga bertemu dengan ghaibnya pembimbingku alias panglima sepuh sriwijaya.

[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close