Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PULANG (Part 1)

Lanjutan kisah perjalanan hidup seorang manusia dengan iblis yang bersemayam dalam dirinya.


JEJAKMISTERI - "Kamu mau kemana Yud?" Tanya Jaka yang pagi itu sudah mampir ke kontrakanku.

"Mau pulang kampung, udah lama nggak ke sana." Sahutku tanpa menoleh sambil terus beres-beres.

"Pulang ke Karang Sewu? Hmm.. Aku tau, pasti disuruh kawin sama Arum kan? Pacarmu di sana? Hahaha..." Sahutnya sambil merebahkan diri di kasur.

Aku cuma sunggingkan senyum tipis mendengar ejekannya. Langsung terbayang wajah Arum, gadis yang memang sempat membuat hatiku mekar sebelum akhirnya aku bertemu Mayang Kemuning.

"Nggak. Aku mau pulang ke Wono Tirto, tempat orang tuaku." Jawabku singkat.

"Eh, serius? mau apa ke sana?" Sahut Jaka sambil memainkan hp nya.

"Ya kangen aja. Kan memang sudah lama aku nggak pulang? Lagi pula disana kan masih ada bibi Rukmini." aku menjawab sambil membuka pintu lemari.

"Oo gitu.." Jaka menyahut singkat sambil manggut-manggut.

Sejenak aku melirik ke arah Jaka, memastikan kalau dia percaya dengan ucapanku, karena sebenarnya bukan itu alasan utama aku pulang.

Aku tak mau memberitahukannya tentang mimpiku yang selalu berulang beberapa malam terakhir.

Mimpi tentang Ibu yang berdiri sambil menggapai-gapai ke arahku seakan meminta pertolongan.

Mimpi yang akhirnya membuatku memutuskan untuk kembali ke tanah kelahiranku, tempat di mana tersimpan semua kenangan indah sekaligus pilu.

"Yud, aku ikut ya?" Mendadak Jaka melontarkan permintaan yang membuatku kaget campur bingung.

"Mau ngapain? Katanya kamu mau jalan-jalan ke Jogja sama teman-teman yang lain?" Tanyaku heran.

"Ah, kayanya gagal Yud. Lah wong sudah dekat waktunya, tapi mendadak Arifin ada urusan lain, ya buyarlah rencana liburan tahun ini." Jawab Jaka dengan nada kecewa.

Aku tak langsung menanggapi. Sejenak menimbang-nimbang permintaan kawanku ini. Tapi belum apa-apa, dia sudah bangun dari kasur.

"Tunggu ya! aku siap-siap dulu, pinjem motormu, biar aku cepat sampai rumah. Nanti kalau sudah siap, aku langsung ke sini." ucapnya langsung mengambil kunci motor dari atas meja lalu bergegas keluar.

"Eh! Aku kan belum bilang boleh? Kok mau siap-siap aja?" ucapku sewot.

"Alah, bodo amat! Pokoknya aku ikut!" Teriaknya di luar sana lalu disambung deru suara mesin motor yang menyala dan langsung terdengar pergi menjauh.

Aku cuma bisa geleng-geleng kepala. Tapi tak apa. Mungkin ada baiknya Jaka ikut. Dia bisa jadi teman yang menyenangkan sepanjang masa kunjunganku di kampung nanti.

***

Satu jam kemudian, Jaka datang dengan membawa tas di punggungnya. Wajahnya nampak sumringah karena merasa liburannya tak jadi suram.

Setelah semuanya siap, akhirnya kami segera berangkat berboncengan motor sebelum hari menjelang siang.

"Di kampungmu ada siapa aja Yud?" Teriak Jaka yang duduk membonceng di belakangku sambil mengunyah permen karet.

"Ada bibi Rukmini, adik Bapakku satu-satunya. Dia tinggal di rumah peninggalan kakekku yang dulu pernah jadi tempat tinggal keluargaku juga." Jawabku setengah teriak di antara deru angin.

"Di sana ada cewek cakep nggak Yud? Siapa tau jodoh!" Sahut Jaka membanyol.

"Ada! tapi masih ABG! soalnya waktu aku pergi merantau, mereka semua masih bocah-bocah ingusan! mau nggak?" Jawabku tak kalah ngawur.

"Sialan! Emangnya aku Om-om senang apa?" Sahut Jaka sewot.

Setelah seharian melakukan perjalanan dan sempat beberapa kali beristirahat, akhirnya kami tiba di depan sebuah Gapura putih yang nampaknya belum lama dicat ulang.

Sesaat kumatikan mesin motor lalu diam terpaku memandangi Gapura yang merupakan gerbang masuk menuju desaku itu.

"Ini kita sudah sampai?" Tanya Jaka yang sejak tadi terkantuk-kantuk di belakangku.

"Iya. Kita tinggal masuk ikuti jalan ini." Balasku sambil menunjuk jalan di balik Gapura.

Tapi baru saja aku kembali menyalakan mesin motor, sayup-sayup terdengar suara gadis berteriak-teriak...

"Heh! jangan kurang ajar ya! Bilang sama juraganmu, aku nggak mau! Jangan main paksa!"

Aku terkejut. Suara itu terdengar amat familiar. Aku segera melayangkan pandangan ke sekeliling mencari sumber suara.

Di sana, beberapa belas meter dari tempatku, terhalang pepohonan yang rimbun, terlihat lima orang pria sedang mengelilingi seorang gadis.

Gadis itu nampak marah ketika salah seorang pria coba menarik-narik tangannya dengan kasar.

Melihat hal itu, darahku langsung mendidih. Aku paling tak suka melihat wanita dikasari.

"Tunggu di sini Jak!" ucapku langsung turun dari motor dan bergegas menghampiri kerumunan pria yang sedang mengelilingi gadis itu.

"Heh! Lepaskan dia! Banci kalian! Beraninya main paksa perempuan!" Teriakku keras walaupun jarak kami masih jauh karena aku sudah terlalu geram melihat tingkah mereka yang kurang ajar.

Mereka terkejut dan serentak menoleh. Aku pun jadi ikut terkejut begitu melihat wajah gadis itu...

Dadaku bergemuruh. Darahku berdesir ketika gadis itu memanggil namaku..

"Yudha?"

Sejenak aku terdiam. Lalu tanpa sadar, bibirku berucap lirih, menyebut sebuah nama...

Ambar...

[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya
close