Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PULANG (Part 4)


JEJAKMISTERI - Aku terbangun lalu kaget ketika mendapati tubuhku terbaring terikat di atas sebuah batu besar.

Tak jauh dari posisiku, kulihat Jaka yang masih tergeletak pingsan dengan tubuh dan tangan yang juga terikat.

Dengan pandangan yang masih buram, ku coba perhatikan area sekitar. Rupanya kami telah berada di tempat lain. Suasana nampak gelap dengan barisan pohon jati yang berjajar di sekeliling kami.

Tak lama kemudian, datang Pak Sumitro beserta anak buahnya membawa nampan-nampan berisikan sesaji dan meletakkannya di dekatku dan juga Jaka yang masih pingsan.

Pak Sumitro langsung duduk bersila di hadapan nampan-nampan sesaji itu, lalu membakar kemenyan dalam tungku.

Diakhiri dengan menyembelih ayam hitam, yang darahnya diteteskan ke sekujur tubuhku dan juga Jaka.

Lalu dengan congkaknya dia berkata lantang..
"Kalian akan ku persembahkan kepada junjunganku, Kolo Abang! Dia pasti senang dengan dua tumbal yang aku berikan sekaligus, dan pastinya aku akan dapat imbalan harta yang berlipat-lipat! Hahahaha...." ucap Pak Sumitro sambil tertawa.

Aku tercekat... Lagi-lagi aku terjebak dalam ritual pesugihan, dimana orang dengan teganya mengorbankan nyawa manusia demi gelimang harta duniawi. Suatu perbuatan yang amat kubenci.

Aku langsung berusaha melepaskan ikatan yang menjerat tubuhku. Tapi akibat kepalaku yang masih pusing, membuatku tak mampu berkonsentrasi penuh. Lalu tiba-tiba...

Grhh... Grhh... 

Mendadak dari balik pepohonan, muncul sosok besar bertangan enam, dengan kulit merah kehitaman, dan wajah yang menyeramkan, berdiri persis di dekat tubuh Jaka yang masih pingsan!

Makhluk itu lalu menjilati tubuh Jaka yang berlumuran darah ayam hitam hingga membuat Jaka sontak terbangun dan langsung menjerit ketakutan!

AAAAAAAAH !

Jaka kembali terkulai pingsan akibat syok melihat makhluk menyeramkan yang tiba-tiba saja sudah ada di hadapannya itu!

Dengan salah satu tangannya, makhluk itu meraih kaki Jaka lalu mengangkatnya tinggi-tinggi hingga tubuh Jaka terangkat terbalik dengan kaki di atas dan kepala di bawah!

Dalam situasi genting, aku yang masih belum mampu melepaskan ikatan, langsung berteriak memanggil dengan keras..

"Ki Loreng! Aku butuh bantuanmu!"

Tiba-tiba dari balik pepohonan, muncul seekor harimau besar dengan mata merah menyala, melompat langsung menerjang ke arah Kolo Abang hingga tubuh Jaka lepas dari genggaman tangan raksasa itu!

Pak Sumitro dan seluruh anak buahnya langsung terkejut hingga tersurut mundur!

Sejenak mereka hanya terpaku melihat pemandangan aneh yang terjadi di hadapan mereka, dua makhluk gaib sedang bertarung!

Setelah berusaha keras, akhirnya aku mampu melepaskan ikatan kuat yang menjerat tubuhku.

"Ki Loreng, bawa Jaka pergi dari sini!" Teriakku lantang yang langsung membuat semua orang terkejut melihatku yang sudah berdiri gagah di atas batu besar!

Ki Loreng langsung menggondol menggigit kerah baju Jaka, dan segera membawa Jaka pergi menghilang di balik pepohonan.

Melihat mangsanya lenyap, Kolo Abang langsung beralih kepadaku. Tanpa menunggu lama, dengan pukulan pemusnah yang telah siap di tangan, aku langsung maju menerjang raksasa itu!

Akibat ukuran kami yang tak sebanding, aku mulai kewalahan menghadapi serangan tangannya yang berjumlah banyak hingga membuatku kesulitan untuk berkelit.

Sampai pada sebuah situasi, salah satu tangannya yang besar mampu menghantam tubuhku hingga terpental jatuh terjerembab ke tanah!

Aku langsung meringis kesakitan sambil memegangi dadaku yang sesak. Kekuatan makhluk itu sungguh luar biasa. Bila tadi tak dibantu dengan perisai pelindung raga, mungkin aku sudah meregang nyawa.

"Hahahaha.. mampus kamu! Setelah kamu, seluruh keluargamu juga nanti akan aku korbankan!" Hahahaha.." Teriak Pak Sumitro dengan nada mengejek diiringi gelak tawa seluruh anak buahnya.

Mendengar hal itu, darahku langsung mendidih. Dua titik hitam di bawah pusarku mendadak terasa panas... Aku yang biasanya langsung coba meredam, kini malah membiarkan hawa panas itu menjalar ke seluruh tubuh. Hingga akhirnya...

ROOOOAAAAAR !!

Diriku menjelma menjadi sosok siluman ular bersisik emas, dengan mata merah menyala dan lidah panjang mendesis dengan ujungnya yang terbelah dua!

Pak Sumitro dan semua anak buahnya melongo kaget! Tapi tidak dengan Kolo Abang...

Raksasa bertangan enam itu langsung memburu ke arahku. Seluruh tangannya yang besar bergerak serempak yang segera kusambut dengan hantaman keras menyongsong serangannya..

DHUAAAARR !

Dentuman suara ledakan keras terjadi ketika dua kekuatan besar beradu! Tanah berguncang hebat! Debu beterbangan menutupi pandangan..

Dan ketika semuanya kembali normal, Pak Sumitro dan seluruh anak buahnya terkejut melihat diriku yang berdiri gagah di tengah-tengah arena sedangkan Kolo Abang tergeletak tak berdaya!

Wajah mereka makin ketakutan ketika dengan sadis kucabuti satu persatu tangan Kolo Abang diakhiri dengan hantaman keras ke tubuh besarnya hingga makhluk itu hancur musnah menjadi debu...

Pak Sumitro beserta seluruh anak buahnya langsung lari terbirit-birit tercerai-berai. Tapi aku takkan membiarkan mereka lolos...

Lidahku mendesis keras! Lalu dalam hitungan detik, bermunculan ular-ular dalam berbagai jenis dan ukuran berkumpul mengelilingi diriku!

"Kejar dan musnahkan seluruh manusia laknat itu! jangan sampai ada yang lolos!" Perintahku dengan suara lantang yang langsung disambut suara mendesis dari para ular!

Dalam sekejap, mereka semua langsung merayap pergi dengan cepat!

Tak butuh waktu lama, dari kejauhan terdengar teriakan silih berganti dari segala penjuru, menandakan bahwa ular-ular itu telah menemukan mangsanya!

Hingga sesaat kemudian, suasana menjadi hening...

Aku segera mengubah wujudku kembali menjadi manusia, dan cepat pergi meninggalkan tempat itu.

Sepanjang langkahku meninggalkan tempat itu, terlihat beberapa mayat anak buah Pak Sumitro yang bergelimpangan dengan tubuh menghitam keracunan.

Hingga akhirnya di dekat sebuah semak-semak, kutemukan tubuh gemuk Pak Sumitro yang tergeletak meregang nyawa dengan kulit kehitaman dan mata yang mendelik!

Tak jauh dari situ, aku melihat Jaka yang terbaring pingsan di samping Ki Loreng yang dengan setia menjaganya sambil sesekali mengibaskan ekornya.

"Terima kasih Ki Loreng. Sekarang engkau boleh pergi." Perintahku pada siluman harimau itu.

Dia pun langsung pergi setelah sebelumnya menyempatkan diri menunduk memberi hormat ke arahku.

"Jak.. Jaka.. Bangun Jak.." Ku tepuk-tepuk pipi Jaka coba membangunkannya.

"Hah! Setan! Pergi! Jangan mendekat!" Teriak Jaka langsung bangun lalu ngesot mundur sambil menunjuk-nunjuk ketakutan.

"Heh! Jadi ke rumah Ambar nggak?" Tanyaku kepadanya yang langsung membuat sikapnya berubah drastis. Dasar !

"Ke rumah Ambar? Ayo! Kapan? Sekarang?" Tanya Jaka yang tiba-tiba saja langsung berdiri sambil menepuk-nepuk kedua telapak tangannya membersihkan debu seolah tak terjadi apa-apa.

Tapi dia langsung kaget begitu melihat sekujur tubuhnya yang basah oleh tetesan darah ayam hitam tadi.

"Ini apaan Yud? Baunya amis begini?" Tanyanya keheranan.

"Tadi kamu kejebur got!" Jawabku sekenanya lalu melangkah pergi meninggalkannya yang masih menciumi bau di tubuhnya.

"Eh tunggu dulu! urusan Pak Sumitro gimana? Lalu tadi seperti ada raksasa merah yang mau memangsaku?" Tanya Jaka bingung.

"Halah! Ngigau kamu! Ayo kita pulang, urusannya sudah beres!" Aku menjawab sambil berlalu meninggalkannya.

"Beres gimana?" Tanya Jaka lagi sambil berlari menyusul.

Aku tak menghiraukannya. Aku terus melangkah diiringi lontaran pertanyaan Jaka yang bertubi-tubi hingga membuatku kewalahan menjawabnya.

Sesampainya di rumah, bibi Rukmini terkejut melihat tampang kami yang tak karuan.

Aku dan Jaka yang sudah sepakat merahasiakan kunjungan kami ke tempat Pak Sumitro, terpaksa berbohong dengan mengatakan bahwa kami tadi terjatuh di selokan.

[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close