SERAT JIWO (Part 2 END)
JEJAKMISTERI - Deno mulai membuka pintu kedainya, pintu yang terbuat dari kayu jati dengan ukiran gambar buto dan ketukan pintu berupa kuningan.
Cukup artistik sedikit mistik juga deno memilih konsep kedainya.
Kamipun masuk dan ceklek!! (Cahaya lampu dihidupkan) aku dapat melihat cahaya lampu menyala tapi ada sesuatu "hal" yang tiba-tiba lari menuju belakang (dapur)
Aku dipersilahkan duduk sembari deno membuat kopi dan kudapan kecil untuk aku cicipi seperti janji deno mengajakku kesini.
Tak lama deno pun selesai menyiapkan semuanya, kopi gayo dan racikannya sendiri serta kudapan singkong pisang keju.
Aku mencicipi satu persatu, enak bahkan ini enak banget.
Den rame mesti kene (den ramai pasti disini) deno hanya tertunduk diam.
Kowe ki ngopo, wong enak ngene mosok sepi (kamu itu kenapa, orang enak begini masak sepi) kata spontan yang ku ucapkan dan hanya candaan.
Deno merespon dengan nada tinggi "Nyatane yo sepi!!!" (Nyatanya juga sepi!!!) Kemudian deno menggedor-gedorkan kepalanya di atas meja.
Drakk!!! Drakk!! (Suara kepala deno dihantamkan meja)
Sepintas aku lihat ada yang mengintip dari luar kedai, tersenyum sinis "Ehhh as* astagfirullah kae opo!?" (ehh anj*** astagfirullah itu apa!?)
*Maaf aku kalau kaget memang bahasanya umpatan dan sebutin asma allah begini*
Deno hanya diam dan masih menggedorkan kepala di meja, aku semakin was-was.
Hehh den ngagaso! (Hehhh den tolong perhatikan!) Masih sama saja deno masih melakukan hal sama.
Hehhh!!! Su! Sadaro gagasen aku!!! (Heh nj***! Sadarlah perhatikan aku!!!)
Deno pun berhenti menggedorkan meja, wes to paling awake dewe di gruduk dikancani (sudahlah paling kita ini di samperin ramai-ramai di temani itu)
Di gruduk? Dikancani opo!? (Disamperin? Di temani apa!?)
Deno pun berdiri menarikku dan mengajakku keluar kedai.
Kae hloo! Kuwi! Kuwi kuwi! (Itu hlo! Itu! Itu itu!) Sambil menunjuk ke banyak arah.
Opo to jane den aku ora ngerti maksudmu (apa sih den, aku tidak ngerti maksudmu)
Awake dewe di kepung demit sak alas!!! (Kita ini sedang dikepung setan satu hutan!!!)
Akupun lemes, mendengar kata deno. Merinding dari ujung kaki sampai ujung rambut. Aku tak percaya apa yang dikatakan deno.
Ada banyak wujud yang mengepung kami di kedai deno.
Den iki piye? Aku rapenak iki awakku abot (den ini gimana? Aku ngga enak ini badanku berat)
Wes to iki iseh sepi, mengko tambah rame meneh (udah ini masih sepi, nanti lebih rame lagi)
MATAMU! AKU PENGEN BALIK SAIKI! ( matamu! Aku pengen balik sekarang!) Ucapku was-was.
Tiba-tiba tyarrrr!!!! Duarr!!! Brukk!!! Ada banyak barang berjatuhan di belakang dan rak gelas jatuh seperti di dorong seseorang tapi tidak ada wujud yang mendorongnya.
Kowe jane ono salah opo? Nganti dirubung demit sak alas! Cerito saiki! (kamu sebenernya punya salah apa ? Sampe di keroyok setan se hutan! Cerita sekarang!)
Deno diam cukup lama, keadaan mulai kritis, barang-barang di kedai mulai berjatuhan sendiri.
Deno pun bicara lantang.
KU KI PEK** GOB*** AKU RABETAH! AKU PENGEN MATI WAE! (aku itu bodoh aku ngga betah! aku ingin mati saja!)
Aku tanpa ijin deno, menarik deno untuk keluar menuju mobil, aku tak sadar mata batinku terbuka tanpa aku paksa.
Banyak kain putih berterbangan kesana kemari, bayangan hitam di semak-semak dan pepohonan, ada banyak juga makhluk lain.
Edan iki edan! Wes aku sing nyopir ayo lungo soko kene sik! (gila ini gila! Udah aku yang nyetir ayo pergi dari sini dulu!)
Aku seret deno menuju mobil, aku hanya menutup kedai tanpa menguncinya sudah was-was takut campur-campur rasanya.
Banyak wujud yang ingin mendekat, seperti mau menghalangi kami pergi dari kedai itu.
Brumm!!! (Suara kapal perang deno) aku gass poll nekat, yang penting keluar dari tempat ini, aku nekat nyetir mobil deno ngga peduli aku belum paham betul nyetir mobil karena baru belajar.
Den kowe nduwe salah opo karo demit sakmono akehe? (den kamu punya salah apa sampai di keroyok setan segitu banyak?) Tanyaku berulang-ulang pada deno.
Deno hanya menutup muka dan menangis.
Aku biarkan deno aku fokus ke jalan, biarkan deno menenangkan diri dulu.
Kurang lebih aku keluar dari hutan "C" sudah masuk kota dan sedikit ramai.
Aku pun berhenti di warung bakmi jowo di disitu, untuk mengintrogasi deno.
Aku pun menuntun deno menuju warung itu.
Monggo mas, niku rencange nopo kok lemes ngoten? (silahkan mas, itu kenapa temannya kok lemes begitu?) Tanya bapak pemilik warung.
Mboten nopo-nopo pak, niki rencang kulo nembe gerah masuk angin (tidak apa-apa pak, ini teman saya lagi sakit masuk angin) jawabku meyakinkan.
Bapak itu hanya tersenyum dan bergegas menyajikan pesanan kami.
Makanan dan minuman pun tersaji, aku biarkan deno makan dan memberi ruang agar aku bisa lebih leluasa mengintrogasi deno saat dia mulai tenang.
Selesai aku dan deno menyantap bakmi jowo dan teh anget aku kembali menanyakan pertanyaan yang membuat deno menangis.
Bro, yangku loro neng rumah sakit, mbuh ngopo, aku yo ora tenang diganggu terus koyo ngenen aku ora betah (bro, pacarku sakit di rumah sakit tidak tau kenapa, aku tidak tenang diganggu terus kaya gini, aku ngga betah) ucap deno sambil menangis.
Ngene den, aku mung pengen ngerti penyababe opo, soale ora ono kobongan nek ora ono geni (gini den, aku cuma pengen tau sebabnya apa, soalnya tidak ada kebakaran kalo tidak ada api)
Deno pun berbisik pelan Iki mesti mergo aku kent** neng alas cerak gunung *nama disamarkan* (ini pasti karena aku ngen*** di hutan deket gunung)
BAJI***!!!! Reflek aku berkata kasar mendengar kesalahan fatal deno.
Terdengar juga pas deno berbisik bapak penjaga warung mengamati.
Ada sedikit tatapan bapak warung bakmi jowo itu.
Kami pun menuju tempat bapak itu untuk membayar, selesai memberikan kembalian bapak itu memberikan wejangan dan saran.
Mas, ngapunten sakderenge, kulo ngertos masalah masalah sampeyan, ten daerah mriki wonten pondok pesantren, mbok menawi kyai mriku saget bantu masalah sampeyan (mas sebelumnya mohon maaf, saya tau masalahmu, di daerah sini ada ponpes, siapa tau kyai disitu bisa bantu masalahmu)
Sambil memberikan wejangan dikit, bapak itu memberikan kertas berupa alamat ponpes itu sambil membenarkan pecinya.
Matursuwun sanget nggih pak (terimakasih banyak ya pak) kami bersyukur.
Kami pun menuju ponpes itu meninggalkan warung bakmi jowo itu.
Lama kami menyusuri jalanan sepi, kemudian mobil sudah tidak bisa masuk karena jalan sudah tidak muat oleh mobil.
Kami mencari, ada warung kecil (mirip angkringan) aku pun bertanya.
Kulonuwun, badhe tanglet ponpes "A" niku pundi? (Permisi, mau tanya ponspes "A" itu dimana?)
Owh ponpes itu (ternyata pake bahasa indo huhu masnya balesnya)
Itu mas, kamu lewat belakang desa ini, nanti ada sawah jalan kaki 15 menit, soalnya tengah-tengah sawah dan mobil ndak bisa masuk.
Owh nggih mas terimakasih.
Kami pun melanjutkan menuju ke ponpes "A" sesuai navigasi manual mas penjaga angkringan tadi.
Sampailah pada ujung desa, benar adanya ini jalan buntu yang kita lewati tadi.
Kami pun parkir mobil di salah satu kebun kosong dan berjalan menuju ponpes "A"
Jalannya benar-benar seperti mau ke sawah.
Yang bikin merinding ketika flash hp kadang menyorot orang-orangan sawah, sumpah bikin ngilu mana gelap banget.
Lama kami berjalan ada sedikit cahaya obor, lahh ini kenapa ngga pake lampu tapi pake obor.
Bangunananya gede banget bahkan dalamnya ngga keliatan ketutup pagar beton menjulang tinggi dengan gerbang depan ada 2 obor besar.
Assalamualaikum kulo nuwun (aku mencoba menyapa orang di dalam ponpes)
2x kami berteriak tidak ada sama sekali jawaban, kemudian kami berteriak lagi untuk ke 3x nya.
Gerbang yang bisa dibilang besar banget terbuka sendiri.
Di kejauhan tanpak wujud besar berbadan kekar mendekati kami, pria dengan perawakan besar (mirip agung herkules)
"Wa alaikumussalam warahmatullah, ada keperluan apa malam-malam kesini?" Ucap pria itu.
"Begini mas, kami kesini ada maksud untuk bertanya dan bertemu kyai disini"
"Owh nggih, saya paham, monggo"
Kami pun diantar menghadap kyai di ponpes ini.
Kami berjalan disetiap lorong terdengar suara orang mengaji cukup ramai, hati adem sekali.
Langkah kami terhenti pada ruangan di paling pojok.
"Gus ini ada yang mau bertemu pak kyai"
"Suruh wudhu dulu" terdengar suara laki-laki dari dalam ruangan itu.
Cukup dibilang pondok ini sunyi, tenang dan adem karena berlokasi di tengah-tengah sawah jauh dari pemukiman penduduk.
Kami pun mengambil air wudhu, dan diarahkan menuju ruangan, bilik gelap hanya bersinarkan lilin kecil.
"Monggo mas duduk disitu nunggu gus sama kyai dawuh (datang) kesini"
"Nggih mas, matursuwun"
Pria besar tersebut meninggalkan kami di bilik tersebut, ngiekkk!!! Ceklek!!! (Suara pintu tertutup seperti dikunci)
Ada sedikit bayangan mendekat.
"Dik mreneo rodo nyedak rene ben kethok" (dik, kesini sedikit mendekat sini biar keliatan) suara pria tua tapi masih sebatas bayangan.
Kami pun mendekat, terlihat dengan jelas pria tua berjenggot putih, dan ini kyai tersebut.
"Ngapunten kyai saya...."
"Sssstttssss..... meneng sedelo dik" (sssstttsss... diam sebentar dik) belum habis bicara, omonganku sudah dipotong oleh kyai tersebut.
"Masalahmu abot dik, sampeyan wis ngelanggar 2 perkoro, lan iku doso gedhe sing abot, tapi kanjeng gusti Allah subhanahu wata'ala maha pangapuro, kulo insyaallah saget bantu, ning wonten syarate" (masalahmu berat dik, kamu sudah melanggar 2 perkara, dan itu dosa besar berat, tapi allah subhanahu wata'ala maha pengampun, saya insyaallah bisa bantu, tapi ada syaratnya)
Deno disuruh sholat tobat dan wirid berzikir, mohon ampunan atas semua dosa-nya, agar dimudahkan dan diberi keselamatan.
Kyai tersebut kemudian membawa sebotol air, deno disuruh minum air itu alhasil deno muntah-muntah, muntahannya bukan muntahan seperti orang biasa, tapi memuntahkan darah dengan bau busuk, belatung dan segumpal rambut.
"Dik sampeyan wis di incer karo demit alas "C" karo alas gunung" (dek kamu sudah di jadikan target sama setan hutan "C" dan setan hutan gunung)
"Sampean ngerti nasibe dukun sing mbok jaluki tulung?" (Kamu tahu nasibnya dukun yang kamu minta tolong?)
Kata kyai itu membuatku shock dan tercengang, deno teryata juga menyekutukan allah, tidak habis pikir aku sama deno.
Kyai itu pun melanjutkan pembicaraannya.
Deno hanya menggeleng.
"Modyar!!!" (Matiiii!!!)
Beliau bercerita bahwa deno merasa terganggu karena di ikuti oleh setan dari gunung tempat dia berzina.
"Dik ngene" (dik begini)
Sampeyan pernah krungu "serat jiwo?" Menowo sampeyan dikandani dukune sanpeyan iku.
Dukun sampeyan iku wenehno serat jiwo nggo sampeyan, njogo sampeyan soko demit gunung njaluk tulung karo demit alas "C", nanging salah! Demite malah mbalik ngamuk dukune.
Karepe dukun sampeyan arep ngadu demit alas, tapi luput! ora mudeng demit kono karo demit gunung ki ndue paseduluran, akhire mati! Dukune sampeyan di kroyok demit 2 alas.
Pokoe kulo insyaallah bantu, mugo gusti allah ngijabahi.
Artinya
Kamu pernah dengar "serat jiwo?" Siapa tau kamu di beri tahu dukunmu.
Dukun kamu memberikan serat jiwo untuk kamu, menjaga kamu dari setan gunung dengan minta bantuan setan hutan "C" tapi salah! Setannya malah balik mengamuk dukunnya.
Inginnya dukunmu mau mengadu setan hutan, tapi meleset! Tidak tau kalau setan alas "C" dan setan gunung berkerabat, akhirnya mati! Dukunmu di kroyok setan 2 hutan.
Pokoknya saya insyaallah bantu, semoga allah mengijinkan.
Kami pun di suruh nginep disini, besok pak kyai minta di ajak ke kedai dan ketempat pacarnya deno dirawat.
Beliau menganjurkan untuk minta maaf kepada demit gunung dan demit alas "C"
Setelah pembersihan, disuruh mengadakan pengajian di kedai dan dirumah sebulan sekali-
guna membuat mahluk halus yang jahat tidak mengganggu Kini deno lebih religius, dan pacarnya telah sembuh.
Banyak pelajaran yang deno dan pacarnya terima, kini mereka bisa bernafas lega dan berencana menikah.
Alhamdulillah..
~SEKIAN~
Banyak pelajaran yang bisa kita petik. Semoga bermanfaat Salam dari deno dan pacarnya.