Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

TERJEBAK (Part 2)


JEJAKMISTERI - Arifin ketakutan. Sepertinya dia tak menyangka kalau bakal jadi begini. Namun aku yang memang sudah punya firasat buruk sejak tadi, segera bersiap-siap.

"Fin, kamu balik ke tempat tadi. Cepat telpon bang Fathur minta dijemput. Tunggu di sana sampai aku datang."

“Eh, jangan gila kamu Yud! Mending kita sama-sama pergi. Bisa celaka kamu nanti!”

"Percaya sama aku. Kamu tunggu saja di sana, biar semua ini aku yang hadapi. Mudah-mudahan aku bisa menemukan Siti dan membawanya pulang. Cepat sana!"

Arifin sejenak ragu. Dia sebenarnya berat meninggalkanku. Namun dia juga sadar, situasinya kini jauh di luar kemampuannya.

"Ya sudah. Tapi kamu hati-hati ya? Aku pasti tunggu kamu. Kalau lama tak kembali, aku datang bawa Polisi!" Begitu ucap Arifin lalu cepat menyingkir kembali ke tempat dimana kami pertama kali tiba.

"Heh tikus! Kamu nggak ikut kabur sama temanmu itu? Mau mati kamu?" Hardik salah satu dari enam lelaki yang kini berdiri mengepungku.

Aku tersenyum sinis. Langsung pasang kuda-kuda sambil memberikan gestur tangan memanggil menantang mereka untuk segera maju.

Dua orang terpancing emosi! Langsung maju melancarkan pukulan tepat ke arah wajah dan perutku. Namun aku cepat mengelak, sambil bergerak balas memukul.

BUGH! BUGH!

Kedua orang itu tersungkur mencium tanah. Yang lainnya tanpa menunggu segera maju serentak mengeroyokku!

BRAK! PLAK!

Hanya dalam beberapa gerakan saja, keempat orang itu ikut terkapar menyusul temannya. Aku tak mau buang-buang waktu, segera masuk kedalam ruko meninggalkan mereka yang berteriak-teriak memanggil teman-temannya yang lain.

***

Diriku masuk melalui lorong hingga akhirnya sampai di tengah-tengah ruangan remang dengan begitu banyak meja dan kursi.

Sepertinya ini tempat hiburan. Namun dari suasana dan tampilannya, aku yakin ini bukan tempat baik-baik.

Namun belum sempat apa-apa, mendadak berdatangan belasan lelaki bertampang sangar dengan masing-masing membawa senjata tajam dan tongkat pemukul di tangannya! Gila!

Salah-salah bisa mati aku di sini!

Aku segera bersiap pasang kuda-kuda. Jujur saja, belum pernah aku melawan musuh sebanyak ini!

Kalau selama ini aku sering berhadapan dengan banyaknya demit dan makhluk halus, kini aku ada di tengah kepungan belasan lelaki sangar yang siap melumatku sampai habis! Benar-benar uji nyali!

Sempat terpikir niatku memanggil ular-ular untuk datang ke sini. Tapi menimbang lokasinya yang ada di tengah kota, aku sangsi kalau ada ular di sekitar sini. Kalau pun ada, mungkin jumlahnya sangat sedikit.

Atau aku panggil Ki Loreng saja? Tapi setauku harimau jadi-jadian itu tak bakal muncul di tempat yang ada barang haramnya. Dan kulihat di sana banyak sekali botol-botol minuman keras yang berjajar dan bertumpuk.

Jadi kini aku benar-benar harus menghadapinya seorang diri. Tapi tak masalah. Seberapa pun banyaknya musuh, aku tak gentar!

SIKAT!

Teriakan keras bagai komando yang langsung menggerakkan mereka untuk maju! Sebentar saja, aku jadi sibuk! Menangkis, memukul, menendang, dan menerjang setiap musuh yang datang dari segala arah!

Aku sedikit diuntungkan dengan kemampuan bertarung mereka yang ternyata nol besar.

Mereka menyerang serampangan, cuma mengandalkan tenaga. Membuatku akhirnya mampu meladeni mereka walaupun jumlah kami jauh dari kata seimbang.

Sengaja ku kerahkan tenaga ilmu pemusnah dalam tinjuku agar tak buang-buang waktu. Yang merasakannya pun langsung terkapar pingsan!

Hingga tak lama kemudian, sebagian dari mereka jatuh bertumbangan. Sedangkan sisanya kini diam tak bergerak dengan wajah yang jadi ragu. Rupanya mereka jadi ngeri juga...

Kumanfaatkan situasi itu untuk sejenak mengatur napas. Jujur saja, pertarungan barusan sangat menguras tenaga!

***

Para lelaki itu cuma berdiri saling pandang. Saling tunggu satu sama lain apakah masih mau maju. Namun tiba-tiba..

"Hebat... Hebat... Gila..."

Muncul seorang lelaki berambut panjang yang dikuncir ke belakang. Tubuhnya atletis, kulitnya sawo matang dengan tato naga yang menghiasi lengannya. Dia langsung berdiri di hadapanku sambil bertepuk tangan.

"Hebat! Kamu hebat! Bisa menghadapi semua anak buahku sendirian. Luar biasa!"

Aku cuma bisa menatapnya dengan posisi tetap siaga. Tapi bisa kurasakan aura kekuatan yang besar dari sosoknya yang terus memandangiku sambil tersenyum sinis.

"Siapa kamu? Mau apa kamu ke sini?" Tanya lelaki berkuncir itu.

"Aku Yudha. Mau cari adikku Siti. Aku yakin dia ada di sini. Aku cuma mau bawa dia pulang." Jawabku sambil terus menatap sekelilingku jaga-jaga bila ada yang bergerak maju.

"Hmm begitu? Kamu benar. Dia memang ada di sini. Tapi dia sedang kami sekap di lantai bawah karena menolak untuk bekerja menemani tamu yang datang."

Aku terkejut! Segala pikiran negatif tentang tempat ini kini benar-benar terbukti. Apalagi mendengar kalau ternyata selama ini Siti disekap karena menolak melakukan pekerjaan haram. Biadab!

"Bangsat! Cepat lepaskan dia! Atau kalian akan menerima akibatnya!" Teriakku lantang menggema ke seluruh ruangan.

"Boleh. Tapi langkahi dulu mayatku! Kamu boleh bangga bisa menang melawan anak buahku yang ternyata tak berguna itu. Tapi jangan puas dulu, kamu belum berhadapan denganku. Aku tau kamu bukan orang sembarangan. Sepertinya kamu punya ilmu simpanan. Ayo maju!"

Sehabis berkata, lelaki itu langsung menyerangku! Aku bisa merasakan tenaga yang besar dari angin pukulannya. Sepertinya lelaki ini tak bisa dianggap remeh.

Dalam beberapa jurus, kemampuan kami masih seimbang. Para anak buah hanya bisa memperhatikan sambil tetap mengelilingi hingga membentuk sebuah arena pertarungan.

Namun tak lama, aku mulai kelelahan. Bagaimana tidak? Tenagaku telah habis terkuras saat menghadapi serbuan brutal anak buahnya tadi.

Tapi saat terbayang betapa Siti selama ini telah dibuatnya menderita, hawa amarah seolah mendatangkan kekuatan ekstra.

Segera ku kerahkan tenaga pukulan yang paling kuat. Dan lelaki itu langsung terpental mundur saat sebuah tinjuku menghantam keras dadanya!

Dia menggembor marah! Rahangnya mengeras! Lalu dengan kesal langsung membuka kemejanya memperlihatkan tubuhnya yang dipenuhi begitu banyak tato. Lantas dia komat-kamit sambil melakukan gerakan-gerakan yang aneh.

Tiba-tiba dia mengambil sebilah golok yang tergeletak di lantai. Lalu tanpa basa-basi, dia sengaja mengiris-iris dada dan lehernya sendiri! Ajaib, kulit tubuhnya tak sedikit pun terluka!

"Nih, sekarang kamu pilih mau pukul yang mana? Silahkan!"

Semua yang menyaksikan langsung melongo. Tapi tidak denganku. Rupanya lelaki ini punya ilmu kebal. Pantas saja lagaknya selangit! Dia pikir itu hebat? Receh!

Justru aku malah senang. Sebab setauku ilmu kebal itu biasanya berasal dari bantuan makhluk gaib. Dan segala yang berbau gaib adalah makanan empuk dari ilmu pukulan pemusnah! Cocok!

"Ayo! Kenapa diam? Coba pukul! Aku mau tau sampai mana kemampuanmu!" Teriak lelaki itu menantang dengan angkuhnya.

Tanpa menunggu lama, segera kupenuhi permintaannya. Langsung kuhantamkan tinjuku sekuat tenaga menghujam dadanya!

BUGH!

Lelaki itu terpental jauh lalu muntah darah dan langsung terkapar! Semua yang menyaksikan langsung terperangah. Namun tidak denganku. Sudah kuduga hasilnya akan seperti itu. Lelaki itu termakan kesombongannya sendiri.

***

Sejenak suasana jadi hening. Kugunakan kesempatan ini untuk menggertak menjatuhkan mental mereka.

"Ayo! Siapa lagi yang mau coba? Silahkan maju!"

Tak ada yang berani. Mereka cuma diam tak bergerak saling pandang satu sama lain. Namun tiba-tiba..

DOR!

Sebuah bunyi letusan membuatku tersentak. Aku langsung menoleh. Astaga!

Seorang lelaki gemuk bermata sipit datang dengan membawa sepucuk pistol yang ditodongkan ke arah kepala Siti yang ada di sampingnya!

"Jangan macam-macam! Atau kupecahkan kepala adikmu ini!" Ancamnya tak main-main.

Aku tak berani bergerak. Nyawa Siti dalam bahaya. Kutatap tajam lelaki itu yang terus berjalan sambil menodongkan pistolnya.

"Ringkus dia!" Perintah lelaki itu yang langsung dipatuhi oleh beberapa orang yang cepat bergerak meringkusku yang kini tak berani melawan.

Diriku dibuat berlutut di hadapan lelaki itu. Dengan liciknya dia telah menjadikan Siti sebagai sandera hingga membuatku tak berkutik. Lalu tiba-tiba dia menodongkan pistolnya tepat di depan keningku...

"Kalau sudah begini, kamu bisa apa? Segala ilmu yang kamu punya tak bisa melawan panasnya timah yang akan menembus kepalamu!"

[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close