Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

JAKA INDI & DUNIA ASTRAL (Part 45) - Pondok Seriti Kuning


Pondok Seriti Kuning merupakan satu-satunya bangunan yang menyediakan makanan, minuman dan tempat peristirahatan ditengah hutan Jagad buwono.

Siapapun yang melewati hutan jagad buwono tentu akan menyempatkan diri singgah di pondok tersebut.

Di Pondok tersebut selain menyediakan makanan dan minuman, juga menyediakan penginapan bagi mereka yang ingin beristirahat atau melepas lelah.

Pemilik Pondok Seriti Kuning, bernama Dewi Chandranaya, yang dahulunya pernah menjadi abdi dalem kraton kerajaan Suralaya, yang setelah mengundurkan diri dari abdi dalem kraton kerajaan Suralaya, kemudian membuka usaha penginapan dan rumah makan ditengah hutan Jagad Buwono.

Sebenarnya membuka usaha ditengah hutan Jagad Buwono awalnya bukanlah tujuan utama dari Dewi Chandranaya, ia hanya ingin beristirahat dan tirakat ditempat yang sunyi dari keramaian. 

Namun dikarenakan tempat Dewi Chandranaya merupakan satu-satunya pondok ditengah hutan, membuat banyak musafir dan pelancong yang meminta makan dan menginap.

Hingga akhirnya Dewi Chandranaya memutuskan memperluas Pondok tempatnya tinggal dan menjadikannya sebagai usaha kedai minum dan tempat peristirahatan.

Dalam menjalankan usahanya Dewi Chandranaya dibantu empat peri yang dibawanya dari penduduk dusun diluar tepi hutan jagad buwono.

Kemampuan memasak dan mengolah makanan yang dikuasai Dewi Candranaya tergolong sangat baik, Selama beberapa puluh tahun menjadi abdi dalem dan kepala juru masak kraton Suralaya, membuatnya mahir mengolah berbagai jenis masakan. Salah satu masakan yang sangat digemari di kedai ini adalah, daging masak kecap, sayur bumbu kecap, dan semua masakan yang menggunakan bahan dasar kecap.

Konon kuali yang dipakai untuk masak daging kecap merupakan kuali turun temurun yang sudah berusia lima ratus tahun lebih, yang tak pernah berhenti, digunakan untuk memasak makanan bumbu kecap. Seumpama singkong dan ubi atau bahkan sepotong rebung bambu sekalipun, bila sampai kecelup dalam kuali tersebut, maka dijamin akan terasa sangat enak dan dapat dinikmati kelezatannya.

Kuali ini dibawa oleh Dewi Chandranaya dari dapur istana Suralaya. Sebagai hadiah kenang-kenangan dari kepala dapur istana.

Daging kecap yang mereka jual pun mempunyai ciri khusus, asal masuk mulut maka orang dapat membedakan keistimewaan rasanya.

Namun mengingat kedai makannya yang berada ditengah hutan, tidak terlalu banyak tamu yang singgah, hanya saja akhir-akhir ini tidak seperti biasanya, kedainya banyak dikunjungi pengunjung. Sudah dua minggu ini seolah pengunjung tidak pernah surut.

Sebenarnya, menurut kebiasaan umum, tempat berkumpulnya makhluk astral dari berbagai golongan di suatu tempat yang tidak ada penguasanya, sukar terhindar dari yang namanya percekcokan dan perkelahian. Hanya kedai Seriti Kuning ini saja yang harus dikecualikan.

Para pengunjung rumah minum ini, baik dari golongan putih maupun dari golongan hitam, baik dari kalangan bangsawan atau rakyat jelata, semuanya dapat berkumpul dengan damai dan bisa menjaga sopan-santun.

Padahal para pengunjung sesungguhnya juga terdiri dari aneka ragam golongan dan dari bangsa yang berbeda, mereka datang dari berbagai penjuru, ada yang umumnya mampir karena melintas hutan jagad buwono, ada pula yang dari dusun tepi hutan yang cuma sengaja berkunjung untuk istirahat melepas lelah di situ, bahkan ada yang khusus berkumpul di rumah minum ini untuk membicarakan suatu urusan, serta ada pula yang cuma bertemu untuk mengobrol saja. Selain itu masih banyak pula pengunjung dari berbagai kalangan, seperti pengawal kerajaan, satria, tukang kayu, tukang obat, ahli pedang, pedagang keliling dan macam-macam lagi.

Terkadang, bilamana lagi iseng, Dewi Chandranaya sendiri juga suka duduk di tengah para pengunjungnya dan ikut mengobrol, terutama bercerita mengenai peristiwa menarik di dunia kerajaan astral umumnya.

Dasar Dewi Chandranaya memang seorang peri yang cantik dan memang berbakat mendongeng, setiap kali dia duduk bersama para tetamunya, tentu dia dikerumuni oleh para tamu, seperti kawanan anak kecil yang ribut minta dia bercerita atau berkisah.

Pada kamis pahing, saat sore menjelang. Karena iseng kembali Dewi Chandranaya muncul dan berbaur dengan para tamu di kedai miliknya. la duduk di suatu tempat yang luang, pelayan bernama Rengganis yang masih muda cepat membawakan sebuah mangkuk minum dan menuangkan semangkuk penuh air teh.

Melihat cara Rengganis menuang air teh yang cekatan, cepat lagi tepat tanpa tercecer setetes pun, seringkali pengunjung suka bersorak memujinya dan banyak pula yang percaya pelayan muda itu pandai ilmu bela diri.

Setelah Rengganis menuangkan air teh bagi Chandranaya, segera ada beberapa pengunjung mengerumuni. Seorang pemuda bertanduk kambing di antaranya lantas menyapa,
"Nyonya..! Kisah apa yang akan engkau
ceritakan kali ini?"

"Tidak ada, hari ini aku cuma ingin menikmati minum teh saja," Jawab Dewi Chandranaya dengan tersenyum sambil menggeleng kepala.

Seorang tamu dari kalangan peri pria yang merupakan pengunjung rutin kedai minum ini, segera menukas
"Harap berceritalah seadanya, sedikitnya bertahun-tahun Nyonya Chandranaya tinggal di istana Suralaya, dan banyak bergaul dengan para pembesar negeri dan para satria, terlebih nyonya juga banyak berpetualang ke berbagai negeri astral, sebelum akhirnya membuka kedai disini. Sebagai peri pria yang juga pernah tinggal disekitar kerajaan Suralaya, ia cukup mengenal Dewi Chandranaya tersebut.

Bagaimanapun juga apa yang nyonya dengar pastinya jauh lebih banyak daripada orang lain, aku yakin pasti masih banyak kisah yang belum diceritakan."

"Belum ada lagi, sudah tidak ada !" Ujar Chandranaya sambil menggeleng.

"Hahaha.., setiap kali nyonya selalu berkata demikian, akhirnya setiap kali pula engkau tetap berkisah lagi sesuatu kejadian yang menarik," Seru Peri pria itu dengan tertawa.

"Kalian tidak tahu, kisah-kisah itu sebagian besar hanya karangan berupa omong kosong belaka," Ujar Dewi Chandranaya dengan tersenyum.

Orang pertama tadi menukas, "Karangan Nyonya juga cukup menarik, apapun mohon nyonya sudi berkisah lagi."

Chandranaya mengusap rambut panjangnya yang hitam berkilau, sejenak kemudian ia berdehem pelan lalu berkata,
"Kisahnya, sesungguhnya memang sudah tidak ada. Biarlah sekarang kita bicara hal-hal yang terjadi akhir-akhir ini."

"Memangnya apa yang terjadi akhir-akhir ini!?" Tanya seorang pemuda yang wajahnya menyerupai gorila, yang ikut menyimak pembicaraan tersebut.

"Aku sendiri tidak begitu jelas, tapi cerita yang paling misterius dan menarik diantaranya adalah wafatnya Pangeran Corwin, putra tunggal dari kerajaan Bessara, Karajaan terbesar dan tertua di wilayah utara."

Tampak beberapa tamu yang hadir mulai memperhatikan Dewi Chandranaya berkisah, bahkan diantaranya ada yang memperlihatkan ekspresi terkejut.

"Bagaimanakah kematiannya dan siapakah yang berani membunuhnya??" Tanya seorang tamu yang berbadan tinggi besar dan berwajah pucat.

"Aku kurang tahu persis bagaimana kematiannya, namun berdasar desas desus yang beredar pangeran Corwin mengalami kematian disebabkan oleh wanita dari kalangan manusia."

"Cerita menarik berikutnya, adalah prihal telah dipersuntingnya putri tercantik dari kerajaan Suralaya oleh seorang pemuda dari kalangan manusia."

"Apa..! Dewi Yuna sudah menikah...?" Ujar peri pria yang tadi meminta Dewi Chandranaya untuk bercerita.

Bagaimanapun juga Dewi Yuna merupakan wanita idaman para pria, mengetahui Dewi Yuna sudah menikah, tentu saja sangat mengejutkan peri pria tersebut.

"Huh....!" Manusia dimana tempat memang suka membuat kekacauan, ada wanita yang membunuh pangeran dari kerajaan astral, ada pula pria dari kalangan manusia yang menikahi putri tercantik kerajaan astral, apa sudah tidak ada lagi wanita dari kalangan sesama manusia yang bisa dinikahinya," Ucap peri pria itu dengan nada sinis dan cemburu.

Dewi Chandranaya hanya tersenyum, dan melanjutkan ceritanya. "Namun yang ingin
kuceritakan bukanlah kedua hal tersebut, melainkan prihal lainnya," Ucapnya kalem.

"Prihal apakah yang lebih menarik dari kematian pangeran Corwin dan kisah menikahnya Dewi Yuna, wahai nyonya Chandranaya??" Tanya seorang pengunjung dengan antusias.

BERSAMBUNG
close