Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

JAKA INDI & DUNIA ASTRAL (Part 44) - Buka Seluruhnya


"Cuma sayang, kau bukan lelaki," Kata Diandra.

"Untung bukan, kau pun bukan!" Ujar Anggraini.

"Tapi kalian juga bukan perempuan," Seru Anindya tiba-tiba.

"Bukan!?"Maksudnya...?" Anggraini menegas.

"Kalian hanyalah anak-anak. Kalian hanya bocah cilik yang beranjak dewasa. Jika kalian ingin menjadi perempuan sejati, kalian harus menunggu beberapa tahun lagi dan juga masih perlu belajar banyak," Kata Anindya sambil tertawa ringan.

"Anggraini dan Diandra hanya bisa tersenyum kecut."

Umumnya gadis yang mulai beranjak dewasa memang paling merasa sebal, bila dianggap masih bocah. Saat Anggraini melirik kearah Indrajit, terlihat Indrajit yang sedang menatap tubuh polos Anindya dengan sorot mata yang nanar dan penuh gairah nafsu.

"Hai paman....! "Matamu sungguh tidak jujur.... cepat kau tutup mata atau membalikkan badan!" Getak Anggraini kepada Indrajit dengan nada tinggi.

"Indrajit hanya tertawa bodoh, lalu berbalik dan memutar badan."

"Sungguh tontonan istimewa, dan mendebarkan hati." Pikir Indrajit dengan perasaan geli sendiri.
Sementara itu, Anindya terlihat mulai tertawa, ucapnya sambil memicingkan sebelah
mata.

"Bagaimana nona kecil, apa kalian sudah puas."

Wajah Anggraini berubah merah karena malu dan merasa bersalah, tanpa terasa ia mengangguk. "Kakak maafkan kami, yang telah salah menuduh kakak, silahkan kakak mengenakan pakaian kakak kembali," ujarnya sambil merangkapkan dua telapak tangan didepan d*"a dan membungkukkan badan sebagai ungkapan permohonan maaf.

Sedang Diandra hanya diam membisu tanpa berucap apapun. Anggraini kemudian berkata... "Hal ini sebenarnva dikarenakan orang tua kami. Yaitu orang tua saya dan Diandra telah menjadi korban pembunuhan suatu organisasi pembunuh rahasia, dan awalnya saya sempat mencurigai kakak sebagai anggota organisasi tersebut."

"Oh ya.., hanya karena curiga kamu menghadang ku dan memintaku menanggalkan pakaian !?"

"Silahkan kakak memakai pakaian kakak kembali."

Perlahan Anindya mengenakan kembali pakaiannya dan tersenyum, kemudian katanya,
"Hmmm.... ini sungguh tidak adil,"

"Tidak adil bagaimana kakak?"

"Kalian sudah bisa memastikan kalau aku bukan anggota pembunuh rahasia tersebut, tapi bagaimana aku tahu, kalau nona berdua juga bukan anggota pembunuh rahasia."

"Tentu saja kami bukan!" Ucap Diandra tiba-tiba.

"Hal itu masih harus dibuktikan." Sahut Anindya dengan teriring tawa, bahkan tertawanya terlihat sangat gembira. "Sekarang bolehlah aku minta kalian melakukan sesuatu?"

"Melakukan apa!?" Tanya Anggraini.

"Buka!!" Seru Anindya, dengan sinar matanya yang mencorong. "Keduanya sama buka... "Buka seluruhnya hingga telanjang bulat."

Anindya melirik Diandra sekejap. Wajah Diandra kelihatan pucat.

"Akan ku hitung sampai sepuluh, jika kalian belum juga buka, aku akan menuntut keadilan atas peristiwa ini, bukankah kalian tahu bahwa hukum di negeri ini adalah mata ganti mata dan jiwa dibayar jiwa,"

"Maksud kakak!?" Ucap Anggraini gugup.

"Maksudku buka semuanya!"

Anggraini melirik kearah Indrajit yang terlihat masih membalikkan badan, kemudian melihat ke Diandra, yang ternyata sedang menatap kearahnya menunggu reaksinya. Sebaliknya Anindya mulai menghitung, "Satu... dua ... tiga ...."
Terpaksa Anggraini mulai menanggalkan bajunya, diikuti oleh Diandra. Mereka tahu tentang hukum negeri Suralava ini, dan apa yang di ucapkan Anindya pasti juga dapat dilaksanakannya.

Dia menghitung dengan cepat, terpaksa mereka pun membuka baju dengan sama cepatnya. hingga tersisa pakaian dalam yang menutupi tubuhnya.

Anindya tertawa ngikik, "Hihihi..., kiranya kalian juga sudah biasa main buka-bukaan!" Sampai di sini ia pun menyambung hitungannya. "Empat... lima ...enam Belum sampai hitungan kesepuluh,
Anggraini dan Diandra sudah berdiri dalam keadaan telanjang bulat.

Terpampang tubuh Anggraini dan Diandra yang polos, tubuh gadis remaja dengan lekukan tubuh yang indah dan kulit putih bersih nan mulus, tanpa tatto dan juga tanpa setitik noda sekalipun,
"Wow...! "Ternyata molek juga tubuh kalian
berdua."

Sedang Indrajit yang berada ditempat itu
dengan berdiri membelakangi, tampak
tubuhnya berguncang pelan, karena sekalipun ia dalam keadaan tak melihat, namun
membavangkan ada wanita cantik bertelanjang bulat dibelakang tubuhnya, mau tidak mau
hatinya berdebar keras.
"Apakah kakak sekarang sudah yakin!?"
Tanya Anggraini memastikan.
"ya.... kalian boleh mengenakan pakaian
kalian kembali. Tak terduga mendadak Anindya
berjalan perlahan menghampiri Indrajit, dan
setelah berada didekat Indrajit, dari belakang
tubuh Indrajit jari dan telapak tangan Anindya
dengan lembut membelai pipi lndrajit, lalu
membisikkan perkataan,...
"Bukankah kang-mas sudah melihat
keindahan tubuhku, bila kang-mas ingin
mencicipi dan menikmatinya, kapanpun
kang-mas mau, saya bersedia melayani
kang-mas." Ucapnya sambil tertawa ngikik....
Kemudian Anindya berbalik menuju kearah kuda
unicorn-nya, lalu melompat keatas kuda dan
pergi berlalu, sambil sayup-sayup terdengar
ucapannya.
"Nona cilik, dan Kang-mas rambut
gondrong, sampai ketemu lagi di lain
kesempatan... qiqiqiqi...
Kedua tangan Indrajit mengepal kencang,
keringat dingin membasahi kening dan kedua
telapak tangannya. Masih tercium harum tubuh
Anindya dan masih terbayang tubuh polos
Anindya serta masih terngiang ajakan b******u
Anindya disisi telinganya, yang membuat tubuh
Indrajit bergetar dan keningnya,
berkeringat.
"Paman silahkan membalikkan badan, kami
telah berpakaian kenmbali.!" Ucap Anggraini.
"Baiik....! Ehmm...."Sejujurnya aku juga
berharap bisa melihat .... disaat kalian
menanggalkan pakaian," Tukas Indrajit dengan
tertawa sambil mengedipkan matanya
menggoda, setelah memutar tubuhnya
menghadap kearah Anggraini dan Diandra.
Anggraini menggigit bibir dan
memelototinya, sekejap mukanya yang putih
bersih menjadi rada merah jengah.
Sedang Diandra hanya menatap dingin dan
bersikap tak acuh.
"Paman lndrajit, kami berdua akan
melanjutkan perjalan ke barat, apakah paman
akan ikut bersama kami." Kata Anggraini sambil
manatap lndrajit.

"Maaf nona, masih ada yang ingin ku
ketahui perihal Kedai Arwah, jadi aku akan
kembali ke-Kedai Arwah, silahkan nona berdua
melanjutkan perjalanan. Sampaikan salamku
pada Jaka Indi bila nona menjumpainya."
"Oouh"!" Anggraini tercenung sejenak.
"Baiklah paman, kita berpisah disini, sahut
Anggraini sambil kemudian melangkah
menghampiri Diandra dan berjalan bersama
kearah burung merpati raksasa yang telah
datang kembali dan berada tak jauh dari
Diandra.
Sedang Indrajit memutar badannya kembali
melangkah lebar, kearah Kedai Arwah.

---==00o==--

Pondok Seriti Kuning, adalah sebuah kedai
terletak di tepi sungai kecil yang berada
ditengah hutan Jagad Buwono, sebuah kedai
dan juga sebuah tempat peristirahatan yang
tersembunyi tapi cukup dikenal para musafir
atau pelancong.

Dinamakan Pondok Seriti Kuning,
dikarenakan banyaknya burung seriti berparuh
kuning yang berseliweran dan melintas disekitar pondok dan kedai. Secara kebetulan pula
bangunan pondok yang terbuat dari kayu dan
bambu tersebut didominasi oleh warna
kuning.

Sebagaimana layaknya dalam kehidupan
alam manusia, dalam alam astral juga terdapat
tempat perniagaan, pemukiman penduduk,
pasar, bahkan juga kedai yang menjajakan
makanan dan kebutuhan penduduk
setempat.

Namun bila pada alam manusia terdapat
hukum dan aturan yang diterapkan oleh
penguasa setempat, di Alam astral hukum dan
aturan hanya berlaku pada wilayah-wilayah yang
terdapat penguasanya, yang ada kerajaannya
atau pemerintahannya.

Hutan jagad buwono termasuk wilayah yang
tidak bertuan. Tidak termasuk dalam wilayah
kerajaan astral manapun, oleh karenanya dalam
hutan jagad buwono berlaku hukum kebiasaan
yang ada pada penduduk astral setempat dan
juga berlaku hukum rimba.

Satu-satunya pemukiman yang ada di hutan
Jagad buwono, hanyalah sebuah perkampungan kecil yang dihuni oleh5 kepala keluarga dengan
5 buah bangunan pondok, dan disalah satu
pondok dari 5 pondok tersebut adalah Pondok
Seriti Kuning, uniknya pada kelima pondok yang
letaknya berdekatan itu, semuanya memiliki
warna yang berbeda-beda, bila pondok dan
kedai Seriti Kuning memiliki bangunan bercat
warna kuning, ke empat pondok sisanya
memiliki cat berwarna hitam, putih, hijau, dan
coklat. semua bangunan pondok umumnya
terbuat dari bahan kayu dan bambu.

BERSAMBUNG
close