Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

JAKA INDI & DUNIA ASTRAL (Part 43) - Tuan Muka Putih


Kembali ke Kedai Arwah.
Sekepergian Jaka Indi meninggalkan Kedai Arwah, Indrajit menatap Anggraini yang sorot matanya sesekali masih melihat kearah pintu gerbang masuk seperti menantikan kedatangan seseorang.

Siapa lagikah yang dinantikan nona remaja ini, renung Indrajit. "Kalau boleh tahu, nona Anggraini ke Kedai Arwah, ada maksud dan tujuan apakah?"

"Aku sedang menyelidiki dan mencari tahu sesuatu." Jawabnya singkat.

Jelang mendekati tengah malam, saat rembulan semakin meninggi. Pada saat itulah mendadak seorang gadis remaja dengan mengendarai seekor burung merpati putih yang sangat besar, melayang turun diluar gapura.

Setelah membisikkan sesuatu pada sang merpati, Merpati raksasa tersebut pergi terbang menghilang dalam kegelapan malam, lalu sang gadis berjalan masuk melalui gapura Kedai Arwah, menuju ruang Pendopo.

Potongan baju gadis ini ringkas dan singsat, berwarna serba putih, tampak mencolok di kegelapan malam, sedikit pun tidak ada tanda noda dan debu pada pakaiannya, pedang perak tersandang melintang di punggungnya.

Gadis remaja berpakaian serba putih ini usianya sebaya dengan Anggraini, kisaran usia 14-15 tahun, hanya saja pembawaannya terkesan angkuh dan tinggi hati.

Namun kecantikan gadis remaja ini tidak kalah dengan kecantikan Anggraini.

Gadis itu hanya berjalan seorang diri tanpa membawa mayat dan tanpa didampingi teman seperjalanan.

Gemerdep sinar mata Indrajit, katanya perlahan "Mungkinkah orang ini salah satu anggota perkumpulan pembunuh rahasia?" Gumamnya lirih.

"Bukan !" Tukas Anggraini cekak, seraya berdiri dan maju memapaki orang yang baru masuk itu, kedua orang bicara singkat dan perlahan, sejenak air muka Anggraini tampak rada berubah.

Segera Anggraini berjalan ke sisi gadis berbaju putih, lalu bersamaan berjalan ke meja asalnya dan mengambil tempat duduk untuk dirinya dan gadis baju putih yang posisinya saling berhadapan dengan Indrajit, sambil memberi penjelasan, 

"Paman, gadis ini sahabatku namanya Diandra, merupakan juara permainan ketangkasan pedang selama dua periode berturut turut di Danau Asmoro"

"Dan ...Diandra. Paman ini adalah Indrajit temannya Raden Jaka Indi," katanya sambil saling memperkenalkan antar mereka.

"Paman... menurut informasi yang kami terima, perkumpulan pembunuh rahasia, membatalkan pertemuannya di Kedai Arwah ini.!"

"Mengapa bisa demikian!!?" Ucap Indrajit dengan nada kecewa.

"Karena tokoh yang dicari kelompok organisasi tersebut, ternyata tidak jadi singgah kekedai ini."

"Siapakah tokoh yang nona maksutkan tersebut?" Tanya Indrajit dengan rasa ke-ingin tahuannya.

"la...dijuluki sebagai Tuan muka putih, Konon ia sangat kaya raya, beliau memiliki ribuan hektare tanah dan ladang, serta berbagai macam kegiatan usaha perniagaan, kekayaannya sukar dihitung, asal usulnya tidak diketahui, hampir di setiap kegiatan usaha perniagaan, diberbagai kerajaan astral selalu ada investasi modal miliknya.

Tidak sedikit yang mencarinya dan ingin menemuinya, serta mengajak berbisnis dengannya, namun jejak keberadaannya sukar dilacak. Konon pada setiap malam jum'at kliwon, ia akan muncul di KEDAI ARWAH, dan ia bersedia membayar harga yang sangat tinggi atas jasa pembunuhan yang dipesan di KEDAI ARWAH ini."

"Tuan muka putih !?" Seru Indrajit spontan.
"Mungkinkah yang dimaksud hantu muka putih... Pernah juga kudengar prihal hantu muka putih, selain hantu muka putih, adapula hantu muka rata, makhluk astral jenis ini cukup dikenal di dunia manusia, tapi kalau dibandingkan Genderuwo, Tuyul dan Kuntilanak, popularitasnya masih selisih jauh." Ucap Indrajit sambil tertawa...

"Paman Indrajit ngomong apa sih!?" Celetuk Anggraini sambil mendelik.

"Eh....! Maaf nona. Oh iya siapakah sebenarnya Tuan muka putih ini?"
"Yang jelas, Tuan muka putih ini tidak ada hubungannya dengan hantu atau demit segala."
"Karena Tuan muka putih ini berasal dari kalangan peri." Tukas Anggraini.

Kemudian Anggraini bicara berbisik pada Diandra. "Kukira di balik urusan ini ada hal-hal yang tidak kita ketahui. Yang kuperhatikan dan juga kucurigai adalah nona bertudung yang ada dimeja seberang kita," sambil matanya menatap kearah Anindya.

"Apakah ia juga dari anggota perkumpulan pembunuh rahasia Bunga Teratai?" Bisik Diandra pada Anggraini.

"Sangat mungkin," ujar Anggraini pelan.

Dalam pada itu Anindya terlihat mulai berdiri dan meninggalkan Kedai Arwah menuju keluar gapura. Dengan suara sangat perlahan Anggraini berkata, pada Indrajit dan Diandra.

"Mari kita ikuti nona tersebut..." Menurut cerita yang kudengar wanita yang sedang kita buntuti ini, bukan saja seorang wanita yang cantik dan menarik bagi kaum pria, tapi juga memiliki kemampuan ajaib.

"Kemampuan ajaib apa?" tanya Diandra.
"Cerita para peri di wisma Kaputren berbeda-beda dan sukar dijelaskan, cuma pada garis besarnya kepandaiannya itu adalah semacam ilmu ghaib,"

Anggraini kemudian tersenyum.

"Dan manfaat paling besar pada ilmu ghaibnya ini adalah untuk membunuh lelaki tanpa sedikitpun luka dan anehnya korbannya selalu terbunuh dengan ekspresi wajah tersenyum."

"Terbunuh dengan wajah tersenyum?" Bekernyit kening Indrajit oleh keterangan aneh ini.

"lya, konon orang yang menguasai kemampuan ghaib ini sangat langka. Saat itu Anggraini, Indrajit dan Diandra telah mulai membuntuti Anindya, yang telah melangkah memasuki kawasan hutan yang lebat dengan menuntun kuda unicornnya.

"Mari kita hadang perempuan itu saat ia telah berada diluar gapura Kedai Arwah." Ucapnya kepada Indrajit dan Diandra.

Anindya berjalan perlahan, sambil tetap menuntun kuda unicornnya menjauhi Kedai Arwah.

"Kakak tolong berhenti... Kakak... berhentilah... sebentar..." Seru Anggraini yang tiba-tiba melompat ke depan, mencegat jalan dihadapan Anindya.

Anindya tampak melenggak, mengetahui dirinya diikuti dan dihadang Anggraini.

"Atas dasar apa kamu menghalangi jalanku" Ucap Anindya getas!

"Apakah bayaranku kurang!?" ujar Anindya sambil menatap tas berisi emas yang dibawa Anggraini.

"Ouh tidak... maaf.., Ini bukan hal itu... Aku hanya ingin menanyakan beberapa hal."

"Kalau aku tidak berkenan menjawabnya, lantas kalian bisa apa??"

"Kami bisa membunuhmu, jengek Diandra. ikut menyela pembicaraan," Seraya meloloskan pedang peraknya dan maju berdiri disamping Anggraini.

Sementara itu Anggraini juga telah bersiap dengan busur dan anak panahnya. Anindya mulai mengamati keadaan, melihat situasi yang ada saat ini dirinya bahkan tidak yakin bila terjadi perkelahian ia akan bisa menang, terlebih selain Anggraini, masih ada nona baju putih (Diandra), dan juga ada seorang pria berambut gondrong (indrajit). yang berdiri dengan bersedakep tangan, sambil menatap kearahnya.

Ehmmm.... Tentu tidak mudah bagiku untuk keluar dari situasi ini. Mengalahkan mereka bertiga rasanya lebih tidak mungkin lagi.

"Apakah yang sebenarnya kalian inginkan dariku, sampai kalian menghadang jalanku?" Tanya Anindya dengan nada lebih melunak.

"Kami hanya ingin memastikan, bahwa kakak bukanlah bagian dari organisasi pembunuh rahasia, yang mana orangtua dan keluarga kami berdua pernah menjadi korban organisasi pembunuh rahasia tersebut." Jelas Anggraini.

"Untuk memastikan bahwa kakak bukanlah orang yang kami sangkakan. Silahkan sekarang kakak membuka semua pakaian kakak."

Nyata Anggraini sedang diliputi rasa curiga dan dipenuhi perasaan dendam, atas kematian orang tuanya. Seorang perempuan yang sedang sakit hati dan mendendam biasanya tidak mempedulikan dalih apapun.

"Hmmm.... Sekalipun demikian.. Aku tidak pernah menanggalkan semua pakaianku ditempat terbuka seperti ini. Haruskah saat ini aku membuka semuanya !?" Tanyanya dengan keraguan.

"Ya...!! Buka semuanya...! Tidak boleh ada pakaian yang menutupi seinci tubuhmu sekalipun, Karena orang yang kucari bisa saja memiliki tanda pengenal yang tersembunyi pada bagian tubuhnya yang paling vital."

Terpaksa Anindya mulai membuka bajunya satu per satu, termasuk seluruh pakaian, "Hah, cepat benar caramu membuka pakaian!" Ujar Diandra dengan tertawa.
"Sebab dia sudah biasa" tukas Angaraini.

Diandra sengaja nenghela nafas, "Aku cuma heran mengapa dia tidak pernah masuk angin."

Meski gemas setengah mati di dalam hati, terpaksa Anindya pura-pura tidak mendengar.

Pada waktu memakai baju, Anindya adalah perempuan yang cantik, sesudah telanjang bulat, dia bertambah cantik.

Kedua kakinya panjang lurus, pahanya jenjang dan padat, kulitnya putih halus, dadanya bernas, ranum tegak menjulang. Tubuhnya gilik berisi. Aura tubuhnya penuh mengandung daya pikat yang jalang dan jahat. Tidak perlu disangsikan lagi, dia adalah perempuan yang dapat menghanyutkan sukma kaum lelaki, terhadap hal ini biasanya dia juga cukup yakin akan kemampuan sendiri.

Namun saat mengamati tubuh polos Anindya Anggraini tidak menemukan tatto bunga teratai ditubuh Anindya, Sesungguhnya tatto bunga teratai ada disisi dalam pangkal paha Anindya tapi di karenakan Anindya merapatkan kedua kakinya, maka tatto tersebut tidak terlihat oleh Anggraini dan Diandra.

Berikutnya karenakan Anindya merapatkan kedua kakinya, maka tatto tersebut tidak terlihat oleh Anggraini dan Diandra.

Setelah beberapa saat menatapi tubuh Anindya.., Anggraini sebagai gadis yang masih remaja sampai menghela napas panjang, "Wah, betapa indah garis tubuhnya, apabila aku lelaki, pasti aku sudah jatuh kelengar."

BERSAMBUNG
close