Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

JAKA INDI & DUNIA ASTRAL (Part 51) - Pergi Ke Markas Perkumpulan Bunga Teratai


"Dalam organisasi Perkumpulan Bunga Teratai, bagi anggota yang terbukti berkhianat, maka hukumannya adalah hukuman mati."

Jaka Indi kaget dan tercenung mendengar penjelasan Tiara, andai Tiara tidak berada dalam kuasa hipnotisnya mungkin ia tidak akan tahu informasi ini.

"Lanjutkanlah ceritamu tentang Perkumpulan Bunga Teratai yang tidak diketahui umum." Ujar Jaka Indi dengan sedikit antusias.

"Prihal pembunuhan pangeran Corwin sesungguhnya sesuatu yang memang sudah direncanakan oleh pihak kerajaan Bessara, bekerjasama dengan Perkumpulan Bunga Teratai, Adik Raja Vova Valdemar, yaitu Pangeran Gustav Valdemar dari kerajaan Bessara memang berniat merebut kekuasaan kakaknya Raja Vova yang sudah mulai sakit-sakitan, tapi khawatir Pangeran Corwin akan menjadi batu sandungan, serta masih banyaknya pengikut setia dari Raja Vova, maka diam-diam Pangeran Gutav Valdemar mengatur suatu rencana dan mengirim utusan untuk meminta bantuan pada Perkumpulan Bunga Teratai, guna membunuh pangeran Corwin. Dan Anindyalah yang ditugaskan Dewi Jannetra untuk membunuh Pangeran Corwin.

Hmmm.... pantas Anindya cepat dibebaskan pihak Kerajaan Suralaya, rupanya itu permintaan dari Dewi Janettra pada Bunda Ratu, pikir Jaka lndi!

"Lantas dari mana kau mengetahui soal ini?"
"Selain aku adalah petinggi di Organisasi Perkumpulan Pembunuh Rahasia Bunga Teratai, aku juga mendapat informasi dari Pangeran Gustav Valdemar sendiri yang merupakan langganan setiaku. Umumnya pria saat sedang gembira atau merasa galau ia ingin ditemani wanita penghibur yang bisa memuaskan hatinya.... Hikhikhik..." Ucapnya lirih sambil cekikikan.

Ehm.... Mungkin kereta berbendera kerajaan Bessara yang kulihat menuju arah kerajaan Suralaya, waktu aku bersama Yuna saat sedang menuju padepokan Eyang Ageng Wicaksono, bertujuan membicarakan kerjasama lanjutan dengan kerajaan Suralaya, terkait telah beralihnya kekuasaan di kerajaan Bessara, atau bertujuan ke Perkumpulan Bunga Teratai, renung Jaka Indi.

"Siapakah orang yang mengurungmu?" Tanya Jaka Indi, mengalihkan topik pembicaraan, Jaka Indi memang merasa tidak terlalu tertarik terlibat masalah perpolitikan, sehingga sengaja mengalihkan pertanyaan.

"Seorang pria dari kalangan manusia, yang bernama Panji. Sebenarnya saat melewati hutan ini, dalam rangka perjalananku menuju istana permata. Aku melihat ada cahaya pelita, yang menarik perhatianku. ternyata cahaya pelita itu berasal dari gua kecil ini, dan didalamnya ada seorang manusia yang sedang bermeditasi, aku mencoba menggodanya dengan kecantikanku, Karena sekalipun aku telah tidur dengan banyak pria, belum pernah satu kalipun aku tidur dengan pria dari jenis manusia. Tapi ia sama sekali tidak tergoda, dengan kecantikanku, malah aku yang pada akhirnya dikurungnya."

"Apa dia sempat bercerita tujuannya kemana?"

Sebelum aku dikalahkan dan dikurung, kami sempat berbincang. "Aku menanyakan, mengapa ia tinggal sendiri ditengah hutan Jagad Buwono ini, dia mengatakan kalau ia sedang menunggu keluarnya naga hitam. Guna mendapatkan empedu sang naga untuk mengobati seseorang. Aku katakan kepadanya kalau naga penghuni Jagad Buwono sudah tidak ada, aku katakan bahwa naga tersebut telah lama ditaklukkan dan ditangkap oleh seseorang yang bernama Dewi Janettra.

Bahkan kutunjukkan pula letak markas Perkumpulan Bunga Teratai, berikut denahnya. Melihat pemuda itu adalah seorang yang tangguh dalam ilmu beladiri, sengaja kubenturkan dengan Dewi Janettra, sekalipun kutahu pemuda itu hanya akan menghantarkan kematian, tapi andaikata ia kebetulan bisa mengalahkan atau setidaknya melukai Dewi Janettra, hal itu tetap akan menguntungkan diriku.

Namun bukannya berterima kasih, atas petunjuk yang kuberikan, tak kuduga ia malah mengurungku dan mengatakan akan segera kembali untuk membebaskanku, setelah urusannya selesai."

Katanya w****a sepertiku kalau dibiarkan bebas akan membahayakan banyak pria. "Sungguh tak kukira ia akan mengurungku, yang bilamana pemuda itu mengalami kematian dan tidak bisa kembali ke gua ini, maka sama saja aku juga tidak akan bisa bebas untuk selamanya. Padahal setahuku belum pernah ada, pendatang tak dikenal dan tak diundang yang bisa keluar dalam keadaan hidup dari Markas Perkumpulan Bunga Teratai. Itu sebabnya tadi aku menangis sedih meratapi nasibku."

"Dengan kendaraan apa pemuda itu pergi ke Markas Perkumpulan Bunga Teratai ?"

"Menggunakan kuda unicornku, yang kutambatkan dekat pohon beringin."

"Pantas aku tadi tidak dapat menyusulnya, rupanya Mas Panji mengendarai kuda unicorn." Gumam Jaka Indi.

Berikutnya Gochan sudah kembali membawa satu setel pakaian atasan semacam kaos T shirt warna kuning cerah dan celana bawahan, Berupa celana pendek model celana monyet, yang ada penutup d**a dan ada talinya guna dikaitkan pada bahu. Gochan menyerahkannya pada Jaka Indi, dan Jaka Indi menyerahkannya pada Tiara, namun Tiara tanpa rasa malu langsung melepas semua pakaiannya didepan Jaka Indi dan Gochan, Pakaian kimono katun yang menutupi tubuhnya perlahan-lahan jatuh kebawah.., memperlihatkan bahunya yang putih mulus, lalu d**a mungilnya yang mulai tumbuh dan sudah mulai nampak bernas, terus turun hingga menampakkan perut putihnya yang rata, pahanya dan kakinya. la tidak berusaha menarik pakaian itu. Atau memutar badannya kearah berlawanan saat melepas pakaiannya, la
memang tidak takut tubuh polosnya dilihat
orang.

Sebagai wanita penghibur papan atas, baginya, sudah biasa orang memandang tubuhnya. la malah akan merasa tidak nyaman jika orang tidak memandang tubuhnya. Meski Tiara saat ini sedang dalam tampilan Yuna saat usia sembilan tahun, namun garis dan lekuk tubuhnya sudah mulai membentuk dengan indah. Hingga membuat Gochan bengong menatap nanar terpesona, karena untuk pertama kalinya ia melihat tubuh polos nan
indah, putih mulus penuh daya pikat dari seorang gadis cilik, dan membuat Jaka Indi harus segera menarik Gochan untuk berputar badan membelakangi Tiara yang sedang menanggalkan busananya.

"Tiara lain kali jangan buka baju sembarangan didepan pria!!" Tegur Jaka Indi dengan perasaan kesal.

"Tidak apa-apa paman aku sudah sering dan biasa kok buka baju dihadapan pria. Apalagi saat ini aku kan masih anak-anak." Sahut Tiara dengan tertawa polos.

"Kalau kamu melakukan hal tersebut lagi, tidak perduli apapun alasannya, aku yang akan mengurungmu seperti sebelumnya." Ujar Jaka Indi Tegas.

"Baiklah paman." Ucap Tiara dengan setengah hati.

Ayo....! Kita berangkat !!"

"Berangkat kemana paman ??" Ucap Tiara dan Gochan nyaris bersamaan,

"Ke Markas Perkumpulan Bunga Teratai"
"Aku...! Aku juga ikut denganmu?" Tanya Dewi Tiara ragu.

Sekalipun masih berada dibawah pengaruh hipnotis, lamat-lamat ada perasaan takut di hati Dewi Tiara, untuk bertemu Dewi Janettra.

"Kau telah menjadi bagian dari kami. Tentu saja kita harus pergi bersama. Dan kau sangat kubutuhkan untuk menjadi petunjuk jalanku.

"Apa tidak sebaiknya kita menuju istana Permata saja, hampir semua perkumpulan dan kerajaan pada mengirim utusannya kesana, Pangeran Abhinaya dan beberapa pengawalnya juga menuju kesana, bahkan Kerajaan Suralaya juga mengirim utusannya yang dipimpin langsung oleh Dewi Yuna." Tutur Tiara berusaha mengalihkan rencana Jaka Indi.

"Sekarang belum perlu!!" Jawab Jaka Indi tegas.

"Tapi bukankah perjalanan kita ini adalah untuk mengunjungi Istana Permata?" Sela Gochan.

Entah kenapa Gochan juga khawatir Paman Jaka Indi akan mendapat bahaya bila berkunjung ke Markas Perkumpulan Bunga Teratai.

Jaka Indi, menggeleng, sambil menatap lurus pada lilin dalam gua kecil itu dan berkata, "Menyelamatkan jiwa orang lebih penting, daripada mencari benda pusaka atau harta sekalipun."

"Alasan Itu sudah lebih dari cukup bagiku."

Gochan mengejapkan matanya dan bertanya, "Tapi.. bukankah kau ingin bertemu dengan kak Dewi Yuna, Istrimu?"

Jaka Indi terdiam. Lalu perlahan menjawab, "Berjumpa dengannya, mungkin akan membuatku dikemudian hari menjadi merasa serba salah. Karena aku tidak tahu seberapa jauh persoalan yang akan ku timbulkan dengan pihak Perkumpulan Bunga Teratai. Yang merupakan bagian dari kerajaan Suralaya.

Pastinya saat ini Yuna tidak berada dalam bahaya, tidak ada gunanya aku pergi ke Istana Permata saat ini.!"

"Tapi kita kan sudah sampai di sini. Sudah separuh perjalanan menuju Istana permata." Sela Dewi Tara, dengan nada membujuk.

Kembali Jaka Indi terdiam. Lalu ia tersenyum dan berkata, "Tiba-tiba aku merasa perasaanku sudah mantap dengan rencanaku."

Dewi Tiara mengeluh dan tersenyum kecut, "Kau memang orang aneh. Orang lain tidak akan pernah mengerti apa yang kau lakukan. Kau lebih suka menempuh bahaya, berusaha menyelamatkan kakak seperguruanmu, yang beresiko besar mengancam jiwamu, yang lebih besar kemungkinan gagalnya daripada berhasilnya, ketimbang menemui istrimu sendiri."

"Cepat atau lambat kau akan mengerti." Terang Jaka Indi.

BERSAMBUNG
close