Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

JAKA INDI & DUNIA ASTRAL (Part 66) - Mendusin Jelang Siang


Dari ufuk timur, mentari mulai menampakkan sinarnya, hawa yang awalnya dingin menggigit tulang, secara perlahan mulai terasa hangat. Cahaya matahari dengan pancaran sinar kuningnya yang lembut, menerobos masuk melalui kisi-kisi jendela kamar paviliun Dewi Yuna, menyinari tubuh Jaka Indi yang masih rebah di pembaringan. Cahaya matahari yang merambat perlahan menyapu tubuhnya, membuat Jaka Indi terjaga dari tidurnya. Badannya masih merasa sangat letih, Namun hari telah berganti, dan siang telah menjelang.

Jaka Indi mulai mendusin dari Tidurnya, di liriknya jam yang dikenakan ditangan kirinya, jam menunjukkan pukul 19,10. Jaka Indi tersentak kaget, bagaimana bisa cahaya matahari sudah menampakkan sinarnya, tapi waktu masih menunjukkan malam hari. Jaka Indi mulai menyadari jam yang ia kenalan adalah jam yang ia pakai saat berada di dunianya, yang menunjukkan waktu saat keberangkatannya ke negeri astral bersama khodam macam putihnya.

"Apakah waktu dunianya berbeda dengan waktu di alam astral!?" Renungnya. 

Karena penasaran diambilnya Handphone yang baru dibelinya saat di jakarta, dilihat Jam yang ada di Handphone-nya juga menunjukkan pukul 19.10. Lantas di liriknya jam pasir yang ada dimeja dekat pembaringan, Jam pasir menunjukkan sekitar pukul 08.30 pagi. Jaka Indi termenung sesaat, mengapa waktu jamnya tidak berjalan, apa perangkat elektronik tidak berfungsi di negeri astral, Sekalipun HP nya saat tidak ada sinyal, seharusnya jam tetap bergerak normal. Ataukah waktu dunianya dan waktu alam astral yang tidak sama yang membuat jam tangan dan jam pada HPnya menjadi terhenti semua. Jaka Indi sampai melupakan semua keletihannya.

Mendadak ditamparnya sendiri pipinya, "Plak...!" Aduh...ternyata sakit... berati dia memang tidak sedang bermimpi.

Kemudian di setel musik yang tersimpan di memori card HP-nya, ternyata berfungsi dengan baik. Lalu diperiksa kembali jam tangannya ternyata kali ini Jam menunjukkan pukul 19.16, hemm... berarti tidak ada yang salah dengan jamnya, hanya saja waktu di dunia-nya tidak sama dengan waktu di negeri alam astral Suralaya, Jaka Indi tersenyum lega, dan merasa geli sendiri dengan tindakannya yang telah menampar wajahnya sendiri.

Berikutnya di-samakannya waktu jam tangannya dengan waktu jam pasir yang ada di atas meja dekat dipan pembaringan, menjadi pukul 08.30 dan setelahnya matanya mulai menjelajah seluruh ruangan, ternyata Yuna sudah tidak ada didalam kamar, dan di atas meja makan yang ada di tengah paviliun, telah tersaji makanan dan minuman berikut Buah-buahan yang telah terpotong rapih.

Jaka Indi segera bangkit menuju pemandian yang terletak di sudut kamar, setelah mandi, tubuhnya mulai segar kembali, namun ia belum bisa berganti dengan pakaian bersih, karena tas ransel warna hitam yang dibawanya dari tempat asalnya dititipkan sementara pada paman hamzah, khodam macan putihnya.

Setelah ibadah sholat, berzikir dan meditasi sejenak, Jaka Indi bangkit menuju meja makan, tempat makanan dan minuman tersaji. Di atas meja ada secarik kertas, ternyata itu pesan dari Yuna.

Buat mas Jaka tersayang.
Setelah aku selesai menyiapkan hidangan, ternyata mas Jaka, sedang tertidur lelap, melihat mas Jaka sangat nyenyak tidurnya, aku jadi tidak tega menmbangunkan mas Jaka.

Mas Jaka makanlah, aku sudah sarapan duluan, dan sedang ada keperluan menemui bunda ratu.

Nanti setelah semua urusan di lstana selesai, aku akan kembali lagi kesini menemani mas Jaka.

Salam penuh cinta
Yuna

"Wuaaah.... ternyata istriku sekalipun telah menikah, masih seperti anak remaja yang sedang jatuh cinta," Gumam Jaka Indi sambil tersenyum geli dalam hati.

Jaka indi teringat saat ayah bundanya masih ada, ibunya bila membuat pesan atau memo di secarik kertas untuk ayahnya, hanya bertuliskan pesan singkat saja.

*Di dapur.. di atas kompor.. dalam panci ada sayur lodeh. *Dimeja makan ada tahu tempe dan sambal. Hari ini tidak masak.

Ayahnya kalau mau makan langsung ambil sendiri atau buat mie instan sendiri.

Wow... rupanya dunia peri memang lebih romantis. Batin Jaka indi, sambil mulai menyantap makanan yang tersaji.

Hanya dalam waktu singkat seluruh santapan yang ada dimeja makan berikut buah-buahan yang tersaji dan minumannya telah habis berpindah kedalam perut Jaka Indi.

Setelah Jaka Indi selesai sarapan, memikirkan tas ransel hitamnya yang berisi pakaian dan perlengkapan yang ia bawanya dari dunianya, yang masih dititipkan pada khodam macan putihnya, Jaka Indi kemudian mengeluarkan suling bambu kuningnya dari tas pinggangnya, dan meniupkan sebuah nada tertentu. Hanya dalam beberapa detik saja khodam macan putihnya telah muncul dihadapan Jaka Indi dengan membawa tas ransel hitamnya yang berada dalam gigi taring di mulutnya.

Jaka Indi mengelus leher kodam macan putihnya. "Maafkanlah saya paman telah merepotkan paman... dan sekarang harus menghantar kembali tas ransel saya."

"Hauumm... ! Tidak apa-apa tuan Raden.., kebetulan juga ada yang ingin saya sampaikan pada tuan Raden, terkait kerajaan Suralaya ini." Ucap khodam macan putihnya dengan nada antusias.

"Soal apa paman!??"

"Saat saya berjalan disekitar istana, tanpa sengaja saya menyaksikan banyak makhluk astral dari kalangan peri dan juga jin, sedang sibuk mengerjakan sesuatu, sangat banyak sekali jumlah mereka mungkin lebih dari ribuan peri dan ribuan jin yang sedang mempekerjakan sesuatu. Saya tidak terlalu jelas, apa yang sedang mereka kerjakan, karena saya tidak bisa mendekat,."

"Kenapa paman tidak bisa melihat dan mendekat!? Bukankah paman bisa terbang melintas di udara!?"

"Di sekeliling tempat tersebut tidak hanya dijaga oleh para prajurit pilihan, dari para peri, bahkan juga di jaga oleh khodam naga, khodam rajawali, khodam kera raksasa, dan khodam macan hitam atau khodam macan kumbang"

"Dan semua khodam penjaga tersebut memiliki jambul pada bagian kepalanya, yang artinya mereka semua adalah raja khodam."

"Tuan Raden berdasar yang saya lihat, saya bisa menarik kesimpulan bahwa apa yang dikerjakan para peri dibantu bangsa jin tersebut, tentu hal yang sangat penting. Penguasa kerajaan Suralaya ini, pasti sangat kuat pengaruhnya, dan sangat digdaya kesaktiannya, sampai bisa memerintahkan ribuan Jin dan ribuan peri serta menundukkan empat raja khodam." Jelas khodam macan putihnya, lebih lanjut penuh dengan rasa takjub.

Raja khodam adalah sebutan bagi khodam pilihan yang punya kemampuan menundukkan bahkan memimpin khodam biasa. Raja khodam merupakan rajanya dari para khodam dari kalangan hewan astral. Ada ciri khusus bagi raja khodam jenis hewan astral. Yaitu pada bagian kepalanya nampak ada jambulnya, yang bila dilihat dengan mata bathin, jambul tersebut tampak seperti menyerupai mahkota.

Hal itu juga dimiliki oleh paman Hamzah selaku khodam macan putih yang merupakan penjaga dari Prabu Brawijaya V dan keturunannya.

Setahu Jaka Indi tidak semua raja bisa memiliki khodam raja. Di tanah Jawa hanya Prabu Brawijaya dan Prabu Siliwangi yang memilikinya. Jaka Indi sungguh tidak menyangka bahwa penguasa Suralaya atau Bunda Ratu Sheema Maharani dari Kerajaan Suralaya, bisa memiliki empat raja khodam sekaligus sebagai pengawalnya. Sungguh luar biasa batin Jaka Indi, sambil menghela nafas panjang.

"Hmm.... baiklah paman, terimakasih atas pemberitahuan paman."

"Paman istirahat saja dahulu, nanti saya cari tahu apa yang sebenarnya terjadi, sementara ini hindarilah kemungkinan terjadinya pertempuran dengan khodanm dari pihak istana Suralaya."

"Baik tuan Raden, saya ijin pamit dahulu." Jelas khodam macan putihnya, yang berikutnya telah pergi berlalu hilang dari pandangan Jaka Indi.

Sesungguhnya badan Jaka Indi, masih terasa sangat letih dan persendiannya juga terasa linu setelah semalaman bercinta dengan istrinya Dewi Yuna. Untuk memulihkan kembali staminanya, Jaka Indi memilih untuk melakukan meditasi, dengan memejamkan matanya, dan melakukan pernafasan melalui pori-pori pada kulit tubuhnya. Sebagaimana yang diketahui Jaka Indi, melakukan pernafasan melalui pori-pori tubuh dapat menghisap energi dan oksigen lebih banyak serta lebih cepat daripada pernafasan biasa.

BERSAMBUNG
close