Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

TUMBAL PEMBANGUNAN WADUK KEDUNG JATI


Sepeninggal Pak Bayan, Prabowo segera menjelajah tempat itu, sambil mengkira kira seperti apa rancangan bangunan bendungan yang akan ia garap nanti. Terlalu asyik mensurvey, Prabowo sampai tak memperhatikan langkah kakinya. Seekor ular sebesar lengan tak sengaja terinjak olehnya.

"Sial!" Prabowo terlonjak mundur. Wajahnya membias pucat saat binatang melata itu mengangkat kepalanya sambil mendesis desis memamerkan lidahnya yang merah panjang bercabang.

Sadar dirinya terancam, Prabowo pelan pelan meraih sebatang dahan kering sebesar lengan yang tergeletak tak jauh dari tempatnya berdiri. Prabowo tak mau ambil resiko. Ia tak tau apakah ular itu berbisa atau tidak. Tapi jika binatang itu sampai berani menyerangnya, ia juga tak akan segan segan untuk melawan.

Benar saja, sambil terus mendesis desis, ular itu menarik kepalanya ke belakang sedikit, lalu meluncur cepat ke depan, tepat ke arah Prabowo yang sudah bersiaga menunggu serangan.

"Syyiiuuuutttt...!!!"

"Bhuuukkk...!!!"

Ular itu menggeliat geliat di atas tanah, saat dahan kayu di tangan Prabowo tepat menghantam kepalanya.

"Mampus kau binatang sial! Salah siapa berani menyerangku!" dengus Prabowo sambil kembali mengayunkan dahan kayu di tangannya berkali kali menghajar tubuh si ular yang sudah tak bergerak gerak lagi itu.

Prabowo tersenyum puas. Digunakannya dahan kayu yang tadi ia jadikan senjata itu untuk mencutat bangkai ular itu dan melemparkannya ke tengah sungai. Prabowo tak sadar, bahwa ada sepasang mata yang mengamati semua gerak geriknya dari balik kerimbunan rumpun pohon pisang tak jauh dari tempat itu. Sepasang mata yang tajam memerah menahan amarah..

Ok.. Siapkan kopi, duduk manis, lanjut kisahnya...

close