Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

JAKA INDI & DUNIA ASTRAL (Part 67) - Perjalanan Mencari Istana Permata


Jaka Indi melakukan meditasi lebih lama dari waktu biasanya, sampai ia tertidur dan terlelap dalam posisi masih duduk bersila.

Sayup-sayup didengarnya bisikan Dewi Yuna, pada sisi telinganya. "Mas Jaka bangunlah...aku sudah siapkan makan untuk mas Jaka,"

Saat Jaka Indi mendusin dari tidurnya, disadarinya Dewi Yuna sedang memeluk hangat dari belakang tubuh Jaka Indi, dengan merangkul-kan kedua lengannya pada leher Jaka Indi.

Jaka Indi lantas terjaga, dan menepuk serta mengelus lembut lengan istrinya seraya bangkit berdiri dan berkata. "Terimakasih... Yuna, sudah menyiapkan makan untukku, ayo kita makan bersama, sama ada beberapa hal yang ingin ku tanyakan padamu, sembari kita makan nanti."

Sambil mata Jaka Indi melirik kearah jam pasir yang ada didekat dipan pembaringan, yang mana waktu telah menunjukkan sekitar pukul tiga sore.

Hmmm... rupanya cukup lama juga aku terlelap saat meditasi. Di liriknya Dewi Yuna sekejap..

Kali ini Dewi Yuna mengenakan baju sutra tipis terusan warna putih dengan renda yang juga berwarna putih pada setiap sisi gaunnya, hingga menampakkan bayang lekuk tubuhnya yang sempurna, terutama sepasang payudaranya yang menyembul indah, yang membayang dari balik gaun sutra tipisnya.

Jaka Indi hanya tersenyum gamang, melihat keindahan tubuh istrinya.

"Mas makanlah ikan panggang ini, aku khusus mengambilnya dari dapur istana dan membuatnya khusus buat mas Jaka," Tutur Dewi Yuna mesra, sambil memindahkan dengan sumpit ikan bakar ke piring Jaka Indi.

Jaka Indi memakan sebagiannya... "Yuna.. maaf aku membicarakan ini disaat kita sedang bersantap..."

"Begini dari yang kutahu, belum lama ini beberapa kelompok perkumpulan serta anggota kerajaan yang ada, pada mengirimkan beberapa utusan guna mencari keberadaan Istana Permata, dan dari yang ku ketahui dari pihak kerajaan Suralaya juga mengutus prajurit pilihannya dibawah ke pemimpinan mu. Lantas bagaimanakah hasil dari perjalan tersebut, serta bagaimana pula kamu bisa cepat kembali pulang ke Istana!?" Tanya Jaka Indi membuka percakapan.

Yuna tersentak kaget atas pertanyaan Jaka Indi, yang tidak diduganya sama sekali.

"Huuuuff..!" Yuna menghela nafas panjang dan memperbaiki posisi duduknya.

"Darimana mas Jaka tahu aku memimpin tim dari Kerajaan Suralaya dalam mencari keberadaan Istana Permata!?" Tatap Dewi Yuna kedalam mata Jaka lndi dengan pandangan penuh selidik, sambil perlahan meletakkan sumpitnya.

"Ya tahulah... aku kan juga dapat misi yang sama, hanya yang menugaskan aku eyang Ageng Wicaksono, dan dari desas-desus yang kudengar, kerajaan Suralaya juga mengirimkan utusan. Namun karena dalam perjalananku ada hal yang membuat perhatianku teralih, yaitu terkait ditemukannya jejak keberadaan kakak seperguruanku, mas Panji Dewantoro, maka aku tak sempat menyelesaikan misi mencari Istana Permata.

"Oouh.. begitu... bagus kalau begitu. Soalnya percuma juga melakukan perjalanan mencari istana permata."

"Kenapa percuma? Memangnya ada apa!?" Tatap Jaka Indi dengan pandangan terkejut.

"Bukan saja pencarian lstana Permata sangat sulit dan berbahaya, sepanjang jalan kadang melewati daerah gas beracun, lumpur hisap, binatang buas, bahkan juga terjadi saling bunuh antar sesama pemburu Istana Permata, dan yang mengesalkan, kami yang sudah bersusah payah mencari istana permata tersebut, setelah sampai tujuan, ternyata istana itu hanya merupakan bangunan piramid yang terbuat dari batu pualam putih yang sangat tebal dan keras, yang dindingnya tak bisa dibelah atau ditembus oleh senjata pusaka apapun, dan bangunan piramid itu sama sekali tidak memiliki pintu atau jendela. Hanya sebuah bangunan piramid dari batu pualam putih yang halus dan licin yang tertutup sangat rapat. Kira-kira hanya sembilan kelompok yang bisa sampai istana permata. Namun tak satupun dari kami yang bisa memasuki bangunan istana permata tersebut"

Jaka Indi menyimak dengan serius setiap perkataan Dewi Yuna.

"Ada sekelompok siluman penyihir yang mengatakan kalau pintu tersebut sebenarnya ada, hanya tidak terlihat kasat mata, karena tertutup oleh segel mantra suci, yang mana untuk membukanya diperlukan bacaan mantra suci khusus, tapi sekalipun rombongan siluman penyihir, telah mencoba berbagai macam mantra, seperti Abracadabra, Simsalabim, Lumos Leviosa, dan bacaan mantra lainnya, tetap saja segel mantra tidak bisa dibuka."

Sampai disini Yuna menghembuskan nafas kesal.

"Sedang penasehat dari utusan kelompok kerajaan Bessara, mengatakan segel mantra suci ini hanya bisa dibuka oleh keturunan Raja Salomo. Tapi apapun yang setiap orang katakan dan kerjakan tak satupun dari kami yang sanggup membukanya.

"Yuna... apa saja yang kau ketahui tentang istana permata ??" Tanya Jaka Indi dengan sikap antusias.

"Yang kudengar dari bunda Ratu sebelum aku diutus dengan membawa 12 prajurit pilihan untuk misi tersebut, konon katanya Istana permata, merupakan salah satu gudang harta, dari sekian banyak gudang harta lainnya yang dimiliki oleh Raja Salomo, atau Solomon atau Nabi Sulaiman. Gudang harta tersebut tidak hanya berisi emas, perak dan permata, tapi berisikan juga manuskrip manuskrip kuno, artefak-artefak yang sangat berharga, serta berisi banyak pusaka, bahkan peralatan seni musik dan peralatan perang yang dimiliki Raja Daud diduga juga ada didalam istana permata tersebut. Termasuk kitab pelajaran komunikasi dengan hewan, catatan ilmu perbintangan, ilmu menguasai angin yang dimiliki raja Solomon, dan lain-lain.

"Tentu saja hal ini menarik minat kerajaan kerajaan astral untuk berlomba-lomba mendapatkannya."

"Adakah yang kau ingat saat kau lihat bangunan batu pualam berbentuk piramid atau Istana permata tersebut!?"

"Yang kuingat bangunan itu tak berpintu ataupun memiliki jendela, bangunannya tidak bisa ditembus dengan pedang atau senjata pusaka."

"Sekalipun dengan membuat terowongan bawah tanah, ternyata bangunan itu juga tidak bisa dimasuki, karena lantainya juga terbuat dari batu pualam yang sangat tebal dan kokoh. Yang menarik ada beberapa tulisan kaligrafi kuno pada dindingnya, aku tadinya mengira itu tulisan dalam bahasa lbrani, ternyata menurut ahli bahasa dari kalangan peri yang kami bawa itu adalah tulisan bahasa Suryani kuno.

Bahasa Suryani atau bahasa Suriah adalah sebuah bahasa Aram Timur yang pernah di-pertuturkan di sebagian besar wilayah Bulan Sabit Subur dan Arab Timur. Sedang bahasa Suryani kuno, adalah bahasa yang lebih tua lagi dari bahasa Suryani.

"Tapi peri ahli bahasa yang kubawa hanya mengenali kalau tulisan tersebut adalah bahasa Suryani kuno yang menceritakan kejayaan Raja Salomo, tidak ada petunjuk apapun terkait segel mantra suci untuk membuka Istana Permata itu."

"Oh iya mas Jaka, kedatanganku juga mau memberitahukan bahwa bunda Ratu mengundang mas Jaka dan aku untuk ikut jamuan makan malam di lstana." Ujar Dewi Yuna, membelokkan arah pembicaraan.

"'Sepertinya Yuna kurang tertarik melanjutkan cerita soal lstana Permata, biarlah kutanyakan lagi pada lain kesempatan," Pikir Jaka Indi dalam hati.

"Jam berapakah jamuan makan malam diadakan!?" Tanya Jaka Indi.

"Pada kentongan kedua dimalam hari."

Hmmm.., berarti sekitar jam tujuh malam pikir Jaka Indi. "Kalau begitu aku bisa istirahat lagi barang beberapa saat," Ucap Jaka Indi.

"Jangan tidur lagi mas...! Soalnya aku mau minta tolong mas Jaka melakukan sesuatu untukku terlebih dahulu."

"Asal tidak minta bercinta, tentu akan aku lakukan."

"Aku tidak minta melakukan itu.. Aku hanya meminta mas Jaka menemaniku mandi dan bantu menggosok punggungku," Ucap Dewi Yuna, dengan mengerling genit sambil tersenyum sipu.

"Hadeuuwh...." Keluh Jaka Indi, sambil tangannya menepuk keningnya sendiri.

Jaka Indi tidak menanggapi ucapan Dewi Yuna, melainkan hanya jalan kearah pembaringan, lalu melemparkan tubuhnya di atas ranjang pembaringan, dan memejamkan matanya rapat rapat. Karena memejamkan matanya rapat-rapat. Karena memejamkan mata dan segera pergi tidur,
adalah satu-satunya cara paling efektif yang diketahui Jaka Indi untuk mengatasi godaan wanita cantik.

BERSAMBUNG
close