Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Misteri Suku BUNIAN (Suku Makhluk Gaib Penjaga Hutan)

JejakMisteri - Suku Bunian atau Orang Bunian adalah nama yang mungkin sangat asing bagi kita. Tapi, kalau kita pergi ke Kalimantan, tepatnya di daerah bagian Barat, maka Suku Bunian sudah seperti sesuatu yang lazim dibicarakan. Suku Bunian secara umum sering didefinisikan sebagai kelompok suku gaib yang mendiami dan menjaga daerah hutan-hutan di Borneo dan sekitarnya.
Tak seperti Makhluk halus kebanyakan, Bunian ini sering mendapatkan cerita-cerita yang bagus. Penduduk sekitar mengatakan bahwa Bunian membantu manusia saat tersesat di hutan, memberi petuah-petuah, sampai melibatkan dirinya dalam perang-perang pada jaman dahulu. Tapi, bagaimana pun juga Bunian adalah makhluk halus yang tak bisa diterka. Kadang mereka ini juga kerap berbuat jahil dan suka menyesatkan manusia yang masuk ke dalam hutannya.

Ini adalah kisah nyata yang terjadi pada temanku ketika dia bekerja di pedalaman Borneo. Dia yakin bahwa ini adalah pengalaman nyata ia pernah menjadi korban kejahilan Suku Gaib Bunian dan bahkan hingga sekarang, aku masih merinding memikirkan ceritanya ini.

Ketika aku berusia 20 tahun, aku bekerja sebagai seorang instruktur di sebuah pusat perkemahan. Pusat perkemahan itu benar-benar indah, dengan area perkemahan yang luas, rumah-rumah pondok dari kayu dan sebuah danau yang jernih. Daerah itu terpencil, tidak ada perkampungan disekitar dan jauh dari pusat keramaian. Perkemahan itu dikelilingi oleh hutan lebat. Tidak ada yang lain selain pepohonan dan jurang yang dalam.

Suatu malam, ketika aku dan semua teman-temanku tertidur nyenyak, tiba-tiba aku terbangun di tengah malam. Waktu itu aku terbangun dan firasatku merasakan ada sesuatu yang tidak beres.

Jantungku berdegup kencang tanpa alasan yang jelas. Aku hanya berbaring di tempat tidurku sambil berdiam diri, aku mendengarkan dengan penuh seksama. Seluruh pondok di tempatku dan teman-temanku tinggal terbuat dari kayu. Sesekali tirai yang menutup di atas jendela terhembus angin. Malam itu, aku bisa mendengar suara jangkrik dan angin sepoi-sepoi bertiup melalui pepohonan karena suasana di sekitar begitu sunyi.

Saat itulah aku mendengarnya... Suara itu...

Suara yang samar dari kejauhan...

Seperti suara tangisan seseorang yang sangat samar meminta bantuan. Kedengarannya seperti berasal dari hutan. Suara itu adalah tangisan seorang gadis muda. Kemungkinan dia tersesat di suatu tempat di tengah hutan.

Aku segera bangkit dari tempat tidur dan membangunkan teman sekamarku yang merupakan instruktur lainnya. Aku mengatakan kepadanya untuk bangun dan mendengarkan suara itu. Dan ketika suara tangisan itu datang lagi, kami berdua mendengarnya. Kami segera berpakaian, meraih senter kami dan bergegas keluar ke arah suara itu berasal.

Suara itu terputus-putus, tetapi aku bisa dengan jelas mendengar suara gadis itu berkata "Tolong!" atau "Aku tersesat!" cukup teratur, dan cukup jauh masuk ke dalam hutan. Dia terdengar seperti sedang dalam masalah yang besar. Semakin cepat kami menemukannya, semakin baik sehingga kami bisa membawanya kembali ke perkemahan dengan aman.

Malam itu gelap sekali, dan yang kami punya hanya dua buah senter kecil. Gadis yang tersesat itu di luar sana di tengah malam yang gelap gulita dan tidak melihat apa pun.

Pondok instruktur laki-laki ada di satu sisi danau dan pondok instruktur perempuan berada di sisi lain. Dalam perjalanan, kami bertemu dengan seseorang instruktur perempuan. Dia juga mendengar tangisan dari sisi kemahnya. Kami bertiga menuju ke hutan bersama-sama, menyorotkan senter kami ke kiri dan ke kanan dan memanggil gadis yang hilang itu.

Kami enggan pergi terlalu jauh ke hutan karena kami tidak ingin tersesat dalam kegelapan. Setiap kali kami memanggil gadis itu dan mendengarnya merespons, sepertinya dia cukup jauh.

Setelah berjalan sekitar lima menit, kami bisa mendengarnya menangis dan terisak-isak, jadi kami tahu bahwa gadis itu sudah dekat. Kedengarannya dia hanya beberapa kaki jauhnya dan kami bisa mendengarnya berkata, “Aku takut! Dimana aku?" dengan suara rendah.

Kami terus berusaha meyakinkannya dan ketika kami merasa kami berada tepat di sampingnya, dia tiba-tiba terdiam.

"Kami ada sini! Dimana kamu? " kami berseru, tetapi tidak ada jawaban.

Kemudian, di kejauhan, kami mendengar suaranya lagi, menangis, “Tolong aku! Aku tersesat! Tolong cepat! "

Kami mulai menuju suara tangisannya dan tepat ketika kami merasa bahwa kami tepat di dekatnya lagi, dia terdiam. Kami memanggilnya. Kami menunggu jawabannya. Tidak ada.

Kemudian, bahkan di tempat yang lebih jauh lagi, kami mendengar suaranya lagi: “Tolong! Mengapa kamu tidak membantuku? "

Sesuatu terasa tidak benar. Kami semua saling berpandangan dan tanpa sepatah kata pun, kami memutuskan untuk kembali ke pondok kami. Kami memanggil gadis itu dan mengatakan kepadanya bahwa kami akan mencari bantuan dan kami akan kembali dengan bantuan yang lebih besar. Kami masih bisa mendengar rintihan samar dan suara tangisan darinya, jadi kami menyuruhnya duduk dengan tenang dan kami akan segera kembali.

Kami bertiga berlari kembali ke pondok dan membunyikan bel besar di kantor pusat untuk memperingatkan seluruh perkemahan bahwa ada keadaan darurat. Manajer perkemahan menyalakan lampu peringatan dan kami semua bertemu di aula untuk melakukan pemeriksaan kehadiran.

Manajer perkemahan mulai memanggil nama para instruktur satu persatu. Kami semua hadir. Kemudian, mereka memanggil nama para pengunjung perkemahan. Semua anak hadir. Tidak ada yang hilang.

Jika semuanya hadir dan lengkap. Lalu bagaimana dengan suara gadis itu?

Manajer kamp dan instruktur lainnya mengira bahwa kami bertiga telah melakukan laporan palsu dan mengatakan bahwa apa yang kami dengar pastilah gema dari suara kami sendiri. Mereka membubarkan semua orang dan mengirim kami kembali ke tempat tidur.

Kami bertiga tahu apa yang kami dengar dan itu bukan sekedar gema. Sangat menyeramkan. Suara itu terus menuntun kami semakin jauh masuk ke dalam hutan. Seseorang atau sesuatu sedang membujuk kami untuk masuk lebih dalam ke hutan dan sampai hari ini, aku tidak tahu apa yang sosok itu ingin lakukan terhadap kami bertiga jika kami terpedaya dan dibuat tersesat olehnya.

Sejauh ini, ini adalah hal paling mengerikan yang pernah aku alami. Aku dan konselor wanita itu percaya bahwa itu adalah sesuatu peristiwa paranormal, tetapi tidak satu pun dari kami yang bisa menjelaskannya. Teman sekamarku menolak untuk membicarakannya, dan setiap kali kami membicarakannya, ia akan mengatakan itu hanya gema dari suara kami, tetapi ketika aku menatap matanya, aku bisa melihat bahwa ia takut setengah mati. Dia hanya ingin meyakinkan dirinya sendiri bahwa peristiwa itu tidak terjadi.

Ketika aku menceritakan peristiwa ini kepada teman-temanku. Salah satu temanku yang merupakan orang asli Kalimantan berkata bahwa suara itu kemungkinan berasal dari Suku Bunian yang tidak suka jika hutannya di ganggu. Bunian ini sering menyesatkan orang-orang dengan mengelabui mereka dengan berbagai cara.

Dia bilang bahwa salah satu temannya yang menjadi korban kejahilan Bunian hilang di hutan selama 3 hari. Saat ditemukan ia bercerita bahwa dia ditahan oleh Bunian dan diberi makan oleh tujuh orang lelaki yang tidak dia kenal rupanya. Mereka bergantian membawakan makan, tidak tahu apa jenis makanannya. Dia melihat bahwa masyarakat dan petugas mencarinya, lewat di dekatnya, tapi mereka tidak dapat melihatnya. Dia mencoba berteriak, tapi suaranya tidak didengar oleh para masyarakat yang mencarinya.

Sampai saat ini, kisah tentang Suku Bunian sudah begitu melegenda secara turun temurun, tidak hanya di Borneo, Kalimantan, Suku adat Minang juga meyakini soal keberadaan orang Bunian ini. Meski saat ini legenda tersebut tidak pernah terungkap secara fisik, kasat mata maupun tidak, kita harus percaya bahwa makhluk gaib tinggal berdampingan dengan para manusia.


close