Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

JAKA INDI & DUNIA ASTRAL (Part 59) - Perjalanan Ke Yogyakarta


Setengah jam telah berlalu, Jaka Indi dan Gendis sudah menjadi akrab layaknya sahabat lama. Saat ini mereka telah berada dalam kereta Argo Dwipangga yang telah mulai bergerak melaju.

Jaka Indi mengambil duduk disisi dalam dan Gendis duduk disebelahnya disisi luar, Gendis ternyata adalah gadis yang pandai bercerita dan senang berbicara. Sepanjang perjalanan Gendis bercerita prihal aktifitasnya di-Jakarta, dan mengatakan kalau ia saat ini kuliah di jurusan sastra prancis, disalah satu universitas bergengsi di Jakarta, namun karena Jaka Indi merasa mengantuk, Jaka Indi tidak dapat mengikuti seluruh cerita Gendis, tanpa disadarinya Jaka Indi mulai tertidur dengan menyandarkan kepalanya pada dinding kereta-api.

Entah berapa lama waktu telah berlalu, dan entah sudah sampai mana perjalanan kereta api ini, Saat Jaka Indi mendusin, ia dapati Gendis tertidur dengan menyandarkan kepalanya dipundaknya, tercium aroma harum wangi lembut dari aroma parfum yang melancar dari tubuhnya. Gendis tertidur sambil menggenggam salah satu lengan Jaka Indi dan mendekapnya erat dengan kedua tangan ke-dadanya, persis seperti yang dilakukan Dewi Tiara saat tertidur dalam perjalanan bersama Jaka Indi.

Jaka Indi dapat merasakan d**a Gendis yang kenyal, padat dan hangat serta bergelombang lembut mengikuti alunan nafasnya.

Melihat Gendis yang tertidur lelap dan mendekap erat lengannya dengan kedua tangan, Jaka Indi mengurungkan niat menarik lengannya, khawatir akan membuat Gendis terbangun.

Diperhatikannya wajah Gendis yang putih ayu dan lembut, bulu matanya yang lentik yang menghiasi kelopak matanya yang sedang menutup rapat, Pipinya yang bersemu kemerahan. Siapapun yang melihat wajah gadis ayu ini, pasti tak akan ada yang pernah mengira kalau gadis ini adalah anggota perkumpulan pembunuh rahasia, bahkan memiliki jabatan yang tinggi dalam perkumpulan tersebut, sebagai salah seorang duta.

Entah sudah berapa banyak orang yang dibunuhnya?" Renung Jaka Indi sambil menghela nafas dengan perasaan getun.

Memang ada benarnya pendapat yang mengatakan Jangan menilai buku dari sampulnya (Don't judge a book by its cover). Jangan menilai seseorang hanya berdasar tampilan luarnya.

Dalam suasana dinginnya AC kereta, Jaka Indi merasa mengantuk lagi dan ingin melanjutkan tidurnya, diletakkan kembali kepalanya pada dinding kereta dan tidak berapa lama kembali ia tertidur..... zZzZZZ... zzzZzz

***

Sesampainya di Stasiun Tugu Yogyakarta, saat itu senja telah menjelang. Gendis menawarkan agar Jaka Indi malam ini tidur saja dulu di kamar hotel yang telah dipesannya, baru esok hari Jaka Indi melanjutkan kembali perjalanannya.

Jaka Indi mengangguk, sambil berkata, "Baiklah aku bisa tidur dilantai atau di sofa hotel"

Karena Jaka Indi juga belum punya tempat tujuan untuk bermalam.

Dari Stasiun Tugu mereka melanjutkan perjalanan dengan menggunakan taxi online, hingga sampailah Jaka Indi dan Gendis disalah satu hotel bintang 5 yang megah, yang telah dipesan nona Gendis jauh hari sebelumnya.

"Mari mas Raden ikuti saya." Gapai Gendis pada Jaka Indi yang masih duduk di lobby hotel, sesaat setelah Gendis mengambil kunci kamar hotel yang bentuknya serupa kartu ATM di front office,

Jaka Indi bergumam lirih.... "Hemmm... sepertinya Gendis sudah terbiasa ke hotel megah ini."

Kemudian setelah naik lift kelantai 6 lalu belok kanan sekitar 10 meter, sampailah mereka disebuah kamar presidential suite yang terhitung ekslusif.

Presidential suite adalah tipe kamar hotel yang terbaik dan paling mahal. Bahkan, tidak semua hotel memiliki kamar presidential suite.

Fasilitas yang ditawarkan pun tentu yang terbaik, mulai dari interior, pemandangan kamar, fasilitas kamar, ada ruang tamu tersendiri, dan kamar mandi yang cukup besar, Lemari pendingin dua pintu, Televisi layar datar yang juga besar dengan lebih dari 36 Chanel dari manca negara, adanya jaringan Wifi (Wireless Fidelity), Yaitu Sebuah Media Penghantar Komunikasi Data Tanpa Kabel, dan masih banyak lainnya.

Sesampainya didalam kamar Jaka Indi agak terkejut mendapati di ruang tidur kamar hanya ada singgle bed.

"Mengapa kau tidak pesan kamar dengan double bed !?" Tegur Jaka Indi kaget.

"Tidak apa!" Ujar nona Gendis, "Double bed-nya sudah penuh, lagian tempat tidur ini ukurannya King Size, cukup luas untuk kita berdua."

Selain menyengir masam, Jaka Indi tidak tahu harus berkata apa lagi.

Sejenak kemudian, seorang pelayan hotel mengetuk pintu mengantarkan satu talam makanan terdiri dari semangkuk nasi panas, Sop buntut, beberapa perkedel, ayam panggang, dia ekor ikan tuna, sepiring kecil kentang goreng, sepiring besar buah-buahan yang telah terpotong rapi, berikut saus sambal dan dua buah jus jeruk, lalu pelayan hotel mengundurkan diri.

Rupanya saat di front office, Gendis telah sekalian memesan makanan untuk diantar ke kamar hotel.

"Aku mandi duluan ya... Gendis! badanku rasanya sudah lengket oleh keringat," kata Jaka Indi, seraya kakinya melangkah kedalam kamar mandi, sedang tas ransel hitamnya dan tas pinggangnya dilemparkan ke salah satu sudut kamar.

"Silahkan Raden !" Jawab Gendis.

Setelah Jaka Indi hilang dari pandangan, Gendis mengambil sebuah botol kecil berisi bubuk warna kuning dan menuangkannya sebagian pada Jus jeruk dan sop buntut yang masih mengepul panas, yang ada dalam nampan.

Jaka Indi masih menikmati mandi dibawah pancuran air hangat, membersihkan rambutnya dengan shampo dan menggosok seluruh tubuhnya dengan sabun yang disediakan pihak hotel, mandi air hangat membuat Jaka Indi merasa nyaman dan membuatnya mandi lebih lama dari biasanya.

Tiga puluh menit berlalu Jaka Indi telah menyelesaikan mandinya.

Namun ia tidak salin dengan pakaian yang baru, tapi tetap menggunakan kaos T-shirt berlogo Superman dan celana jeans warna biru gelap.

Selesai mandi Jaka Indi terlihat lebih segar, tampan dan lebih menarik dimata Gendis. 

Tidak saja tubuhnya tercium aroma wangi sabun bahkan badannya yang atletis dengan kulitnya yang putih terlihat jauh lebih memikat.

Sampai-sampai Gendis terpana sejenak memandang Jaka Indi.

"Ehh... Mas Jaka silahkan makan mumpung masih panas, maaf aku sudah makan duluan." Seraya Gendis membawa daster putih dan handuk untuk giliran mandi.

Tanpa sungkan Jaka Indi langsung menyantap sisa makanan yang ada, kebetulan sop buntut adalah salah satu makanan favorit Jaka Indi, terlebih setelah menempuh 8 jam lebih waktu perjalanan, membuat perut Jaka Indi merasa sangat lapar.

Hanya dalam waktu singkat sop buntut dan segelas jus jeruk telah berpindah kedalam isi perut Jaka indi. Namun sungguh aneh yang dirasakan Jaka Indi setelah menyantap makanan dan minum segelas jus jeruk bukan badannya bertambah segar, justru sendi-sendi tubuhnya terasa lemas lunglai yang membuatnya merasa ingin segera istirahat rebahan di ranjang.

Tiba-tiba terdengar suara pintu kamar mandi bergeser. Tercium olehnya bau harum parfum bunga lavender yang biasa terdapat pada tubuh Gendis.

Saat ini Jaka Indi, sedang dalam keadaan berbaring di ranjang karena lelah dan rasa lemas pada seluruh sendi tubuhnya.

"Mungkin aku terlalu lelah dalam perjalanan." Pikirnya sambil dengan ekor matanya melirik kearah pintu kamar mandi.

Terlihat Gendis yang baru selesai mandi, ia telah berganti busana mengenakan daster tidur warna putih yang tipis transparan, sehingga samar menampakan dadanya yang membusung indah dan lekuk tubuhnya yang penuh daya pikat, kali ini rambutnya dibiarkan tergerai lepas, sambil diusap-usap rambutnya dengan handuk, serta matanya melihat sekejap kearah makanan yang telah disantap habis Jaka Indi, pada sudut bibirnya terkulum senyum gembira, lalu Gendis berjalan ke tepi ranjang tempat Jaka Indi merebahkan tubuhnya, setiba di depan ranjang, ia menunduk untuk menatap Jaka Indi, yang sedang rebah berbaring lemas.

"Apa Raden sudah merasa lelah?" Tanyanya dengan senyum.

"lya.... entah mengapa Tiba-tiba tubuhku merasa lelah, aku akan istirahat sebentar, nanti saat kau ingin tidur, aku akan pindah ke sofa," Ucap Jaka Indi pelan.

"Tidak apa-apa, tetaplah tidur di ranjang, tidak perlu pindah ke sofa." Dengan gemulai Gendis berjalan keliling di dalam kamar, lalu berkata dengan tertawa.

"Apakah kau tahu Raden, siapakah yang biasa mendiami kamar ini !?"

"Siapa"!? Tanya Jaka Indi dengan kening berkerut.

"Seorang putri kraton terhormat, yang masih berdarah biru, dan juga berasal dari keluarga terpandang."

"Seorang Putri Kraton !?"

"lya..!" Tegas Gendis dengan bola mata melebar.
"Tepatnya Raden Ajeng Gendis!" Jelasnya sambil tertawa kecil.

BERSAMBUNG
close