Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

JAKA INDI & DUNIA ASTRAL (Part 60) - Kama Sutra


Perlahan Gendis membalik kesana dan meraba sebuah lukisan sepasang pria dan wanita yang sedang b******u, yang terhias di dinding, lalu menyambung, "Apakah kau tahu lukisan ini melambangkan apa ?"

"Aku sedang tidak ingin mempelajari sejarah, aku cuma ingin tanya !? Mengapa setelah makan dan minum badanku terasa lemas tak bertenaga?"

"Jangan kau tanya padaku! Bukan waktumu untuk bertanya," Potong Gendis ketus, kali ini sikapnya terlihat berbeda dari saat Jaka Indi mengenalnya sepanjang perjalanan.

"Aku yang tanya padamu lebih dulu. Lukisan ini melambangkan apa !?"

Jaka Indi memincingkan matanya dan mengerutkan keningnya, lalu menghela napas dan menjawab, "Entahlah, aku tidak tahu?"

"Lukisan ini adalah prihal Kama Sutra. Kama Sutra, yang dalam bahasa Sanskerta: kāma, berarti keinginan atau hasrat cinta atau nafsu, dan Sūtra yang berarti benang atau rangkaian, adalah rangkaian dari adegan hasrat dalam hubungan seksual." Tutur Gendis, lalu lanjutnya,

"Lukisan ini melambangkan nafsu berahi, dari sepasang kekasih guna mendapatkan kepuasan
seksual."

Meski Jaka Indi pernah mendengar uraian orang tentang hal-hal yang mengejutkan, tapi seorang gadis remaja secara blak-blakan didepan seorang lelaki bicara mengenai seks, hal ini membuatnya melongo juga. Terpaksa ia menjawab dengan menyengir, "Luas juga pengetahuanmu.!"

Gendis tertawa merdu, "Apakah kau heran!? Kau kaget ! Kau pikir seorang gadis sepertiku tidak pantas bicara demikian!? Setiap orang menganggap pembicaraan urusan ini adalah semacam dosa." Jengeknya.

"Tapi tidak ada yang mau tahu bahwa justru urusan ini adalah sesuatu yang maha-penting untuk dibicarakan !"

Jaka Indi hanya dapat berdehem saja.

Gendis berucap pula, "Tidak perlu engkau berlagak berdehem... Ini memang urusan serius, coba kau lihat !?" la menuding sebuah lukisan aliran ekspresionisme yang menggambarkan sepasang manusia, pria dan wanita yang sedang melakukan hubungan badan lalu menyambung,

"Jika nafsu berahi seorang tidak mendapatkan kepuasan, lahirnya mungkin terlihat manusia, tapi hatinya sudah ada sebagian berubah menjadi binatang ?"

"Ooo...? Apa uraianmu tidak terbalik !?" Jawab Jaka Indi dengan melenggong heran.

"Jiwa seorang yang tidak mau menyalurkan nafsu birahinya pastilah orang itu tidak normal, dan sering juga berbuat hal-hal yang tidak normal,"

"Coba katakan, apa sebabnya?"

"Entah..." Jawab Jaka lndi.

"Ini disebabkan nafsu mereka tidak mendapatkan penyaluran secara wajar, sebab itulah orang seperti itu sering ikut campur urusan orang lain, senang membikin heboh, bertindak menurut kehendak hatinya, sebagai jalan pelepasan nafsunya yang terkekang" la berhenti dan tersenyum, sambil menyipitkan matanya lalu bertanya. "Coba katakan, betul tidak ?"

"Rasanya uraian mu tidak sepenuhnya betul"

"Meski mulutmu tidak mau mengaku, tapi di dalam hatimu tentu setuju sepenuhnya atas pendapatku, ku berani mengatakan di dunia ini tidak banyak orang yang mempelajari masalah ini setuntas diriku."

"Ya..., memang tidak banyak!?" Sahut Jaka Indi dengan tersenyum.

Gendis mengitari sekali lagi, lalu berdiri di depan Jaka Indi dan berkata pula, "Apakah kau tahu sebab apa kubawa dirimu bersamaku ke kamar ini!?"

Kembali Jaka Indi menyengir masam. "Siapa yang dapat menerka jalan pikiranmu. Bahkan aku tidak paham sesungguhnya apa artinya kau bicara hal-hal semacam ini?"

"Selanjutnya engkau akan paham dengan sendirinya ?" Ucap Gendis lembut. sambil tangannya yang halus membelai pipi Jaka Ini.

Segera Gendis berdiri, tanyanya sambil menatapnya, "Sekarang adakah kau menginginkan sesuatu?"

"Aku hanya ingin tahu, mengapa setelah selesai makan tubuhku malah merasa lemas lunglai !?"

"Tidak apa, itu hanya berlaku sesaat, karena reaksi obat, nanti saat nafsu berahimu telah menguasaimu, kau akan berusaha memperoleh kepuasan nafsu berahimu, bersamaan itu tenagamu akan pulih kembali, bahkan tenagamu akan berlipat dari sebelumnya." Ucap Gendis sambil mengedip nakal.

"Aku cuma tidak mengerti mengapa engkau bertindak demikian!?"

"Sungguh... engkau tidak mengerti!? Masa engkau tidak tahu kalau aku mencintaimu"

"Sejak pertamakali aku melihatmu di wisma Kaputren bersama Dewi Salasika, saat menyelidiki kasus pembunuhan pangeran Corwin. Apa kau tidak menyadari kalau aku mengagumi ketampananmu juga kecerdasanmu dalam menganalisa kasus tersebut, dan saat itu juga aku telah jatuh hati padamu.

"Hidupku selama ini hampa belaka, aku memerlukan kehidupanmu untuk mengisi jiwaku." Gendis mendadak tersenyum, lalu menyambung, "Selain itu, aku ingin melahirkan anak bagimu!"

"Hah... apa katamu!?" Seru Jaka Indi dengan mata berkedut serta perasaan kaget dan tercengang.

"Melahirkan dan mendidik anak, ini kan urusan biasa, mengapa engkau terkejut!?"

"Tapi.... kita.. kita.!?"
"Betul, kita tidak dapat terikat menjadi satu, sebab engkau sudah berumah tangga, dan kutahu engkau bukan pria yang suka berselingkuh ataupun berpoliganmi, dan sangat mungkin dalam waktu dekat engkau akan mati. Namun melahirkan anak adalah soal yang lain, betul tidak!?"

"Aku tidak mengerti jalan pikiranmu?"

Gendis memejamkan mata dan berucap, "Sungguh ingin kulihat anak yang kita lahirkan ini orang macam apa, sungguh sangat kuharapkan..." Lalu ia tertawa terkikik senang.

"Bayangkan, lelaki berdarah biru dari Trah Majapahit dan Trah Kerajaan Mataram yang paling pintar, paling gagah, bersama perempuan yang juga berdarah biru paling keji dan juga paling cerdas, entah... anak yang dilahirkan mereka akan menjadi orang macam apa!?"

Senang sekali tertawanya, sambil bertopang dagu ia menyambung lagi, "Ya, sampai aku pun tidak berani membayangkan akan merupakan orang macam apa anak ini, tidak perlu disangsikan lagi dia akan jauh lebih pintar daripada siapa pun. Tapi apakah dia akan jujur, atau jahat. Apakah hatinya penuh cinta kasih terhadap sesamanya seperti ayahnya, atau akan menuruni ibunya yang penuh tipu muslihat dan kejam."

Jaka Indi melongo bingung, "Wah ini... ini..?" Sungguh ia tidak tahu apa yang harus di ucapkannya.

Gendis berucap pula dengan tertawa, "Ku yakin apa pun anak ini pasti akan menjadi orang yang sangat menonjol, bila dia perempuan, dia tentu akan membuat setiap lelaki di dunia ini tergila-gila dan bertekuk lutut di bawah kakinya. Jika dia lelaki, maka dunia ini pasti akan berubah sama sekali lantaran sepak terjangnya."

"Oh iya... jangan kau kira karena pekerjaanku, aku lantas telah menjadi seorang gadis yang melacurkan diri dengan telah tidur pada banyak pria. Asal kau tahu saja, selama ini aku selalu menjaga kesucian tubuhku, sampai kelak aku menemukan pria yang tepat untukku, dan kau adalah pria yang tepat untuk kuberikan kesucian tubuhku, juga untuk memberikan anak bagiku. Apa kau setuju !?"

Jaka Indi menghela napas, "sungguh aku tidak berani membayangkan hal ini." Ucapnya prihatin.

"Jika kita mempunyai anak semacam ini, masa engkau tidak senang?" Ucap Gendhis.

"Memangnya apa yang harus ku katakan!?"

"Jika betul kita mempunyai anak sehebat itu, mati pun engkau tentu akan puas?" Ucap Gendis pula. "Sedangkan aku, setelah punya anak demikian, biarpun kau mati juga aku takkan kesepian lagi !?"

Lalu ia memejamkan mata pula, sambungnya, "Bilamana aku teringat padamu asal melihat dia anak kita, rasanya tentu akan terhibur."

Jaka Indi tersenyum getir, "Dari uraianmu ini, rasanya banyak yang menghendaki kematianku, bahkan juga termasuk dirimu.!?"

"Jika seorang ingin mengenangkan diriku, tapi juga ingin membunuhku, dalil ini sungguh sukar ku pahami !?"

"Mengenangkan dirimu kelak dan membunuhmu sekarang, semua ini adalah dua urusan yang berbeda!!" Ujar Gendis dengan tertawa.

"Kecuali dirimu, di dunia ini mungkin tidak ada yang menganggap urusan ini adalah dua hal yang berlainan.? Setelah kau serahkan tubuhmu yang masih suci kepadaku, juga ingin melahirkan anak bagiku, tapi engkau masih akan membunuhku, masa ini pantas?"

"Melahirkan anak dan membunuh orang, kan dua urusan yang tidak sama?"

"Tapi jangan kau lupakan, orang yang kau ingin bunuh, adalah orang yang kau cintai? Tidak sedikit orang berpikiran aneh yang pernah kulihat, tapi tiada seorangpun yang lebih aneh jalan pikirannya dari padamu.?" Ucap Jaka Indi getun.

Gendis tertawa terkikik, "Hihi, akhirnya Jaka Indi marah juga lantaran diriku, sungguh aku harus merasa bangga.?"

Perlahan ia meraba d**a Jaka Indi lalu membelai rambut Jaka Indi dengan jarinya yang halus lentik dan menyambung pula, "Tapi engkau juga jangan marah, apa pun aku tetap cinta padamu, hanya engkau seorang yang kucintai di dunia ini, cinta sampai tergila-gila." sambil bicara dengan lembut la pandang Jaka Indi dengan terkesima.

Pada saat yang sama tangannya menarik tangan kanan Jaka Indi dan telapak tangan Jaka Indi dirabakan perlahan keatas dadanya yang menjulang, lalu... ditekankan ke d**a Gendhis yang kenyal dan padat membusung itu. Sambil berkata, "Apa kau suka....?" Ucapnya dengan senyum nakal.

"Hmmm... pasti kau sangat suka.!"
"Banyak pria yang senang menatapku, terutama menatap dadaku, baik secara terang-terangan ataupun mencuri-curi pandang. Aku pun tahu kau juga beberapa kali menatap lekat-lekat kearah dadaku, bukankah ini yang kau inginkan," kembali Gendhis merabakan telapak tangan Jaka Indi keatas dua bukit kembar di dadanya, dan meremaskan telapak tangan Jaka Indi dengan lembut di dadanya, berikut ucapnya, "Aku sungguh mencintaimu. Sekarang, apa ada yang kau inginkan!?" bisik Gendhis di tepi telinga Jaka Indi.

"Dapat kukatakan apa lagi?" Ujar Jaka Indi dengan getun.

"Seorang anak perempuan merabakan tanganku ke dadanya dan bilang mencintaiku, berbareng juga ingin mencelakaiku..!" la tersenyum kecut, lalu menyambung, "Terhadap anak perempuan begini, apa lagi yang dapat kukatakan.?"

BERSAMBUNG
close