Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Legenda Ki Ageng Selo (Part 42) - Mustika Terompet Pembuat Petaka


JEJAKMISTERI - Setelah Agung membawa tongkat khatib buatan kyai Burhan, itu berarti tinggal dua pusaka lagi untuk menyiapkan ritual penyembuhan. Namun, Mbok Ruqayah berujar kalau mendapatkan kedua pusaka terakhir adalah tugas yang paling sulit ketimbang dua tugas sebelumnya. Meski begitu, mereka semua tetap yakin kalau mereka sanggup menyelesaikannya.

Melihat rasa percaya diri mereka, membuat senyum muncul dari bibir Mbok Ruqayah. Oleh karena itu, dia pun memberikan petunjuk ke mana pusaka Mustika Terompet kyai Juhri itu berada. Pusaka itu berada di pegunungan Leso, yang ada di selatan.

“Hati-hati kau di sana, nak!” tukas Mbok Ruqayah. “pegunungan Leso adalah pegunungan di mana aku sempat bertapa selama seratus hari, seratus malam. Selain diriku, belum ada yang berani menginjakkan kaki ke sana.”

“Apa yang akan kita temui di sana, nek?” tanya Andre ketus.

“Hehhee... kau akan lihat sendiri di sana. Tidak ada seorangpun dari kalian yang mempunyai ilmu hikmah ataupun ilmu spiritual, jadi aku mewanti-wanti kalian untuk jaga sikap dan teruslah mengingat Tuhan, nak!” jawab Mbok Ruqayah sembari memunculkan senyuman tipis, yang merupakan pertanda kalau itu adalah senyuman jahat. “Kalau bisa sih, aku akan menyuruh Mela untuk ikut bersama kalian, namun karena dia tidak mau, aku jadi tak mau memaksanya. Hehhee... yang terpenting masih ada Naga Geni yang menemani kalian.”

“Baik, kami mengerti,” sahut Feby yang diikuti oleh yang lainnya.

Tak mau menunda-nunda lagi, mereka pun berangkat. Begitu mereka menginjakkan kaki keluar dari kediaman Mbok Ruqayah, tiba-tiba mereka diteleportasi ke sebuah tempat asing. Namun, mereka merasakan sesuatu yang ganjil di sini.

Tubuh mereka terasa begitu ringan, seperti kapas. Membuat mereka terheran-heran. Untunglah beberapa waktu kemudian, terdengar suara Mbok Ruqayah yang mengatakan kalau mereka semua terlepas dari raga, atau dikenal sebagai Merogo Sukmo. Meski begitu, mereka masih dapat merasakan kalau daerah di sekitar sana seperti tempat-tempat pada umumnya.

“Kalian semua jangan takut. Kalian sekarang ini sedang meraga sukma, hehhee,” telepati dari Mbok Ruqayah dari kejauhan. “Akulah yang mencabut roh-roh kalian keluar dari jasad karena tempat mustika yang kalian cari, berada di sebuah pegunungan gaib Leso. Jadi, kalian tak perlu terheran-heran begitu, lagipula kalian sudah pernah merasakan dinginnya alam kegaiban, ‘kan?”

Setelah ucapan itu, suara Mbok Ruqayah tidak terdengar lagi.

Mereka. Feby, Ella, Siti, Cici, Andre, Agung, dan Nurul memutuskan untuk berjalan menyusuri hutan yang mana terlihat begitu aneh, karena pohon-pohon hutan itu seperti menghilang dan muncul kembali, ada pula yang mengangkat akarnya dan kemudian berjalan ke tempat lain, dan lain sebagainya.

Di setiap pohon, Feby dan yang lainnya merasakan banyak sekali mata yang tertuju pada mereka. Seolah-olah mereka barusaja melihat kerumunan orang-orang yang terlihat begitu asing untuk mereka.

“Gile! Tempat ini memang sudah edan,” gerutu Andre, yang seperti biasa. Cerewet. “Baru sembuh dari serangan demit, eh... aku harus mengalami hal-hal yang tak bisa dinalar seperti ini. Bikin gak semangat!”

“Diam bodoh! Kita ke sini untuk menolong kak Umam, tau, bukan untuk mendengar celotehan konyolmu,” balas Cici ketus. Sepertinya dia masih merasa kesal dan benci pada Andre atas peristiwa beberapa waktu yang lalu. “Lagian, kau tidak bersemangat karena Mela tidak ada di sini, ‘kan? Ngaku!”

Sebelum kondisi semakin memanas, Feby turun tangan untuk meredam pertengkaran mereka. “Sudah hentikan! Kita semua di sini hanyalah sebatas tamu, jadi jangan buat sesuatu yang membuat para penghuni asli sini menjadi marah dan malah menyerang kita semua. Paham?”

Mereka berdua pun diam seketika dan melanjutkan perjalanan. Lama tak ada pembicaraan di antara mereka, membuat kondisi semakin sunyi dan sepi. Tak berlangsung lama, sampai mereka sampai ke sebuah pintu dimensi yang begitu bercahaya. Entah mengapa, tahu ataupun tidak, Feby seperti mendorong mereka semua untuk memasuki pintu dimensi tersebut, walaupun banyak dari temannya yang ragu dan tak percaya dengan pintu dimensi yang ada dihadapannya.

“Feb, apa kau yakin? Lubang dimensi itu seperti kurang meyakinkan,” ujar Agung yang masih mengamati pintu dimensi itu. “Apa kita salah jalan sehingga mendapati kita sampai di depan lubang dimensi ini?”

Feby menggeleng. “Tidak, aku yakin kalau pintu dimensi ini akan mengantar kita menuju tempat yang ingin kita tuju. Lagipula, jika ini berbahaya, bukankah si Naga Geni akan keluar untuk melindungi kita?”

“Hmp... seberapa besar kau percaya pada ingon-ingon peliharaan mantan dukun santet itu? Apa kau malah tidak curiga dengan nenek tua itu, Feb?” tukas Agung yang masih tak percaya dengan Feby.

“Darimana kau mengetahuinya, Gung?” tanya Feby yang terkejut mendapati kalau Agung sudah mengetahui siapa itu Mbok Ruqayah. “Setahuku, hanya aku dan Wulan yang tahu akan masa lalu Mbok Ruqayah,”

“Aku sempat menguping pembicaraan Wulan dengan Mbah Jayos dulu.” Jawab Agung singkat.

Selama mereka berdua saling berdebat, yang lainnya sudah malah masuk lubang dimensi berwarna putih itu. Mengetahui kalau mereka berdua ketinggalan, mau tak mau mereka pun segera menyusul mereka memasuki lubang dimensi tersebut, walaupun mereka belum yakin akan lubang dimensi itu.

Setelah mereka memasuki dimensi aneh itu, mereka tiba di sebuah kampung yang terlihat begitu kuno dan asri. Saat itulah, tiba-tiba terdengar suara telepati dari Mbok Ruqayah untuk segera mencari mustika itu, tanpa mempedulikan pemandangan yang ada dan tidak berinteraksi dengan orang-orang disekitar mereka.

Namun, setelah telepati itu berakhir, Feby mendapat telepati tunggal dari Mbok Ruqayah.

“Nak, aku mohon kamu untuk menjaga teman-teman polos dan bodoh itu ya? Kampung yang kini berada di depanmu adalah kampung gaib yang sangat berbahaya,” telepati Mbok Ruqayah ke Feby. “Jangan biarkan siapapun dan apapun berinteraksi dengan penduduk sekitar sini. Kalau kalian mau bertanya apa alasannya, kau akan tahu nanti.”

Dan kemudian, telepati dari Mbok Ruqayah pun terhenti.

Selama perjalanan, Feby terus-terusan mewanti-wanti apa yang dikatakan oleh Mbok Ruqayah kepada mereka, namun entah mengapa banyak dari mereka yang seperti mencampakkan peringatan dari Feby itu.

Selama perjalanan, mereka mendapat tatapan yang begitu sinis dari para penduduk kampung. Dari kebanyakan mereka, cuman melototi mereka, namun ada seorang gadis kecil yang menghampiri mereka sambil menjajalkan dagangannya. Wajahnya terlihat seperti gadis manusia pada umumnya, tidak ada keanehan yang muncul dari dirinya, bahkan wajahnya tidak pucat sama sekali.

“Ah, kakak, ini ada jajan, kak. Mau beli?” tanya gadis kecil yang kira-kira berusia sekitar tujuh tahunan. “Ada apem, ada getuk. Mau beli? Kalian boleh kok untuk mencicipi dahulu sebelum beli.”

Andre langsung berjongkok, menjajarkan tubuhnya dengan tubuh anak itu. “Berapa dek?”

“Mpm... dicoba dulu aja kak. Kalau suka, nanti bisa dibeli,” jawab gadis kecil itu seperti ragu mau menyebutkan harganya. “Oh ya, kakak-kakak juga kesini dong! Makan pertama gratis,”

Semuanya pun berkerumun di dekat gadis kecil itu, terkecuali Feby, Siti, dan Ella. Mereka bertiga masih curiga dengan gadis kecil itu, jadi mereka menolak. Andre dan Agung mengeluh mengapa mereka bertiga tak mau mencoba jajan itu, padahal rasanya begitu enak dan lezat. Tapi mereka menolak dengan alasan sudah kenyang atau semacamnya.

Setelah mereka selesai mencicipi jajan, gadis kecil itupun pamit, tanpa meminta bayaran satu rupiah pun. Pikir Feby ini ada yang aneh, namun segera ditepis oleh Andre yang mengatakan kalau mencicipi makanan katanya gratis. Ya, tetap saja hal itu membuat Feby bertanya-tanya dalam hati.

Tak mau menunda-nunda lagi, mereka segera meninggalkan desa itu menuju ke barat. Perasaan mereka menuntun ke barat, sehingga mereka yakin kalau pusaka terompet itu berada di barat. Namun ketika mereka tiba di perbatasan kampung, mereka dijegat oleh para penduduk kampung tadi. Namun kondisi mereka berubah seratus delapan puluh derajat. Muka penduduk kampung itu berubah menjadi boresan, ada juga yang menyerupai babi, kambing, dan kuda. Mereka semua membawa senjata tombak dan celurit.

“Mereka tidak akan melukai kita kan?” tanya Andre gagap.

“,,,Bodoh! Sudah terlambat kau bilang begitu,” sahut Cici sambil menjitak kepala Andre. “Kita harus segera pergi dari sini sebelum mereka semua membunuh kita!”

Mereka semua lari terbirit-birit, sementara para penduduk gaib itupun juga mengejar mereka. Namun saat itu terjadi sebuah kejanggalan. Saat itu, yang bisa berlari hanyalah Feby, Siti, dan Ella seorang, sementara yang lainnya, tak bisa menggerakkan tubuh mereka masing-masing, sehingga mereka bisa tertangkap dengan mudah. Karena tuannya mengalami ancaman, Naga Geni pun keluar dan menyelimuti tubuh Feby, Siti, dan Ella, sehingga para penduduk gaib itu sama sekali tidak bisa melihat maupun merasakan hawa kehadiran ketiganya, sehingga mereka bisa selamat.

Dan sementara yang lain, mereka dibawa oleh para penduduk gaib itu ke suatu tempat, yang bahkan tidak ada satupun yang mengetahuinya.

“Mereka semua memang benar-benar bodoh!” umpat Naga Geni. “...Mereka tidak bisa membedakan mana makanan manusia, dan mana makanan para demit, sehingga mereka terkena teluh atas makanan demit itu sendiri,”

“Apa maksudmu itu, Naga Geni?” tanya Ella.

“Makanan yang dikasih oleh gadis kecil itu adalah makanan dedemit, yang mana manusia tidak boleh memakannya, karena ketika mereka memakannya, mereka akan tunduk kepada si pemberi makanan itu!” jawab Naga Geni kesal.

“Lalu, kenapa kamu tidak peringatkan maupun cegah sebelum mereka memakannya tadi?” tanya Feby sedikit kesal.

“Aku tidak bisa... aku tidak berani,” jawab Naga Geni bergetar. “Kalian tidak tahu siapa gadis kecil itu... dia adalah bayangan masa kecil Mbok Ruqayah, tuanku. Meski dia cuman bayangan masa lalunya, aku tidak akan berani menyerang maupun menentangnya!”

“Ha? Gadis kecil imut itu... adalah bayangan masa lalu nenek sihir itu!?” semuanya terkejut mendengar penjelasan dari Naga Geni.

“Lalu apa yang harus kita lakukan untuk menyelamatkan teman-temanku, Naga Geni?” tanya Feby gelisah.

“Kamu tidak akan bisa menyelamatkan mereka. Untuk sekarang, kalian harus kembali mencari pusaka terompet milik kyai Juhri itu terlebih dahulu,” jawab Naga Geni yang menggeram. “Setelah kalian mendapatkan pusaka itu, kalian akan kubawa untuk menyelamatkan teman-temanmu itu!”

“Lalu kita harus mencari pusaka itu di mana? Kami sudah berkeliling ke seluruh tempat ini, namun sama sekali tidak menemukan pusaka atau apalah itu,” gerutu Ella yang masih panik, karena Nurul telah dibawa oleh penduduk desa gaib itu.

“Huh? Apa kalian sama sekali tidak diberitahu oleh Mbok Ruqayah mengenai letak pusaka itu?” tanya Naga Geni kaget, tak percaya. “Harusnya dia sudah memberitahu kalian di mana kalian bisa mendapatkan pusaka itu. Sialan kau, Ruqayah! Dia ingin menguji kalian semua di sini!”

“Apa? Menguji kami apa? Kami tidak tahu apapun soal itu,” sahut mereka bertiga kaget.

“Mbok Ruqayah ingin menumbalkan kalian semua di tempat ini. Itulah alasannya mengapa dia tidak memberitahukan hal ini,” jawab Naga Geni. “Pusaka kyai Juhri sedari awal memang sudah berada di tangan Mbok Ruqayah itu sendiri!”

Di saat mereka dalam kondisi panik dan kebingungan, tiba-tiba demit-demit Cakar Mayang datang mengerumuni mereka semua. Demit Cakar Mayang adalah demit yang suka memakan roh-roh manusia, baik mereka masih hidup ataupun sudah mati. Mereka mempunyai bentuk seperti grandong, namun mereka memiliki kaki seperti burung pemakan bangkai. Baunya sungguh teramat menyengat, bahkan bau demit-demit lain maupun bau mayat yang sudah puluhan hari membusuk, tidak akan sebanding dengan bau yang dikeluarkan oleh demit Cakar Mayang.

Tanpa aba-aba, demit-demit ini langsung menyerang, dan dengan berat hatipun, Naga Geni harus ikut bertarung, melindungi ketiga gadis itu dari serangan brutal demit Cakar Mayang.

“Kalian berlindunglah di rerumbunan kemangi itu! Dengan begitu, bau aroma kalian tidak akan pernah tercium oleh demit-demit Cakar Mayang itu. Biarkan aku yang bertarung melawan mereka semua.” Kata Naga Geni, yang langsung berubah ke wujud manusianya dan terbang maju kedepan dengan gagah berani.

Mereka bertiga langsung mengikuti perintah yang dikatakan Naga Geni pada mereka. Mereka bersembunyi di rerumbunan kemangi itu, sehingga bau kehadiran mereka tidak tercium lagi oleh demit Cakar Mayang, membuat fokus demit-demit Cakar Mayang yang sempat mau mengejar mereka bertiga beralih ke Naga Geni.

“Feb, apa yang harus kita lakukan?” tanya Ella cemas. “Kalau Naga Geni sampai kalah melawan mereka... habislah kita,”

“Tenanglah, Ella. Aku yakin kalau Naga Geni mampu untuk mengalahkan para demit-demit itu,” jawab Feby yang positif thinking kalau Naga Geni akan mampu mengalahkan semua demit-demit itu.

“Tapi, Feb... mereka semua itu berjumlah ratusan. Meskipun ilmu kanuragan Naga Geni jauh di atas mereka, namun bukankah tenaganya akan terkuras habis bila melawan musuh sebanyak itu?”

Dan benar saja. Meski ilmu Naga Geni jauh di atas mereka, namun dia kewalahan untuk menghadapi musuh sebanyak itu, apalagi setiap kali Naga Geni berhasil membunuhnya, demit Cakar Mayang itu selalu bangkit kembali, terus dan terus, membuat tenaga Naga Geni habis.

Setelah Naga Geni kehabisan tenaganya, dengan mudah salah seorang demit Cakar Mayang itu mampu menendang Naga Geni sampai membentur batu yang besar, membuatnya muntah darah seketika.

Melihat kondisi Naga Geni yang tengah terkapar, mereka bertiga tanpa mempedulikan perintah Naga Geni untuk bersembunyi, langsung keluar dari tempat persembunyian mereka. Namun, setelah mereka keluar dari rerumbunan kemangi, Siti dan Ella tidak mendapati keberadaan Feby. Setelah ditengok ke belakang, mereka melihat Feby tengah ditodong oleh sebilah keris di lehernya oleh gadis kecil penjual jajan tadi, yang ternyata dia adalah Mbok Ruqayah sewaktu mudanya.

“Tak kusangka... kalau aku akan bertemu dengan cecet Nyi Wingit di sini... oleh sebab itulah, kamu harus mati~!” kata bayangan Ruqayah kecil. “Ahh... dukun sialan itu bersama Jayos, Bakrie, dan kyai Juhri membagi jiwaku dan mengurungku di tempat ini. Dengan membunuhmu, maka jiwaku dan jiwaku di alam dunia akan bersatu lagi, dan aku bisa membalaskan dendam-dendamku... terutama kepada Nyi Imas, Jayos, dan Bakrie. Ha ha ha...!!”
[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close