Pusaka dan Asal Usul Joko Tingkir
JejakMisteri - Tentu anda pernah mendengar nama Joko Tingkir, tokoh ini pernah difilmkan diperankan oleh aktor Dian Sidik. Dan julukan Laskar joko tingkir yang sudah melekat dengan tim sepakbola liga Indonesia yaitu Persela Lamongan.
Sebenarnya siapa sih, Joko Tingkir?? Yang pada film terkenal sakti mandraguna?? Berikut kami rangkum asal-usulnya.
Asal Usul
Menurut naskah babad Nama aslinya adalah Mas Karèbèt, putra Ki Ageng Pengging atau Ki Kebo Kenanga dengan Rubiyah alias Nyi Ageng Pengging.
Dituduh menjadi pemberontak, akhirnya Ki Ageng Pengging dihukum mati. Tak berselang lama karena sakit Nyi Ageng Pengging meninggal pula.
Akhirnya Mas Karebet diambil sebagai anak angkat Nyai Ageng Tingkir (janda Ki Ageng Tingkir).
Masa kecilnya dihabiskan di Dusun Tingkir. Atas saran ibu angkatnya dia berguru kepada Ki Ageng Sela, dan dipersaudarakan dengan ketiga cucu Ki Ageng yaitu, Ki Juru Martani, Ki Ageng Pemanahan, dan Ki Panjawi
Menjadi Adipati Pajang
Berawal menjadi lurah tamtama atau pengawal sultan di Kerajaan Demak. Atas kebanggaan Sultan Trenggono, Joko Tingkir diberi tanah pajang bergelar Hadiwijaya Adipati Pajang.
Untuk membalas budi dan jasa-jasa gurunya. Joko Tingkir mengangkat semua anak turun dari gurunya menjadi bagian dari pajang. Dan menjadikan anak Ki Ageng Pemanahan, yaitu Danang Sutawijaya sebagai anak angkat.
Berbagai Pusaka Milik Jaka Tingkir
Keris Kyai Carubuk
Keris ini sebetulnya milik Sunan Kalijaga, dan yang membuatnya ialah sahabatnya sendiri Mpu Supa.
Konon, keris ini memiliki energi kesaktian yang sangat istimewa yaitu, menjadi simbol pulung (restu sang pencipta) bagi setiap calon pemimpin Negara. Dimana, sosok calon pemimpin tersebut akan duduk di tahtanya mana kala di datangi atau minimal mendapat wangsit/mimpi terkait keris tersebut.
Terkait kebenaran hal ini marilah kita bersama mempercayakan segalanya hanya kepada sang pencipta belaka.
Dikemudian hari, keris Kyai Carubuk ini dihadiahkan kepada Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir yang tidak lain adalah muridnya sendiri sebagai piandel dalam menuju tampuk kekuasaan sebagai Raja Pajang.
Dari kabar yang beredar, menjelang akhir hayat, Jaka Tingkir menyimpan keris tersebut di makam gurunya (Sunan Kalijaga) dan memberikan satu pesan kepada anak cucunya. Dimana pesan tersebut mengatakan, kelak untuk jangan pernah melihat wujud dari keris tersebut, sekalipun saat hendak menjamas atau memandikan (harus dengan mata terpejam). Selain itu Jaka Tingkir juga berpesan, kelak jika memang keris ini diperlukan fungsinya dalam kenegaraan, maka dia akan datang sendiri kepada pemimpin yang bijak.
Konon, Presiden Indonesia yang pernah memegang keris ini adalah presiden Soekarno dan Soeharto. Dimana, datangnya keris kepada kedua tokoh itu, sangat penuh misteri tersembunyi dan saat pemegangnya lengser, keris itupun kembali ke peti penyimpanannya di makam Sunan Kalijaga.
Keris Kiai Jalakpupon dan Timang Kiai Bajulgiling
Saat berguru kepada Ki Buyut Banyubiru atau Ki Kebo Kanigoro ia diberi warisan pusaka Timang Kiai Bajulgiling; sebuah ikat pinggang lengkap dengan timang bermata buaya.
Babad Pengging menuturkan, Timang Kiai Bajulgiling digubah Ki Ageng Banyubiru lewat ritual penuh aroma mistik. Timang ditempa dari biji baja asli yang konon dicungkil dari magma Gunung Merapi. Lahar mendidih yang hanya bisa diambil lewat kekuatan batin seorang pertapa sakti itu, dibentuk menjadi dua pusaka. Sebuah keris lekuk tujuh dan timang bermata buaya.
Keris langka itu, kemudian dikenal sebagai Kiai Jalakpupon. Sedang timang bermata buaya dengan kepala menantang meski mulut terkatup, disebut Kiai Bajulgiling. Dua pusaka itulah yang menjadi bekal Joko Tingkir kembali ke Demak, memasuki fase karir yang lebih tinggi pasca dipecat sebagai Lurah Tamtama.
Sedangkan, kekuatan gaib yang dimiliki timang Kiai Bajulgiling ialah, barang siapa yang memakai ikat pinggang Kiai Bajulgiling ini, maka dia akan kebal dari segala macam senjata tajam dan ditakuti semua binatang buas.
Namun hal ini tentulah dapat kita sikapi dengan fikiran yang luas bahwa tidak ada satupun kehendak “JADI”, selain dari sang pencipta semesta alam