Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

SUSUK TERATAI PUTIH (Part 34) - Dilema


DILEMA

Nyai Mutik dan Ireng datang menemui Sumirah yang tengah sekarat, nyai Mutik menggelengkan kepalanya.

"Bawa dia pulang Ireng!"

"Tapi dia sudah berkhianat Nyai!"

"Ini perintah Kanjeng Ratu, kita tidak bisa membangkangnya!."

"Baik nyai!"

Ireng si ular hitam dengan tanduk emas di kepalanya itu melilit Sumirah dengan ekornya lalu perlahan merayap membawa Sumirah pulang ke Rawa Ireng.

Sampainya di Rawa Ireng, Sumirah ditidurkan di atas meja batu. Kanjeng Ratu Lintang Pethak yang berwujud perempuan cantik mengelilingi tubuh Sumirah dan kemudian menggelengkan kepalanya.

"Raga manusianya sudah hampir hancur Mutik, semua ini karena serangan Anggara tempo hari."

"Apa bisa ditolong kanjeng ratu?."

"Satu-satunya cara ialah dengan mencari wadah yang baru. Aku hanya bisa mengulur raganya sampai purnama pertama tahun depan. Jika Sumirah tak mendapatkan wadahnya, maka raga Sumirah akan hancur."

Nyai Mutik menatap sedih ke arah Sumirah, sungguh gadis yang sangat malang. Setelah terlepas dari dendamnya kepada Permana kini Sumirah justru terbelenggu oleh cintanya kepada Anggara.

"Purnama pertama tahun depan berarti 100 hari lagi Kanjeng Ratu?."

"Ya Mutik, umur Sumirah hanya tinggal 100 hari lagi."

Kanjeng Ratu Lintang Pethak kemudian menempelkan tusuk konde emas miliknya ke atas kening Sumirah, perlahan tusuk konde emas itu merasuk ke dalam tubuh Sumirah dan menghilang.
Sumirah yang bangun dari pingsannya kemudian membuka mata ularnya lebar-lebar, lidah bercabang nya terjulur.

Ssssssst......Sssssst... Ssssssst.....

"Waktumu 100 hari Sumirah!."

"Nggih Kanjeng Ratu!."

Sementara itu di pulau seberang Anggara yang sudah pulih sedang berbicara empat mata dengan kyai Akbar, guru besar pemimpin Pondok Pesantren Al Firdaus itu menatap Anggara dengan serius.

"Bagaimana perasaanmu sekarang Anggara?."

"Alhamdulillah sudah membaik kyai, beban di pundak dan rasa sakit di belakang kepala saya menghilang."

"Bagaimana dengan hatimu?."

"Insyaallah sudah lebih tenang kyai."

"Alhamdulillah, aku mau memperingatkanmu satu hal Anggara, dan ini sangat penting."

"Baik kyai."

"Sebelum aku mengatakannya, aku ingin bertanya terlebih dahulu padamu, apa kau tahu kalau kau terkena guna-guna ilmu pemikat dan pengasih dari susuk teratai putih milik Sumirah Anggara?"

Anggara menggelengkan kepalanya pertanda bahwa dia tidak tahu.

"Saat kau melihat masa lalu Sumirah, di situlah kau mulai terikat oleh Sumirah. Rasa kasihan, dan cintamu pada Sumirah terbentuk saat kau melihat pahitnya takdir yang dialami oleh perempuan itu, lalu kemudian hatimu yang Simpati itu akan mulai dikendalikan."

"Dikendalikan kyai??."

"Iya, dikendalikan. Kau akan menganggap jika jalan yang dipilih oleh Sumirah itu benar. Membunuh orang yang menyakitimu itu benar, bersekutu dengan iblis itu benar, melupakan Allah itu juga benar, itu semua perlahan akan merasuk ke dalam pikiranmu dan perlahan hatimu juga akan dikendalikan. Apa kau menyadari hal ini Anggara?
Kamu akan menutup hatimu untuk semua perempuan bukan hanya Fatimah putriku namun semua perempuan akan kau tolak karena hatimu dipenuhi oleh pesona Sumirah, dan lambat laun kau akan melupakan Allah, Tuhan semesta alam."

Anggara mendengarnya dengan kaget. Sejak kapan dirinya terkena pesona susuk teratai putih? padahal dirinya tak melupakan tuhannya dan selalu menjalankan kewajibannya.

"Ada satu cara agar kau terhindar dari pesona susuk teratai putih milik Sumirah Anggara!."

"Apa itu kyai?"

"Sebuah pernikahan!"

"Pernikahan?"

"ya! dengan pernikahan, dengan menikah maka kau akan mempunyai tempat yang halal untuk menyalurkan hasrat lelakimu."

Anggara menunduk pilu, dirinya kini dilema.

"Saya takut jika saya menikah maka istri saya akan dalam bahaya Kyai apalagi jika Sumirah menaruh dendam."

"Tahajudlah Anggara. Mintalah petunjuk."

"Baik Kyai."

BERSAMBUNG
close