Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

MISTERI DESA BERKABUT

Tanah yang tidak bisa ditinggali oleh manusia. Kejadian nyata di tahun 1950.


Ketika kita mendengar sebuah “desa”. Yang terbesit dipikiran kita pastinya adalah sebuah tempat yang asri, dikelilingi persawahan, ditambah lagi dengan pemandangan desa yang cukup indah. Tak jarang dari kita berasal dari sebuah desa dan dibesarkan disana.

Sebuah desa memang terkenal dengan ramah tamah penduduknya, dan guyub rukun warganya. Tetapi ada yang berbeda di salah satu desa yang sudah ditinggalkan di daerah di Jawa Tengah, tepatnya di sekitar lereng Gunung di Timur Surakarta.

Untuk nama desa tidak bisa kami sebutkan karena takut ada kejadian yang tidak diinginkan kedepannya. Desa ini memang terletak di antara lereng bukit dan jauh dari akses jalan besar. Bisa dibilang desa ini terletak di tengah alas (hutan).

Bahkan untuk saat ini apabila kita ingin menuju desa tersebut harus berjalan kaki melewati bukit dengan pohon rindang di sekitarnya. Sebenarnya sejarah dari desa ini  masih dalam tanda tanya, apakah menghindari dari para penjajah ataukah memang sengaja menempati tempat tersebut.

Tidak seperti layaknya desa pada umumnya, ketika desa yang ada di tengah hutan pasti dalam bayangan kita akan  merasakan kesejukan dan indahnya pemandangan dari desa ini. Ditambah suara hembusan angin dan udara dingin yang menusuk tulang.

Akan tetapi yang dirasakan di desa ini sangat berbanding terbalik, desa ini terasa mencekam bahkan cenderung wingit. Apabila kita datang ke desa ini sekarang, terdapat banyak bekas rumah yang sudah ditinggalkan dengan ornamen lumut dan dedaunan besar  yang menyelimutinya.

Desa ini memang sudah ditinggalkan sejak tahun 1950, dan dari tahun tersebut belum ada yang pernah kembali untuk menempati desa tersebut. 
Kejadian kejadian yang ada di desa sebelum tahun 1950 membuat para warga meninggalkan desa tersebut.

Suasana mencekam bukan hanya bisa kita rasakan sekarang. Sebelum desa ini ditinggalkan, suasana di desa juga tidak jauh beda dengan keadan yang sekarang. Seperti ada sesuatu yang membuat desa ini mempunyai keistimewaan dan misteri dibaliknya.

Zaman dahulu desa ini selalu di selimuti kabut tebal, bahkan setiap harinya selalu di selimuti kabut yang kemudian membuat kegiatan warganya terganggu.
Hanya moment-moment tertentu saja sinar matahari menyinari desa.

Maklum sebenarnya, secara logika terjadinya kabut di desa ini karena terletak di dataran tinggi dan di sekitarnya masih banyak pepohonan rindang. Tetapi kabut yang ada di desa ini bisa dibilang berbeda dari kabut biasanya.

Konon katanya, ketika masih ditinggali. Banyak orang dari luar desa saat ingin berkunjung, mereka tidak bisa melihat penampakan dari desa ini. Yang mereka lihat hanyalah kumpulan kabut yang menyelimutinya.

Desa ini bak di telan oleh kabut tersebut, dan ketika ada warga melewati kabut  maka akan tembus di tempat yang berbeda. Seperti ada gerbang yang menyambungkan ke dimensi lain. 
Kejadian ini bukan hanya dialami warga dari luar desa.

Bahkan warga desa yang memang tinggal disitu tak jarang mengalami hal yang sama. 

Dan uniknya lagi, ketika sudah masuk ke desa dan ingin keluar dari desa itu, banyak yang tidak menemukan jalan pulang atau jalan keluar dari desa tersebut.

Lagi lagi karena kabut yang bisa tiba-tiba datang kemudian membuat jarak pandang terbatas. Setiap orang yang masuk kedalam kabut secara otomatis seperti kehilangan arah dan dibuat bingung seolah olah hanya berada di tempat yang sama. Nek jare wong jawa di "sirep"(kalau kata orang jawa di sirep)

Kabut ini sangat menganggu, apalagi ketika kabut ini memakan korban membuat gaduh seluruh warga. Ketika dicaripun tidak ada tanda-tanda akan di temukan, dan orang orang yang berhasil keluar dari kabut maka dia akan berada di tempat yang jauh dari desa.

Orang yang bisa keluar dari kabutpun bisa dihitung jari, hanya beberapa orang yang memang punya keberuntungan tinggi bisa lepas dari jeratan kabut.

Kabut ini mungkin satu tipe dengan kejadian yang sering kita dengar ketika ada orang yang hilang di gunung. Banyak dari cerita yang beredar orang yang hilang digunung hilang setelah melewati kabut yang di depannya.

Selain kabut yang memakan korban,  di desa ini intensitas hujan sangat tinggi. Bahkan tak jarang hujan hanya turun turun di desa itu, bisa dikatakan hujan lokal.

Bayangan kita hujan turun dengan jangka waktu 2-3 jam, tetapi di desa  ini bisa seharian turun hujan bahkan sampai berganti hari hujan tidak kunjung berhenti.

Walaupun hujan adalah sebuah berkah, tetapi kita sebagai manusia perlu adanya keseimbangan alam yang membuat kita nyaman. Bayangkan ketika kita jarang menikmati hangatnya mentari

Tidak hanya kabut dan hujan. Warga desa setiap malamnya selalu dihantui rasa takut. Wajar karena setiap malam datang, warga sering mendengar suara yang tidak tahu asal muasal darimana.

Seperti suara delman yang melewati jalan desa, namun ketika dilihat tidak ada wujudnya. Suara ini memang sangat khas di beberapa daerah yang memang mempunyai daya mistis agak kuat.

Ada juga suara seperti kegaduhan pasar, suara transaksi jual beli dan lalu lalang orang seperti pasar pada umumnya. Padahal jarak desa dengan pasar sangat jauh, apalagi desa ini terletak di tengah hutan.

Tidak hanyaa itu, ada juga suara khas yang sering kita dengar. Yaitu suara gending jawa lengkap dengan lekingan sinden yang menjadi santapan sehari hari warga desa.

Dan bisa ditebak, suara gending jawa ketika di cari asal muasalnya tidak pernah diketahui.

Sebenarnya masih menjadi sebuah tanda tanya sebab warga meninggalkan hunian mereka. Apakah karena gangguan ghaib atau tidak adanya keseimbangan alam yang dialami ?

Tetapi ketika tim menemui salah satu narasumber, dia menuturkan selain gangguan ghaib dan tidak adanya keseimbangan alam. Dahulu hubungan antar warga memang tidak harmonis, tetapi ketidakharmonisan itu tanpa sebab yang jelas.

Bisa dikatakan seperti di adu domba oleh makhluk ghaib yang ada disana. Makhluk ghaib disana menjahili dengan membuat warga saling memusuhi antara satu dengan yang lain.

Mungkin itu yang membuat warga desa satu persatu meninggalkan hunian mereka sampai benar benar ditinggalkan oleh semua warga.

Narasumber juga menuturkan, pernah didatangkan tokoh spiritual dan menjelaskan bahwa tanah di desa tersebut adalah tanah "kutukan". Tanah "kutukan" yang dimaksud adalah tanah yang tidak boleh dihuni manusia karena daya magisnya yang sangat kuat.

Sekuat apapun manusia disitu lama kelamaan tidak akan bertahan lama. Tanah ini membuat ketidaknyamanan penghuninya, baik itu secara lahir maupun batin. 
Dan dijelaskan pula bahwa adanya gerbang ghaib yang menyambungkan ke dimensi lain.

Lalu lintas di gerbang ghaib yang ada di desa itu bisa dibilang sangat ramai. Seperti keramaian pasar, jadi wajar warga banyak terganggu oleh makhluk ghaib yang ada disana.

Di jawa tengah memang banyak yang menyebut sebuah tanah kutukan. Seperti tanah yang hanya cocok untuk pertanian tetapi tidak cocok untuk berkeluarga. Ketika dilanggar maka keluarga yang mendiami tempat tersebut hubungan keluarga yang terjalin tidak harmonis.

Sebab yang sebenarnya memang masih menjadi misteri, apabila kita menggunakan ilmu cocokologi faktor alam mungkin bisa menjadi faktor utama. Tetapi ketika di cocokan dengan tanah "kutukan", itu juga bisa masuk menjadi faktor utama.

Ataukah keduanya mempunyai keterkaitan ? 
Memang semua punya keterkaitan, akan tetapi apapun itu hanya warga desa yang tahu.

Soalnya kemarin kita tidak diperbolehkan untuk langsung datang ke TKP. Karena gangguan yang dulu masih bisa dirasakan sampai sekarang dan takut dilalap oleh kabut yang sering menyesatkan manusia.

Baru-baru ini juga ada kejadian orang hilang ketika masuk ke desa tersebut. Tidak tahu tujuannya apa dia masuk ke desa tersebut, karena sebelumnya sudah dilarang apalagi pergi kesana sendirian.

Sudah di cari oleh, hasilnya nihil. Malahan 6 orang yang ikut mencari dan masuk ke desa malah ikut tersesat tidak bisa keluar dari desa, tetapi mereka akhirnya bisa keluar setelah mencoba menunggu lebih dari satu hari mencari jalan keluar.

Dari kejadian itu membuat orang-orang takut untuk kembali mencari keberadaannya. Tetapi dari pihak keluarga mengerti dan sudah ikhlas ditinggal oleh salah satu kerabatnya.

Kita juga sempat mencari informasi warga asli yang dulu tinggal di desa tersebut, akan tetapi susah untuk mencari keberadaan tempat tinggal setelah pergi dari sana karena kejadian ditinggalkannya desa sekitar 70 tahun yang lalu.

Memang sangat riskan apabila kita kesana. Karena di beberapa spot sering dijadikan ritual" tertentu yang membuat suasana bertambah wingit dan mencekam.

Dari sini kita belajar bagaimana kita harus menempatkan diri dimanapun kita berada. Selalu menghargai apa yang di sekitar kita. 

TAMAT
close